Ketika perlahan kau mulai menyukai banyak warna.
HAPPY READING🌹🌹
"Luca ada apa? Siapa dia?" Tanya Galang melihat ke dalam ruangan UGD.
"Dia Elen temen gue, gue nemuin dia di toilet dengan keadaan begini."
"Kenapa bisa? Apa dia punya masalah sama orang lain?."
"Ini salah gue. Gak seharusnya dia terus terusan ngikutin gue." Luca sungguh merasa bersalah.
"Hey, lo gak salah. Kita pasti bakalan nemuin pelakunya." Galang memeluk Luca dan dan menyentuh tangannya yg terkepal sejak tadi.
Galang tau Luca sangat marah saat ini.
"Gue mau lo cari tau siapa pelakunya, dan lo harus dapetin buktinya dua hari." Lagi lagi Luca menggunakan kalimat perintahnya.
Baiklah, hanya dia yg bisa memerintah Galang.
"Gue beli makan dulu, lo tunggu di sini." Galang melepas pelukannya dan pergi dari sana.
Luca duduk di kursi menunggu dokter itu ke luar dari ruangan Elen.
Terdengar suara langkah kaki yg menuju ke arah Luca. Ia mengangkat wajahnya menatap wanita paruh baya dengan perawakan yg manis.
Mama Elen, ia sudah menduganya karena mereka mirip.
"Kau yg bernama Luca?" Tanya perempuan itu sembari duduk di samping Luca.
"Maafkan aku, mungkin tidak seharusnya ini terjadi." Luca menatap perempuan itu dengan tatapan bersalah.
"Bukan salahmu, tidak mungkin kau memukul Elen dan mengantarnya ke sini." jawab mama Elen.
"Memang bukan aku, tapi tidak seharusnya ia terus membuntuti ku."
"Karena dia menyukaimu, dan sekarang aku tau kenapa dia menyukaimu."
Luca tidak memahami maksudnya dan hanya mengerutkan keningnya.
"Kau sangat cantik, dan kau baik Luca. Aku mendengar betapa kamu mengkhawatirkan putriku."
"Kau harus melarangnya mendekatiku."
"Baiklah, itu jika dia mau."
Mereka berdua terdiam sesaat sampai Galang datang membawa makanan.
"Saya Galang, apa anda ibunya Elen?" Tanya Galang memperkenalkan dirinya.
"Iya, Tapi anda siapanya Luca?"
"Saya omnya." Jawab Galang.
Entah mengapa mendengar jawaban Galang membuat Luca merasa geli sendiri.
"Saya akan mengurus masalah ini." Galang meyakinkan Ibu Elen untuk percaya padanya.
Perempuan itu hanya mengangguk dan mempercayainya.
"Luca makanlah dulu." Galang memberikan mie cup kepada Luca, tapi Luca menolaknya.
"Apa Elen bisa sembuh kalo lo gak makan? Ayo makanlah." Galang menyuapi mie itu ke dalam mulut Luca.
"Apa benar kalian om dan keponakan?" Tanya ibu Elen menatap mereka bergantian.
"Tentu saja, apa aku perlu menelfon asistenku untuk membawa bukti." Galang meraih hp di kantongnya.
"Tidak bukan begitu maksudku, tapi kalian terlihat lebih cocok menjadi pasangan."
Mendengar hal itu Luca tersedak hingga terbatuk, bisa-bisanya perempuan di sampingnya mengutarakan hal itu di hadapan mereka.
"Luca pelan pelan, apa lo ada gangguan tenggorokan?" Galang memberikan air kepada Luca.
"Gak usah lebay." Luca menatap sinis Galang.
Setelah menunggu lama, akhirnya dokter keluar dari ruangan itu.
"Dokter gimana ke adaan anak saya?" Tanya sang ibu.
"Dia baik-baik saja. Kami sudah memeriksa keadaanya dan hanya luka luar saja."
"Lakukan pemeriksaan dalam juga dok, pastikan dia baik-baik saja." Galang meminta dokter itu untuk melakukan pengecekan.
"Baik pak, saya akan melakukannya nanti setelah ke adaan pasien membaik. Untuk saat ini ia dalam kondisi yg stabil dan sebentar lagi siuman, saya pamit dulu." Dokter itu pergi dari sana.
Luca, Galang dan mama Elen bergegas melihat kondisi Elen.
"Ya ampun sayang, kamu bikin mama khawatir." Perempuan itu mencium kening putrinya yg sudah terbangun.
"Maaf ma, Elen gak sengaja."
"Udah gue bilang jangan berantem. Kenapa lo bodoh sih." Luca memarahi Elen yg sedang terbaring lemah.
"Lo kok marahin gue, gue kan lagi sakit."
"Kalo lo nurut lo gak bakal sakit."
"Luca, udah jangan marah marah terus." Galang berusaha menghentikan perdebatan mereka.
"Elen lo tau siapa yg lakuin ini?" Tanya Luca serius.
"Alina sama gengnya." Luca melihat ketakutan dari tatapan Elen saat memberitahunya.
"Anj*ritttt, udah gue duga pasti dia." Luca mengepalkan tangannya dan hendak pergi, tapi Galang malah memeluknya.
"Lepasin." Luca berteriak
"Gak mau, udah gue bilang gue bakalan ngurus ini."
"Gue mau bunuh mereka." Luca memukul Galang berkali untuk menjauhinya.
Galang menyentil dahi Luca." Gue yg mau bunuh lo, bisa gak sih jangan gegabah. Lo mau bukti apa cuman mau mukulin mereka."
Luca selalu saja kesusahan mengatur nafasnya saat marah.
"Luca, mending dengerin om lo. Gue juga baik-baik aja kok."
Luca mulai menghentikan perlawanannya, mungkin kali ini dia harus mendengarkan mereka.
"Anak baik, gue mau ke kantor dulu. Nanti biar Gior yg jemput lo, inget jangan macem-macem." Galang mencium kening Luca di hadapan mereka semua.
Blusssshhhh
Wajah Luca memerah karena malu, sedangkan Galang dengan santainya meninggalkan mereka tanpa rasa bersalah.
Ibu Elen tersenyum melihat mereka berdua, ia sudah menduga hubungan mereka lebih dari sekedar om dan ponakan.
"Luca lo malu? muka lo merah." Elen menunjuk wajah Luca.
"Apa sih, gue cuman ke panasan."
"Pasti karena lo di cium ya tadi, eehh lo pacaran sam om lo?"
"Nggak Elen. Udah ah gue mau pipis." Luca meninggalkan mereka berdua untuk menutupi rasa malunya.
JANGN LUPA LIKE DI SETIAP BAB DAN KOMEN GUYSS😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
wiliss
Au au….
2021-11-10
1
Nobel
apalah daya gue yang gak punya temen.
2021-10-20
2
༄༅⃟𝐐Dwi Kartikasari🐢
cie cie yg d cium d depan orang lain
2021-10-12
2