Marissa kembali ke ruang makan kemudian melanjutkan sarapannya. Ia sudah sangat lapar karena sejak kemarin siang, tak ada makanan yang masuk kedalam perutnya. Begitupula tadi malam, rencana ingin makan malam malah gagal akibat perkelahiannya dengan Sarrah.
Pagi ini Marissa menikmati sarapannya dengan aman dan nyaman. Tanpa Marcello apalagi Wanita penyihir itu, Sarrah. Setelah perutnya kenyang, Marissa pun segera beranjak dari ruang makan.
Belum sempat ia keluar dari ruang makan, ia bertemu dengan seorang Pelayan yang bertugas mencuci pakaian yang kemarin ia kenakan.
"Bi, pakaianku kemarin sudah bersih, 'kan?!" tanya Marissa.
"Ya, Nona," sahut Pelayan itu.
"Nanti antar ke kamarku ya, Bi."
"Baik, Nona."
Setelah itu, Marissa kembali melanjutkan langkahnya. Namun, ketika ia berjalan melewati ruang utama, tanpa ia duga, Wanita penyihir itu kembali lagi bersama seorang Bodyguard yang terlihat begitu sangar.
"Benar katamu, Marissa. Dunia ini benar-benar sempit! Bahkan saking sempitnya aku merasa napasku tercekat karena hadirnya dirimu di kehidupan Marcello," ucap Sarrah ketika Marissa melewatinya.
Marissa terkekeh sambil membalikkan badannya. Ia menatap tajam kepada Sarrah dan Bodyguardnya secara bergantian.
"Kerenkan, Nona Sarrah?!" ejek Marissa.
Sarrah segera menghampiri Marissa dan memperhatikan penampilan Gadis itu. Saat itu Marissa masih mengenakan kemeja milik Marcello, yang diberikan oleh lelaki itu tadi malam. Wajah Sarrah terlihat semakin kesal karena penampilan Marissa saat itu benar-benar mengganggu indera penglihatannya.
"Bukankah ini kemeja milik Marcel?! Kenapa ada padamu?! Apa jangan-jangan kalian ...?!" ucap Sarrah dengan wajah cemas menatap Marissa.
Marissa terkekeh, "Tidak perlu cemas seperti itu, Nona Sarrah! Bukankah sekarang Tuan Marcello adalah Daddy-ku?! Jadi, mana mungkin aku dan dirinya melakukan hal itu. Yang benar saja!"
Perlahan ekspresi wajah Sarrah kembali normal. Wanita itu kembali menyunggingkan sebuah senyuman di wajahnya.
"Ha, kamu benar! Statusmu sekarang adalah anak dari Marcello Alexander. Itu artinya kamu tidak bisa melakukan hal-hal aneh lagi dengannya, benarkan?!" ucap Sarrah.
"Dan satu lagi, Marissa! Tidak lama lagi Marcello akan sah menjadi Suamiku, artinya kamu juga akan menjadi anak tiriku. Kamu tahu 'kan bagaimana nasib Cinderella ketika ia mempunyai seorang Ibu tiri? Jadi, persiapkanlah dirimu, karena apa yang terjadi pada Cinderella akan tejadi pula pada dirimu," sambung Sarrah sambil menyeringai licik.
Marissa tergelak mendengar ucapan Wanita itu. "Tapi sayangnya aku bukanlah Cinderella, Nona Sarrah! Aku adalah Marissa yang tidak akan membiarkan dirimu menginjak-injak harga diriku."
Marissa membalikkan badannya dan berniat ingin segera meninggalkan tempat itu. Namun, baru selangkah, ia berbalik lagi sambil tersenyum sinis.
"Kita lihat saja nanti, Nona Sarrah! Siapakah diantara kita yang mampu mempertahankan posisi kita disamping Tuan Marcello Alexander, aku atau dirimu?!" sambung Marissa.
Wajah Sarrah memerah, ia benar-benar marah kepada Gadis itu. Ia menghampiri Marissa dan berniat ingin melayangkan sebuah tamparan ke wajahnya. Namun, dengan sigap ditangkis oleh Marissa.
Plakkk!
"Sudah kukatakan padamu jangan pernah macam-macam padaku!" ancam Marissa setelah ia berhasil mendaratkan satu tamparan dipipi kanan Wanita itu.
Dengan berlari kecil, Marissa berlari ke kamarnya.
"Apa kamu buta, heh?! Gadis itu tadi memukulku dan kamu hanya diam saja disana seperti orang bodoh!!!" hardik Sarrah kepada Bodyguard yang sengaja ia sewa untuk melindungi dirinya.
"Maafkan saya, Nona. Saya tidak menyangka Gadis itu akan nenyerang Anda dengan begitu cepat," tutur Bodyguard itu.
"Hah! Alasan! Sebaiknya kamu pergi, sia-sia aku membayarmu mahal-mahal!" hardiknya seraya mengelus pipinya yang masih terasa perih.
Setibanya didalam kamar, Marissa bergegas mandi dan berpakaian. Ia kembali mengenakan pakaian yang baru saja diserahkan oleh Pelayannya.
Selesai berpakaian, Marissa segera meraih ponselnya dan menghubungi sahabatnya, Erika.
"Hallo, Icha! Apa kabar, Cantik!" sapa Erika dari seberang telepon.
"Erika, sepertinya aku akan lebih lama disini." ucap Marissa sambil merapikan pakaiannya.
"Lho, bukannya kamu sudah berjanji sama Bi Ani bahwa kamu hanya sebentar saja disana?! Kenapa malah betah, apa karena si Hot Daddy semakin menggoda, ya?!" goda Erika sambil terkekeh.
"Hush, sembarangan! Aku terpaksa tinggal lebih lama disini. Aku ingin mengacaukan hubungan Daddy dengan Sarrah, wanita yang kemarin menyiramku dengan jus buah. Aku tidak ingin melihat mereka bahagia begitu saja! Jahat ya, aku!" seru Marissa sambil menyeringai.
"Bagus! Aku setuju!" teriak Erika memberikan semangat kepadanya.
"Aku juga akan melanjutkan pendidikanku, Erika. Sepertinya aku akan meneruskan kuliahku dan aku berharap nantinya aku bisa menjadi wanita yang sukses dan bisa hidup mandiri tanpa tergantung pada siapapun, apalagi Daddyku!" sambung Marissa.
"Baguslah, Cha! Aku selalu mendukungmu, mau itu salah ataupun benar. Dan aku hanya bisa memberikanmu semangat dari kejauhan walaupun sebenarnya aku sangat merindukanmu!" tutur Erika.
"Aku juga, Erika. Aku juga sangat merindukanmu. Oh iya, aku sampai lupa menceritakan bagaimana hubunganku dengan Sarrah sejauh ini. Kami sudah seperti Tom And Jerry, Erika. Daddy ku saja sampai kewalahan menghadapi kami," Marissa tergelak ketika mengingat bagaimana ekspresi wajah Marcello saat melerai perkelahian mereka. Laki-laki itu benar-benar terlihat putus asa.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 310 Episodes
Comments
Masnah Ana
🤣🤣🤣🤣
2022-07-25
1
Renisa Reni
gw suka nih ama.cwe yg bar2 berani..baguslah marisa..hajar aja tuh sarah haha
2022-07-24
0
Juwita Vena
hahahahaaaaaa
2022-07-06
0