Semua hanya tentang waktu, dimana kamu adalah pengisi terbaik.
HAPPY READING GUYS🌹🌹
Luca melangkahkan kakinya melewati gerbang. Ini masih terlalu pagi untuknya karena Galang yg mengantarnya.
Hanya ada beberapa siswa yg baru datang.
Luca menatap seseorang yg mendekatinya, seseorang yg sepertinya tidak asing.
"Luca, selamat pagi." Sapa guru itu.
Rupanya ia adalah guru yg menggodanya waktu itu.
Untuk apa di datang lagi?
Luca mengabaikannya dan menatap si suasana di sekitarnya.
"Kenapa kamu sombong sekali? Kau tau aku siapa?"
"Apa bedanya?" Luca menatap tajam guru yg memiliki perut buncit itu.
"Lihat saja kamu akan menyesal, karena bersikap seperti ini." Guru itu mendadak pergi dari sana. Entah rencana apa yg ia maksud.
Dengan tenang, Luca melangkahkan kakinya menuju kelas.
Ini benar benar sepi, tidak ada satu penghuni pun di sana.
Luca merasa kesal karena ini terlalu pagi.
Brakk!! Tiba-tiba pintu tertutup dengan keras.
"Gara-gara lo gue jadi malu anj*ng." Deren mendekati Luca.
"Lo harus tanggung jawab, dengan sesuatu yg setimpal."
Deren tersenyum nakal dengan terus mendekati Luca.
"Lo mau apa?" Di saat seperti inipun, Luca sama sekali tidak ketakutan. Ia malah menatap balik Deren dengan tenang.
"Gue mau lo. Tubuh lo."
"Oke." Luca berdiri dari kursi yg di duduki nya.
Ia melangkah mendekati Deren.
Deren merasa kaget dengan balasan Luca, seharusnya perempuan itu takut dan menangis histeris, tapi dia malah menerimanya.
Luca terus mendekati Deren yg mundur hingga ia membentur tembok.
Luca membuka kancing atas bajunya dan mengalungkan tangan ke leher Deren.
Deren yg menatap leher mulus Luca, menelan Saliva nya dengan gairah.
Luca menyentuh pipi Deren kemudian, dengan secepat kilat ia melukai leher Deren dengan belati yg ukurannya sangat kecil namun sangat tajam.
"Ini cuman luka kecil, jadi jangan ganggu gue." Luca berbisik sangat dekat di telinga Deren hingga ia merasakan kehangatan nafas Luca.
Kemudian luca melemparkan sesuatu ke arah jendela hingga membuat kaca di sana pecah.
Seseorang yg sedari tadi merekam mereka bergetar ke takutan. Hpnya jatuh saat Luca melempar jendela.
Luca melangkahkan kaki ke luar sana kemudian mengambil hp yg tergeletak di lantai.
"Gue ambil hp lo." Luca melewati laki-laki itu yg masih bergetar ketakutan.
Deren masih mematung di tempatnya, bagaimana bisa lehernya terluka.
Bagaimana bisa ia juga melayang hanya dengan sedikit sentuhan Luca.
"Anj*ngggg." Deren berteriak kesal merasa sedikit perih di lehernya.
Ini memang luka kecil. Tapi, perlakuan Luca tadi lebih mengirisnya dari pada belati itu.
"Halo."
"Iya baik. Saya akan segera ke sana." Galang menutup telfonnya.
"Ada apa kak?" Tanya Gerald.
"Kepala sekolah menelfon, katanya Luca berbuat ulah."
"Apa? Kayaknya gak mungkin deh. Pasti ada yg gangguin dia." Galaxi tidak percaya jika Luca melakukan sesuatu tanpa sebab.
"Gue ke sana dulu, nanti gue kabarin." Galang buru-buru pergi ke sekolah Luca.
Luca yg sudah duduk di ruangan kepala sejak tadi enggan berbicara.
Ia tidak menjawab satupun pertanyaan kepala sekolah. Hal ini membuat kepala sekolah semakin bingung siapa yg salah.
"Pak udah hukum aja dia. Dia udah bikin onar pak." Deren terus mengompori kepala sekolah.
"Luca, sebaiknya kamu ceritakan." Kepala sekolah tetap berusaha membuat Luca berbicara.
Tak lama kemudian, Galang datang menghampiri Luca.
"Lo gak papa?" Galang menarik Luca dan memutar mutar tubuh Luca untuk mengecek keadaannya.
