"Oh, Tuhan!" Marcello memegang kepalanya yang terasa sakit. Pertemuan yang sangat ia tunggu-tunggu malah jadi berantakan.
"Sebaiknya aku beristirahat." Marcello berbalik kemudian melenggang pergi.
"Aku juga! Entah mengapa kepalaku pusing!" ucap Marissa sembari berlari kecil menuju kamarnya.
"Sebenarnya apa yang terjadi pada mereka? Apakah mereka saling kenal sebelumnya?!" batin Joe yang kebingungan melihat reaksi Ayah dan Anak itu.
Joe mengikuti langkah Marcello menuju ruang pribadinya. Dengan langkah tergesa-gesa, Marcello memasuki ruangan itu kemudian duduk di kursi kesayangannya. Lelaki itu memijit kepalanya sambil menatap langit-langit ruangan.
"Joe, aku benar-benar malu!" ucap Marcello
"Sebenarnya ada apa, Tuan? Apakah Anda pernah berjumpa dengan Nona Marissa sebelumnya?" tanya Joe.
Marcello menghembuskan napas berat kemudian membenarkan posisi duduknya sembari mengusap wajahnya dengan kasar.
"Bukan lagi, Joe! Aku bahkan sempat berkencan dengan Gadis itu! Yang ternyata adalah Gadis kecilku!" tutur Marcello.
"Apa?!" pekik Joe dengan mata membulat menatap Marcello.
"Sudahlah, jangan pelototi aku seperti itu! Atau kamu memang mau aku pecat?!" kesal Marcello sambil membuang napas kasar.
"Ehm, maafkan saya, Tuan. Saya benar-benar terkejut setelah mendengar penuturan Anda tentang Nona Marissa." Joe membungkuk hormat kepada Marcello yang masih nampak frustrasi.
Joe mulai mengingat-ingat, Marcello pernah bercerita kepadanya tentang Sarrah yang terkena luka cakar akibat seorang Gadis bar-bar ketika mereka menikmati liburan di Kota XX. Bahkan Sarrah sampai merengek meminta perawatan kepada Dokter kulit langganannya agar kulit wajahnya kembali seperti sedia kala.
"Jadi, yang bergelut dengan Nona Sarrah kemarin adalah Nona Marissa, Tuan?!" tanya Joe.
Marcello menepuk jidatnya sendiri. Ia bahkan lupa jika Marissa pernah berkelahi hanya gara-gara dirinya sewaktu di Kota XX.
"Astaga! Bagaimana reaksi Sarrah jika ia tahu bahwa Marissa adalah Marissa kecilku?!" pekik Marcello.
Sementara itu dikamar Marissa,
"Astaga! Ini benar-benar sangat memalukan! Masa iya, aku menggoda Daddy-ku sendiri?! Aku mau muntah saat mengingat kencan itu!" Oek ...
Marissa mondar-mandir didalam kamarnya sambil terus bergumam dan mengumpat kasar. "Benar-benar bodoh! Bodoh, bodoh, bodoh!!!" umpatnya.
"Bukankah kedatanganku kemari untuk memarahi lelaki itu?! Bukannya marah-marah, aku malah lari dan bersembunyi disini!" kesal Marissa.
"Erika! Aku butuh Erika!!!"
Marissa meraih ponselnya kemudian menghubungi nomor ponsel sahabatnya itu.
"Ya, Cha?!" tanya Erika dari seberang telepon.
"Erika, aku sedang berada di kediaman Daddy-ku! Dan aku punya kabar baik sekaligus kabar yang teramat-amat buruk!!!"
Erika kebingungan mendengar ucapan sahabatnya itu. "Sejak kapan kamu berada dirumah Daddymu? Dan berita apa itu, jangan buat aku penasaran, Cha!" tanya Erika dengan sangat antusias.
