Seminggu kemudian,
Hubungan Marissa dan Sarrah semakin memburuk. Baik Marissa maupun Sarrah, sama-sama beranggapan bahwa mereka adalah saingan dan terus berpikir untuk saling menyingkirkan satu sama lain.
"Sayang, aku mau cincin berlian yang kemarin itu, ya! Jangan sampai salah," ucap Sarrah sembari bergelayut manja di lengan Marcello yang baru saja tiba dari kantornya.
Saat itu Marissa sedang duduk santai di sofa ruang utama sambil berkirim pesan chat kepada sahabatnya, Erika. Marissa memutarkan kedua bola matanya ketika mendengar rengekan wanita itu.
"Dasar cewek marte!" gumam Marissa, walaupun sebenarnya ia juga sama seperti wanita itu, sama-sama matre.
Marcello baru menyadari bahwa Marissa yang sedang duduk bersantai di sofa ruangan itu. Lelaki itu menghampiri Marissa, begitupula Sarrah.
"Selamat sore, Icha!"
Tiba-tiba Marcello melabuhkan sebuah kecupan hangat di kening Marissa kemudian mengacak pelan puncak kepalanya.
"Selamat sore juga, Dad!" sahut Marissa sembari melirik Sarrah yang terlihat sangat kesal kepadanya.
Marcello menjatuhkan dirinya tepat disamping Marissa. Sarrah pun ikut duduk disamping Marcello sembari menyandarkan kepalanya ke pundak calon suaminya itu.
"Bagaimana kuliahmu hari ini, menyenangkan?" tanya Marcello seraya meletakkan tangannya ke pundak Marissa.
"Begitulah," sahut Marissa yang kembali fokus pada layar ponselnya.
"Eh, dengar-dengar ada salah satu Dosen yang lagi kecantol sama Marissa, kenapa gak diterima aja, Marissa? Apalagi Dosennya masih single dan tampan," sela Sarrah.
Marissa menoleh kepada wanita itu. Ia heran dari mana Sarrah tau semua tentang dirinya, terlebih lagi cerita yang sedang hangat di kampus. Ya, di kampus sedang hangat-hangatnya gosip tentang kedekatan Marissa dengan salah seorang Dosen tampan. Namun, hubungan Marissa dengan Dosen itu sebenarnya masih dalam batas wajar.
"Benarkah?" tanya Marcello.
Marcello menautkan kedua alisnya sembari menatap tajam kepada Marissa.
"Ya, itu benar, Sayang. Lagipula Dosen itu masih single dan juga dari keluarga yang berada, jadi cocok lah jadi pasangan Marissa," sambung Sarrah.
Marissa tersenyum kecut. "Kamu benar-benar hebat, Nona Sarrah. Ternyata kamu punya bakat menjadi seorang Detektif. Bahkan berita yang sedang hangat di kampusku pun, kamu tahu."
Sarrah membuang muka dari Marissa sambil tersenyum licik.
"Hei, jangan berani macam-macam sama Dosen itu ya, Cha! Daddy serius, Daddy tidak ingin kamu dekat-dekat dengan lelaki itu," ucap Marcello dengan wajah kesal menatap Marissa.
Marissa menatap heran kepada Marcello sambil menautkan kedua alisnya. "Memangnya kenapa jika aku dekat dengan Dosen itu, Dad? Apakah itu salah?" tanya Marissa.
"Ya, itu salah!" ucap Marcello tegas.
Marcello bangkit dari posisi duduknya kemudian mengulurkan tangannya kepada Sarrah agar wanita itu ikut bersamanya. Sarrah semringah, ia menyambut uluran tangan Marcello sambil tersenyum sinis kepada Marissa.
Pasangan itupun segera meninggalkan Marissa disana sendirian. Marissa kembali berchatting ria bersama Erika. Ia mengutarakan semua kekesalannya terhadap wanita penyihir itu. Namun, setelah beberapa saat, ia mulai merasa haus. Tenggorokannya terasa kering.
Marissa bangkit dari tempat duduknya kemudian melangkah menuju dapur. Sesampainya disana, Marissa mengambil sebuah gelas dan mengisinya dengan jus buah kemasan yang ada didalam lemari pendingin. Ia sempat meminum jus itu seteguk, kemudian membawa gelas minuman itu menuju kamarnya.
Namun, langkahnya terhenti ketika mendengar suara des*han dari dalam ruangan pribadi milik Marcello. Marissa mengenali siapa pemilik suara itu. Siapa lagi kalau bukan Sarrah, wanita penyihir itu.
Marissa begitu penasaran. Ia tidak bisa menahan gejolak di hatinya untuk menyaksikan kemesraan mereka. Perlahan Marissa menghampiri pintu ruangan itu dan mengintip dari balik celah pintu yang tidak tertutup rapat.
Ia menyaksikan pasangan itu tengah berci*man dengan sangat liar. Sarrah duduk diatas meja kerja Marcello dan mengalungkan tangannya ke leher lelaki itu. Sedangkan Marcello dengan penuh semangat mengeksplor bibir dan lidah Sarrah. Tangan Marcello terus menelusuri setiap lekuk kaki jenjang Sarrah hingga ke pangkal paha wanita itu.
Entah mengapa Marissa merasakan hatinya seperti terbakar. Dadanya terasa panas dan otaknya seakan mendidih. Tanpa sadar, ia menggenggam gelas kaca yang ia pengang dengan sangat keras hingga akhirnya,
Prakkk!!!
"Akh!" jerit Marissa setelah menyadari bahwa tangannya terluka dan berlumuran darah.
Sontak hal itu membuat pasangan yang tengah menikmati kemesraan mereka, terkejut. Marcello melepaskan tubuh Sarrah dan bergegas membuka pintu ruangan itu.
Marcello begitu terkejut ketika mendapati Marissa yang terluka dan segera menghampiri Gadis itu.
"Icha, kamu kenapa?!"
Marcello panik dan meraih tangan Marissa yang terluka. Tanpa aba-aba, Marcello mengangkat tubuh Marissa dan membopong Gadis itu kembali ke kamarnya sambil berteriak memanggil Assistennya, Joe.
"Joe! Joe! Cepat, panggilkan Dokter, Marissa terluka!!!" teriak Marcello dengan wajah panik.
Marissa terdiam sembari memperhatikan wajah panik Marcello. Entah mengapa ia merasa sangat bahagia ketika Marcello mencemaskannya seperti itu. Ia bahkan melupakan rasa perih di tangannya akibat pecahan gelas tersebut.
Marissa mengalungkan tangannya ke leher Marcello dan menyandarkan kepalanya kedada lelaki itu. Detak jantung Marcello terdengar begitu jelas di telinganya, seperti irama musik yang begitu indah bagi Marissa.
Sarrah kesal bukan main. Apalagi melihat Marcello yang begitu mengkhawatirkan keadaan Marissa.
"Aku yakin sekali Marissa pasti sengaja melakukan itu untuk menggangu kami!" kesal Sarrah.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 310 Episodes
Comments
Matrubin Gompal
Dosen jodoh Erika nih kynya klo Marisa udh pasti milik El
2023-05-23
2
Masnah Ana
haaaa🤣🤣🤣
2022-07-26
0
Juwita Vena
lanjut thor
2022-07-06
0