"Jangan lupa mampir kerumah anak itu, jangan menyia-nyiakan anak yang berpotensi untuk menjadi orang sukses." Abra menghela nafas mengingat kalimat itu.
Terik matahari membuatnya meringis, pantas saja pulau yang dia pijak sekarang adalah pulau pemproduksi garam terbanyak, terik matahari yang menyengat begitu menyengat kulit.
"saya sudah pinjam mobil, pemilik mobil yang mau mengantar karena kita baru di sini." Ares menghampirinya.
Abra hanya mengangguk mengiyakan. Dia membiarkan Ares berjalan mendahuluinya. Ares dan Ayahnya adalah klien yang harus dia temui di Surabaya, meski dia sudah menjabat seorang direktur segala gerak geriknya seakan terpantau oleh kakeknya.
Ditengah-tengah meeting layar proyektor tiba-tiba menampilkan wajah kakeknya yang memintanya untuk menemui anak yang pernah dia temui dulu, bahkan meminta tolong pada Ares untuk mengantarnya.
Dan disinilah mereka sekarang, mereka harus menggunakan pesawat terbang untuk menyingkat waktu.
Bukan hanya karena anak itu berpotensi menjadi anak sukses, namun Abra yakin ada alasan lain yang membuat kakeknya ngotot agar anak itu dapat beasiswa, bahkan tadi sempat mengancamnya akan keluar lagi dari rumah sakit untuk menemui anak itu secara langsung.
"Sekolah SMA 1 disini," pemilik mobil yang dia sewa memberhentikan mobilnya didepan sekolah. "Saya tunggu disini atau saya antar ke dalam?."
"Tidak usah biar saya sendiri saja," tolak Abra membuka pintu keluar dari mobil.
Abra mulai berjalan memasuki sekolah itu, sekolah yang tidak begitu mewah bahkan tidak termasuk sekolah menangah. Gedung yang hanya belantai satu, tidak memiliki gedung olah raga, hanya memiliki lapangan olah raga yang sekarang terdapat siswa yang masih bermain basket.
Abra membaca tulisan di setiap pintu ruangan hingga dia menemukan ruangan yang dia cari, Ruang kepala sekolah.
Terlihat kepala sekolah masih berada di ruangannya dengan kaca mata baca yang bertengger di hidungnya.
"permisi... Assalamu'alaikum".
"wa'alaikumsalam," sahut kepala sekolah berdiri membuka pintu ruangan beliau lebih lebar lagi. "Ada yang perlu saya bantu?.:
Abra menjulirkan tangannya. "Saya Abraham, salah satu sponsor beberapa lomba yang pernah di ikuti oleh siswa bapak."
Kepala sekolah membalas uluran tangan Abra dengan sopan. "Oh iya pak, saya kepala sekolah disini. Senang bertemu dengan anda, ada yang bisa saya bantu?."
Kepala sekolah menyambutnya begitu sopan, sehingga Abra tersenyum mencoba bersikap sopan.
"Kedatangan saya kesini untuk menemui siswa bapak yang bernama Adam Regan atau Rehan ..., waduh saya lupa nama panjangnya."
"Oh ... Regan," Kepala sekolah langsung tersenyum lebar. "Sepertinya dia sudah pulang karena tadi ada rapat sekolah semua siswa dipulangkan, akomodasi pesan ke Ibu Regan. Jadi anak itu izin pulang duluan ikut Ibunya, bagaimana kalau Bapak saya langsung antar kerumah Regan?."
"tidak usah pak," tolak Abra. "Saya minta alamatnya saja, karena saya juga bersama teman yang asli orang sini."
"kalau begitu biar saya yang bicara dengan teman bapak langsung".
*-*
"Abang ...." Zahra memanggil Regan dari dapur.
Perlahan Regan menghampirinya dengan kunci motor ditangan. "Antar kemana lagi?" Tanyanya lirih.
Sejak tadi dia sudah dua kali keluar untuk mengantar pesanan kue keberbagai acara.
