EPISODE 14

Beberapa hal yg orang lain tidak ketahui.

SELAMAT MEMBACA💕💕❤❤

Galang dengan setia menunggu ke datangan Luca.

Dan tak lama kemudian yg di tunggu akhirnya datang.

"Gimana Deren?" Tanya Galang saat Luca masuk ke mobilnya.

"Udah di keluarin dari sekolah." Jawab Luca.

"Kenapa harus ngelukain Deren."

"Gak sengaja."

"Luca, gue kenal lo, lo gak mungkin gak sengaja."

Luca hanya terdiam mendengar tanggapan Galang.

Dia memang melakukannya, dan dengan sengaja.

Galang menggenggam tangan Luca dan menarik tubuhnya untuk bersandar di dadanya.

"Gue gak mau lo kenapa kenapa. Lo ngerti kan maksud gue?"

Luca hanya mengangguk mengiyakan pertanyaan Galang.

Baru kali ini ada seseorang yg begitu perhatian padanya.

"Gue lupa, Elena sempat telfon dan nanya kabar lo. dia titip salam."

Luca tetap tak bergeming mendengar penuturan Galang.

"Ya udah sekarang kita jemput boneka kamu." Galang melepas pelukannya dan mulai menjalankan mobilnya.

Hanya Elena?

Apa papanya tidak menanyakannya?

Apa Elena berusaha menunjukan bahwa ia dan papanya bahagia di sana?

"Ayo turun." Galang memecahkan lamunan Luca sejak keberangkatan mereka.

Mereka berdua turun bersama untuk menjemput boneka Luca.

Luca langsung merebut boneka di tangan perempuan yg hendak memberikannya Pada Galang.

Luca membuka dan membuang kantong bonekanya.

Syukurlah boneka itu baik-baik saja, bersih dan sangat harum.

"Lo suka." Tanya Galang melihat betapa bahagianya Luca memeluk boneka itu.

Luca hanya tersenyum dan mengangguk.

Sungguh ini adalah senyum ke dua dari Luca, dan hanya Galang yg mampu menikmatinya.

"Jangan seperti ini pada orang lain." Galang memeluk pinggang Luca dengan tiba-tiba, membuat Luca lagi-lagi merasa kaget.

"Lepasin gue, gue lapar."

"Baiklah." Galang menggandeng tangan Luca dan menuju ke rumah.

"Lo mau makan apa? Biar gue telfon Bibi biar di masakin duluan."

"Gue mau soto ayam."

"Lidah lo lokal banget ya." Galang tersenyum dan mengusap kepala Luca.

"Kak gue pulang duluan ya, gue pusing." Gior merengek minta kakaknya untuk melepaskannya.

"Gak. Enak aja lo mau pergi gitu aja, lo udah janji tadi dan bilang mau bantuin gue seharian." Gerald menolak permintaan Gior meskipun ia sudah memasang tampang memelasnya.

"Harusnya gue gak cari muka tadi. Aaaahhhh gue pusing." Gior merasa frustasi melihat berkas berkas yg begitu rumit baginya.

"Makanya jangan cari muka terus lo." Galaxi mengejek adiknya dengan melempari kertas pada mukanya.

"Pantesan kak Galang kayak orang kaku. Tiap hari makan kertas terus, gak laku-laku dia." Ocehan Gior merambat pada Galang kakaknya.

"Padahal dia banyak di kejar cewek loh. Kiriman bunganya aja banyak tiap hari." Galaxi menoleh ke arah tumpuka bunga di sebrang meja.

"Mungkin kakak gue bakalan jomblo se umur hidup. Kasian banget dia." Gior mulai memikirkan hal-hal yg di luar nalarnya.

"Kayaknya nggak deh. Bentar lagi kakak pasti punya pacar." Ungkap Gerald dengan merasa yakin.

"Haaaahh tau dari mana lo kak?' Galaxi dan Gior bertanya bersamaan.

Sedangkan Gerald hanya tersenyum mengangkat kedua bahunya.

"Mama tadi aku marah sama Luca." Elen datang dan bercerita pada mamanya.

"Marah kenapa?" Tanya sang mama.

"Dia di hina sama temen sekolah terus aku berantem sama perempuan yg hina dia. Tapi dia malah marahin aku karena berantem dan bilang kalo dia gak butuh aku bela." Elen mengekspresikan betapa marahnya dia.

"Ya Luca bener dong, berantem itu gak baik. Ngapain kamu berantem sama temen kamu."

"Aku kan mau belain Luca mah, aku gak suka dia di hina orang lain."

"Sayang, mungkin Luca gak mau kamu kena masalah karena dia. Kamu kan gak pernah berantem selama ini." Mama Elen menjelaskan apa yg mungkin Luca pikirkan.

Elen mendengarkan penjelasan mamanya dan berusaha berpikir positif, mungkin mamanya benar Luca tidak mau membuat Elen terkena masalah karena dia kan penakut.