"Setelah kejadian itu, Melinda memutuskan untuk bercerai dan membawa Marissa bersamanya." Marcello terdiam sejenak, terlihat jelas penyesalan diraut wajahnya.
"Setelah aku dan Melinda sah bercerai, aku memutuskan untuk kembali bersama orang tuaku. Aku memilih untuk fokus pada karier ku dan menggantikan posisi Ayahku untuk memimpin perusahaan. Sedangkan Bella, dia memilih untuk menjauh dariku maupun Melinda dan kudengar dia sudah menikah dan memiliki seorang anak perempuan dari hasil pernikahannya," sambungnya.
"Apa Nona Marissa sudah mengetahui hal ini, Tuan?" tanya Joe.
Marcello menggelengkan kepalanya. "Aku tidak ingin dia tahu. Aku dan Melinda sudah berjanji tidak akan pernah memberitahukan rahasia ini kepadanya. Biarlah aku dan Melinda menjadi orang tua untuknya sekarang dan selamanya," sahut Marcello
Joe terdiam sembari memperhatikan wajah Marcello dengan seksama. Ia teringat akan perhatian yang diberikan oleh Lelaki itu kepada Marissa. Lelaki itu begitu panik dan sangat khawatir ketika Marissa terluka. Entah mengapa Joe merasa perhatian yang diberikan oleh Marcello lebih dari perhatian seorang Ayah kepada Anaknya.
"Apa anda menyayangi Nona Marissa?" Pertanyaan itu keluar begitu saja dari bibir Joe tanpa bisa ia saring.
Marcello menatap Joe sambil mengangkat sebelah alisnya. "Pertanyaan yang aneh, Joe. Tentu saja aku menyayanginya. Dia sudah seperti anak kandungku sendiri dan aku akan melakukan apapun untuk kebahagiaan Icha kecilku," jawab Marcello.
Joe pun hanya bisa menganggukkan kepalanya sambil tersenyum konyol.
Tanpa sepengetahuan Marcello dan Joe, seseorang sedang menguping pembicaraan mereka. Siapa lagi kalau bukan Sarrah, wanita itu tidak sengaja mendengarkan pembicaraan Marcello dan Joe di ruangan itu. Saat itu ia merasa bosan karena Marcello terlalu lama meninggalkannya seorang diri didalam kamar.
Sarrah berniat menemui Marcello dan mengajak lelaki itu untuk kembali ke kamar. Namun, ketika ia menghampiri ruangan itu, ia mendengar Marcello menyebutkan nama Marissa dan hal itu membuat dia jadi penasaran. Iapun menguping pembicaraan kedua lelaki itu dan sekarang ia sudah tahu rahasia besar tentang diri Marissa yang sebenarnya.
"Dugaanku benar! Ternyata Marissa bukanlah anak kandung Marcel! Ini gawat! Marissa tidak boleh mengetahui hal ini, jika ia tahu bahwa Marcel bukanlah Ayah kandungnya, aku yakin sekali, Gadis sialan itu akan semakin gencar memisahkan aku dari Marcel dan merebutnya dariku! Tidak, itu tidak boleh terjadi. Aku harus menyingkirkan Marissa sebelum Gadis itu berhasil menggagalkan pernikahanku dengan Marcel!" gumam Sarrah dengan wajah panik.
Ketika Marcello dan Joe bersiap untuk keluar dari ruangan itu, Sarrah bergegas pergi dari ruangan itu dan kembali ke kamar. Ia menunggu kedatangan Marcello diatas tempat tidur dengan wajah semringah. Seolah-olah tidak terjadi apapun.
Ceklek ... pintu terbuka.
Marcello masuk kemudian segera menghampiri Sarrah yang terlihat sangat menggairahkan dengan lingerie seksi diatas tempat tidurnya.
"Kamu belum tidur, Sayang?!" tanya Marcello sembari mengecup lembut bibir Sarrah yang ia poles dengan lipstik berwarna merah muda.
"Belum, aku masih belum ngantuk," jawab Sarrah sembari mengalungkan tangannya ke leher Marcello.
"Kamu menungguku, ya?!" goda Marcello.
"Ih, siapa bilang!" jawab Sarrah sambil terkekeh.
"Sudahlah, jangan mengelak! Sebaiknya akui saja." Marcello menaiki tubuh Sarrah dan merekapun melanjutkan permainan panas yang sempat tertunda.
Keesokan harinya,
Marissa pergi pagi-pagi sekali ke kampusnya. Ia bahkan rela melewatkan sarapan pagi hanya untuk menghindari pertemuannya dengan Sarrah. Untuk hari ini Marissa benar-benar sedang malas untuk berdebat. Ia tidak ingin merusak moodnya.
"Dimana Marissa?!" tanya Marcello sembari duduk di kursinya, diruang makan.
Sarrah memutarkan kedua bola matanya ketika Marcello menanyakan keberadaan Gadis itu kepada Pelayan.
"Nona Marissa sudah berangkat pagi-pagi sekali, Tuan," sahut Pelayan itu.
"Benarkah? Kenapa? Apa dia melewatkan sarapannya?" tanya Marcello dengan wajah cemas.
"Ya, Tuan. Tadi saya sudah menawarkan sarapan untuk Nona Marissa, tetapi dia tolaknya. Kata Nona Marissa, dia akan sarapan di kantin saja," tutur Pelayan itu.
Marcello mendengus kesal.
"Sudahlah, Sayang! Mungkin saja Marissa ada tugas yang harus ia kerjakan. Makanya ia pergi pagi-pagi sekali. Lagipula Marissa sudah dewasa, Sayang. Dia bukan anak kecil lagi," sahut Sarrah.
"Tapi aku mencemaskannya, Sayang. Aku tidak ingin dia jatuh sakit karena melewatkan sarapan paginya."
Sarrah semakin kesal mendengar ucapan Marcello. Namun, ia tetap mencoba tersenyum kepada lelaki itu.
Di kampus,
Marissa menikmati sebuah roti yang baru saja ia beli dari kantin. Ia duduk di sebuah kursi taman di dalam kampus tersebut. Tiba-tiba seseorang menjatuhkan diri tepat disampingnya. Marissa terperanjat dan segera menoleh kepada seseorang yang sedang duduk di sebelahnya.
"Pak Fattan?!" sapa Marissa sembari meneguk roti yang baru saja ia kunyah hingga ia tersedak.
Uhuk ... uhuk ...!!!
Fattan terkekeh pelan melihat Marissa tersedak. Ia membantu Marissa dengan cara mengelus punggung Gadis itu sembari menyerahkan sebotol air mineral yang baru saja ia beli.
"Minumlah."
Marissa menyambut botol air mineral itu kemudian segera meminumnya.
"Terima kasih, Pak!" ucap Marissa ketika ia selesai meminum minuman itu.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 310 Episodes
Comments
Lusi
pantas sahabat istrinya dulu baru ngegoda sekali langsung disikat.
ternyata emang s****** hyper
2023-01-12
1
Lusi
pantas skrg mau nikah sama Sarrah walau sdh tau sikap Sarrah bgmn.
yg penting buat Marcello kan yg penting bisa s**.
2023-01-12
0
Lusi
knp tdk lanjut dgn Bella???
mestinya krn sdh cerai semakin bisa puas2kan napsunya sama Bella???
kirain dlu Bella mati2an ngegodanya? ternyata baru sekali digoda langsung diembat. murah amat
2023-01-12
0