"Mah, Mamah!"
Marissa berlari dengan berlinang airmata menuju tempat tidur Melinda. Wanita itu tergolek lemah diatas tempat tidurnya. Kondisinya sudah sangat lemah dan tidak berdaya.
"Mamah, bertahanlah, Mah! Ayo, Marissa antar ke Rumah Sakit! Pokoknya Mamah harus sembuh, jangan menyerah!!!"
Marissa mencoba membangunkan tubuh Melinda, tetapi disanggah oleh Wanita itu. Melinda meraih tangan Marissa kemudian menggenggamnya dengan erat.
"Marissa, Sayang ... sepertinya ini sudah saatnya Mama kembali kepada-Nya. Mama harap Marissa kuat dan ikhlaskan kepergian Mama."
Tangan Melinda terasa sangat dingin. Marissa mengusap-usapkan kedua tangannya untuk memberikan kehangatan kepada Melinda. Ia benar-benar tidak ingin kehilangan Ibunya. Namun, semua itu sepertinya percuma saja. Kondisi Melinda semakin melemah.
"Mah ..." lirih Marissa. Marissa terisak sambil menciumi tangan Melinda yang semakin dingin.
"Ma-Marissa, jika nanti Daddymu menjemput mu, Mama minta sebaiknya kamu ikut dengannya. Sekarang kamu hanya memiliki Daddy dan Mama yakin Daddy akan menjagamu dengan baik, aakh ..."
Tubuh Melinda menegang sejenak, tetapi setelah itu tubuhnya kembali melemah. Semakin melemah dan melemah, hingga akhirnya Melinda menghembuskan napas terakhirnya.
"Mamah!!!"
Marissa tidak kuasa menahan kesedihannya. Ia berteriak dan mencoba membangunkan tubuh Melinda yang sudah tidak bernyawa.
"Mah, bangun! Marissa bilang bangun! Jika Mamah tidak bangun, maka Marissa yang akan menyusul Mamah! Mamah bangun!!!"
Marissa kembali menjerit dan tidak mampu mengontrol kesedihannya. Ani menghampiri Marissa kemudian memeluk tubuhnya dengan erat.
"Sudahlah, Nona! Ikhlaskan Bu Melinda. Biarkan Bu Melinda kembali dengan tenang. Dia sudah bahagia dan tidak lagi merasakan sakitnya," ucap Ani sambil mencoba menenangkan Marissa.
. . .
"Joe, tidak bisakah aku menunda rapat ini?!" hardik EL kepada Assistennya. Wajahnya memerah, ia sangat marah ketika disaat genting seperti ini, ia harus dihadapkan dengan rapat yang tidak bisa ia tunda.
"Sayangnya rapat ini tidak bisa diwakilkan, Tuan," sahut Joe dengan wajah tertunduk.
"Arrgghhhh!!!!"
EL berteriak dan melemparkan barang-barang yang ada diatas mejanya. Ia benar-benar marah dan kecewa saat itu.
"Baiklah, sebaiknya kamu yang pergi kesana dan segera jemput putriku!" titah EL kepada Joe.
Joe pun menganggukkan kepalanya kemudian segera keluar dari ruangan Bossnya itu.
Sementara itu,
Air mata Marissa terus mengalir disepanjang acara pemakaman berlangsung. Dan kini tiba saatnya, dimana tubuh Melinda yang sudah tidak berdaya ditimbun dengan tanah pemakaman. Tubuh Marissa merosot, kakinya tidak sanggup lagi menahan beban tubuhnya.
"Mah," lirih Marissa disela isak tangisnya.
"Sudahlah, Nona." Bi Ani menepuk pundak Marissa kemudian membantunya berdiri.
Satu-persatu para Pelayat berpamitan kepada Marissa, termasuk sahabatnya, Erika. Kini tinggal Marissa bersama Ani yang masih setia menemani gadis itu. Marissa masih belum bisa menerima kepergian Melinda. Ia kembali menangis sambil menciumi nissan Melinda.