Zahra tersenyum mendengarnya, meski wajah Regan selalu datar dia sangat tau apa yang sedang Regan rasakan. "Arz capek ya?" Kepala Regan menggeleng. "Maaf ya mbak ika masuk pagi sekarang jadi gak bisa bantu Bunda, kenapa juga pesanan Bunda hari ini banyak."
Terdengar dengusan Regan di sampingnya. "Banyak pesanan menggerutu, sedikit pesanan menggerutu," omel Regan. "Mau diantar ke siapa ini?" Tanyanya lagi.
Kekehan Zahra membuat Regan menoleh. "Ke rumah sakitnya mbak ika ya, kata mbak ika mau ditunggu di lob sayang."
"hemz ..." guma Regan pergi menjinjing dua keresek besar dikedua tangannya.
Memiliki anak seorang Adam Regan Zerous adalah berkah baginya. Dari kecil Regan selalu membuatnya bangga akan segala hal, entah itu dari prestasi, dan juga pengertiannya akan kondisi mereka.
Setiap kali Regan memenangkan lomba dia memberikan uang yang dia terima untuknya, namun Zahra selalu menyimpan uang Regan untuk masa depan Regan nanti. Karena dia tau bahwa dia tidak mampu membiayai Regan kuliah di Universitas ternaman. Jika Regan kuliah di Universitas yang biasa, Zahra merasa menyia-nyiakan kecerdasan yang telah Tuhan berikan untuk anaknya.
Tok tok tok....
Tangan Zahra yang sedang menguleni tepung berhenti. Dia malas jika sedang mengerjakan sesuatu harus berhenti sebelum selesai. Mencoba tak menghiraukan seperti biasanya, Zzhra kembali pada tepung didepannya.
Tok tok tok...
Zahra menghela nafas sudah dua kali orang itu mengetok pintu rumahnya, terpaksa dia meninggalkan kerjaannya dan berjalan membuka pintu rumah.
"A ...."
Tenggorokan Zahra tercekat.
Dia terdiam, bahkan dadanya seakan terhimpit sesuatu sehingga membuatnya sesak. Bahkan orang didepannya terdiam juga, menatap Zahra begitu leliti. Dia berkali-kali menatap Zahra dari ujung kepala hingga kaki.
Tangan Zahra menggenggam gagang pintu erat, menahan agar dirinya kuat untuk berdiri. Terlebih menahan diri agar tidak melakukan hal yang tidak mau dia lakukan saat ini.
"Ara ...." Panggi pria didepannya dengan lirih.
Zahra semakin mencengkram gagang pintu. Panggilan yang sudah belasan tahun tidak pernah dia dengar, panggilan yang seakan membuatnya terseret kemasa lalu yang berusaha keras dia lupakan.
Motor yang dikendarai Regan berhenti di halaman ruman Zahra.
"Bunda, barusan ketemu mbak ika di jalan jadi...."
Kalimat Regan terhenti kala melihat seseorang berjas rapi berdiri tepat didepan Zahra. Dia mematikan mesin motornya dan berjalan mendekati mereka memastikan siapa tamu Bundanya.
Terlihat wajah dari samping otak Regan langsung bekerja, dia dengan cepat berdiri disamping Bundanya dan memnggenggam tangannya erat.
"Bunda," panggil Regan membuat tatapan mereka berdua terputus dan beralih menatap Regan bersamaan.
*-*
.
Mohon bagi para Readers yang baik hati
Jangan lupa ...
Selalu tinggalkan jejak 😇
👍Like and 💬Comment
Demi mendukung karya Author dan menyemangati Author 😍
Love You 😘
Unique_Muaaa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Ma'e Dina
sumpah setelah sekian lama rada sakitny masih sama
2021-11-29
1
AlyaNa RinDa
masih teka teki
2021-11-20
0
Nur hikmah
ktmu setelh sekian lma......jgn kmbli ke abra zahra.......n btw dmn vira pkakor.
2021-11-20
0