Melihat tingkah Galang, sedikit senyum timbul di bibirnya. Senyum yg belum pernah ia perlihatkan beberapa tahun ini.
Galang yg melihat Luca tersenyum malah semakin khawatir, karena tidak biasanya Luca tersenyum.
Tapi jauh di dalam hatinya ia merasa senang melihat senyum Luca yg pertama.
"Woy om, yg luka tuh gue bukan dia. Nih dia mau bunuh gue." Deren menunjukan luka sayatan di lehernya.
Luca menekan luka itu dengan kuat.
"Aaww sakit gila."
"Lo lebay." Luca melepas tangannya dari leher Deren.
"Sudah diam. Ayo pak Galang silahkan duduk." Kepala sekolah mempersilahkan Galang.
"Jadi begini pak, menurut pengaduan Deren Luca menyerangnya dengan belati. Tapi, Luca tidak menjawab apapun saat di tanya. Ia hanya memintanya bapak ke sini." Jelas kepala sekolah.
"Luca, sekarang ngomong. Sebenarnya ada apa?" Galang membelai rambut Luca dan memintanya berbicara.
"Tadi dia bilang mau tubuh saya pak, jadi saya saya cekek pakai kuku saya."
"Boong pak, jelas jelas dia pakek belati pak." Deren menyangkal pengakuan Luca.
"Jadi kamu benar benar mau melecehkan Luca?" Tanya kepala sekolah.
"Nggak pak bukan gitu." Deren mulau kebingungan menjawab kepala sekolah. Apalagi saat ini Galang menatapnya tajam seakan siap membunuhnya.
"Tadi Toby ada kok pak, dia saksi mata. Panggil aja dia."
Toby datang setelah mendapat panggilan kepala sekolah.
"Jadi Toby, silahkan ceritakan kejadian yg sebenarnya." Kepala sekolah meminta toby untuk segera berbicara.
"Jadi pak, Deren marah karena Luca menolak makan bersamanya. Jadi dia minta saya untuk buat vidio saat dia ingin melecehkan Luca. Tapi ternyata Luca melukainya dengan mencekik leher Deren."
"Berani ya lo sentuh Luca." Galang menarik kerah baju Deren dan memukul pelipisnya.
"Pak tolong sabar pak Galang."
"Pokoknya saya mai dia di keluarin dari sekolah ini. Jika tidak, saya akan menghentikan semua Dana dari perusahaan saya.
Galang menarik Luca ke luar. Tangannya masih mengepal karena merasa kesal.
Melihat amarah Galang, Luca mengajaknya ke taman belakang.
" Ngapain kita ke sini?"
"Terus lo mau masuk kelas gue gitu?" Luca menarik Galang untuk duduk
"Jangan marah."
"Lo minta gue buat gak marah? Gue gak suka orang lain nyentuh lo." Galang menatap lekat kedua bola mata Luca. Ia benar benar tidak terima jika gadis ini di sentuh.
"Kenapa gak suka?" Tanya Luca.
"Karena lo punya gue. Gak boleh ada yg nyentuh lo." Entah kenapa Galang mengatakan hal itu, tapi itu benar benar isi hatinya.
Luca tidak memahami maksud Galang tentang "lo punya gue." Tapi hati Luca merasa tenang mendengarnya.
"Gak bakalan ada yg bisa nyentuh gue. Kecuali lo." Jawab Luca.
"Kenapa cuma gue yg boleh nyentuh lo?" Pertanyaan macam apa yg Galang tanyakan. Bukankan dirinya sendiri yg mengatakan tadi tidak ada orang lain yg boleh menyentuhnya.
"Karena gue mau." Luca menjawab singkat lalu memeluk Galang.
Luca, emang lo mau di apain?
"Jangan begini lagi. Gue gak suka, lo harus telfon gue."
"Gue gak suka bergantung sama orang lain."
"Tapi gue bukan orang lain. Jangan buat gue khawatir."
Galang meraih wajah Luca lalu mengecup bibirnya singkat.
Entah kenapa, tapi Luca mulai terbiasa dengan hal itu.
Hal dimana Galang akan selalu bersikap seperti ini.
.
.
.
.
.
.
**TINGGALKAN JEJAK GUYSS**
KOMENNYA JANGAN LUPA.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
evaaylis
mampir lagi👋👋👋
2021-12-11
0
wiliss
Huh hah 😍
2021-11-07
1
wiliss
Sudah favorite
2021-11-07
1