"Nona Marissa, sebaiknya ikhlaskan kepergian Nyonya Melinda. Masih ada Daddy Anda yang siap menggantikan posisinya untuk menyayangi dan menjaga Anda," tutur seorang Lelaki yang kini berdiri tepat dibelakang Marissa.
Marissa menghentikan tangisnya kemudian berbalik. Ia tersenyum sinis sembari menatap tajam pada seorang laki-laki yang sedang mengenakan setelan jas berwarna hitam.
"Daddy?! Jadi kamu Daddy-ku?"
Marissa menatap sinis kepada lelaki bertubuh besar itu sembari memperhatikan penampilannya dari ujung kepala hingga ujung kaki.
"Maaf jika mengecewakan Anda, Nona. Tetapi saya bukanlah Daddy Anda. Nama saya Joe dan saya ditugaskan untuk menjemput Anda," sahut lelaki yang bernama Joe tersebut.
Marissa kembali tersenyum sinis kemudian berucap, "Diakah Daddy yang kamu bilang baik dan akan menggantikan posisi Mamaku? Bagaimana dia bisa menjadi Daddy yang baik, sedangkan hari ini saja, ia tidak bisa berhadir untuk menjemputku. Daddy macam apa dia?!" hardik Marissa sambil menyeka air matanya.
Joe dan Ani hanya bisa saling tatap kemudian menghembuskan napas berat. "Maafkan Daddy Anda, Nona Marissa. Dia sedang ada rapat yang benar-benar tidak bisa ia tinggalkan," sahut Joe.
"Cih!"
Marissa berdecih sebal. Ia berjalan meninggalkan tempat pemakaman itu dengan langkah cepat. Joe dan Ani mengikuti langkah kaki gadis itu dari belakang.
"Maafkan Nona Marissa, dia memang sedikit keras kepala," tutur Ani kepada Joe.
Joe menganggukkan kepalanya perlahan dan terus mengikuti langkah kaki Marissa. Ketika Marissa sudah melangkah keluar dari pemakaman itu, Joe bergegas membukakan pintu mobilnya untuk Marissa.
"Masuklah, Nona Marissa. Kita akan menemui Daddy anda sekarang juga," pinta Joe dengan tatapan dingin menatap Marissa.
"Marissa menyipitkan matanya, tetapi tatapan gadis itu tetap menohok tajam. "Baiklah, bawa aku sekarang! Aku ingin segera bertemu dengan lelaki yang sudah mengkhianati Ibuku itu!"
Marissa bergegas masuk kedalam mobil sambil mendengus kesal.
"Apa Anda tidak ingin membawa barang-barang keperluan Anda, Nona?" tanya Joe sambil memperhatikan Marissa yang sudah duduk didalam mobil.
"Tidak perlu, aku hanya ingin memarahi lelaki itu lalu pulang!" kesal Marissa sambil menekuk wajahnya.
Joe menaikkan sebelah alisnya sambil tersenyum tipis kemudian bergegas masuk kedalam mobilnya setelah ia berpamitan kepada Ani, Wanita yang mengabdikan dirinya untuk Melinda dan Marissa.
"Bi Ani, tolong jaga rumah baik-baik, ya! Aku tidak akan lama, kok, Bi. Aku akan secepatnya kembali untuk mengurus rumah sekaligus Butik Mamah," ucap Marissa kepada Bi Ani.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 310 Episodes
Comments
Kristi Yani
seperti nya tebakan q salah, tapi belum tentu sih kita lihat dulu benarkah El itu Marcellino?
2023-01-02
0
Masnah Ana
oooh tidak ada kejutan apa ini....
2022-07-25
0
Juwita Vena
jangan2 bener lagi ntar yg ditemuin marissa waktu itu tapi g mungkinlah
2022-07-06
0