"Kabar baik, ternyata Daddyku adalah seorang laki-laki yang kaya raya. Dia bahkan memiliki pesawat pribadi dan sebuah Mansion yang benar-benar wah!!!" ucap Marissa.
Erika terdengar sangat senang. Sahabatnya itu bahkan bertepuk tangan sambil mengucapkan selamat kepada Marissa. "Wah, hebat! Berarti kamu mendadak jadi orang kaya, donk!" sahut Erika.
"Eits, jangan senang dulu! Ada berita buruk yang mengikutinya dan ini benar-benar sangat buruk!"
"Ish, Icha! Jangan menakutiku seperti itu, donk!"
"Kamu masih ingat, 'kan sama Om Marcello yang mengajak aku kencan kemarin? Ternyata dia adalah Daddy-ku, Erika!"
"Apa?!" pekik Erika dengan sangat keras. Bahkan Marissa sampai mengelus telinganya akibat pekikan sahabatnya itu.
"Ya, Tuhan! Bagaimana bisa?! Astaga, untung saja diantara kalian tidak sempat ngapa-ngapain, yah! Kalau sempat itu terjadi, maka ..."
"Sudah, diam! Jangan berandai-andai. Aku mau muntah hanya dengan membayangkannya saja, tau tidak!" kesal Marissa.
"Owh, oke-oke, maaf! Lalu apa rencanamu sekarang?!" tanya Erika.
"Aku ingin memberikan sedikit pelajaran untuk lelaki itu!" tutur Marissa sambil menyeringai licik.
"Heh, gak boleh begitu, Cha. Biar bagaimanapun dia adalah Daddymu. Eh, salah ... Hot Daddy lebih tepatnya! Aku mau donk jadi anaknya! Anak angkat juga gak apa-apa,"
"Hush! Jangan ngawur! Aku cuma ingin Daddy merasakan apa yang Mamahku rasakan ketika Daddy mengkhianatinya."
"Apa yang ingin kamu lakukan, Cha?! Jangan aneh-aneh lo, ya! Kasihan Daddy kamu," ucap Erika dari seberang telepon.
"Kita lihat saja nanti," sahut Marissa.
Malam pun tiba,
Marcello sudah duduk di kursinya, di ruang makan. Ia bersiap untuk memulai makan malamnya. Namun, tiba-tiba ia teringat akan Marissa.
"Dimana Marissa?" tanya Marcello kepada salah satu Pelayannya.
"Masih di kamarnya, Tuan." sahut Pelayan itu.
"Panggil dia! Katakan bahwa aku yang memanggilnya," ucap Marcello.
"Baik, Tuan."
Pelayan itupun bergegas menuju kamar Marissa dan mengajak Gadis itu untuk ikut bersamanya ke ruang makan. Tepat disaat itu, Sarrah tiba di Mansion milik Marcello. Wanita itu bergegas masuk dan mencari keberadaan kekasihnya itu.
"Dimana Marcel-ku?" tanya Sarrah kepada salah satu Pelayan yang menyambut kedatangannya.
"Tuan sedang berada diruang makan, Nona." jawab Pelayan itu.
"Benarkah?! Kebetulan sekali, aku juga sudah lapar dan ingin makan malam bersamanya," tutur Sarrah sembari melangkahkan kakinya menuju ruang makan.
Setibanya di ruang makan,
"Marcel sayang!"
Sarrah menghampiri Marcello kemudian memberikan ciuman hangat ke bibir kekasihnya itu.
"Ya, Tuhan!" gumam Marcello sambil memejamkan matanya erat. Apa yang ia khawatirkan akan segera terjadi, dimana Sarrah dan Marissa akan kembali bertemu.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 310 Episodes
Comments
timbuljaya
kapok lo Marcel
2024-03-24
0
Rizma
bisa jadi pelajaran buat lelaki hidung belang yg suka nanam benih sembarangan takut nya anak sendri di nikahi
2023-10-03
1
Achmad Sullivan
😄😄😄😄
2023-05-23
0