Bandung
kring kring kring
Dering ponsel Bryan terdengar nyaring dan memenuhi koridor rumah sakit. Bryan menatap layar ponsel untuk memastikan siapa yang menelpon malam-malam.
"Daddy." Gumam Bryan seraya menggeser tombol hijau pada benda pipih tersebut.
"Halo daddy, iya saat ini nenek sudah berada diruang rawat inap. Tadi kata tante Merlin, nenek sempat pingsan karena khawatir akhirnya dibawa ke rumah sakit."
"Dokter bilang nenek pingsan diakibatkan tekanan darah tinggi (hipertensi).
Tekanan darahnya mencapai 200/120 mmHg sedangkan tekanan darah normal orang dewasa adalah 120/80 mmHg.
Sudah dilakukan pemeriksaan tes darah-urine, radiologi dan EKG dan dokter menyatakan nenek mengalami hipertensi maligna yaitu hipertensi berat yang bersifat darurat. Untung saja segera dibawa ke rumah sakit jadi bisa segera ditangani. Kemungkinan nenek akan dirawat selama beberapa hari kedepan." Bryan menjelaskan panjang lebar keadaan nenek kepada daddy nya.
Sementara diseberang sana, Reymond tampak mencemaskan keadaan mertuanya. Bukannya dia tidak ingin menjenguk hanya saja dia sudah terlanjur membuat janji dengan Alexander untuk membahas rencana perjodohan Aluna dan Bryan. Karena tidak ingin membuat kecewa jadi Ayunda mommy Bryan meminta Reymond tetap datang sementara dia dan Bryan memutuskan untuk berangkat ke Bandung tanpa ditemani Reymond. Shera tidak ikut karena dia saat ini sedang fokus dengan ujian tengah semester.
"Ry, telpon dari siapa?" Tanya Ayunda kepada putra sulungnya.
"Oh, ini dari daddy."
"Mana sini, mommy ingin bicara dengan daddy mu."
Bryan langsung memberikan ponsel kepada mommy.
"Halo dad, gimana tadi acaranya. Sukses? Aduh, mommy sebetulnya ingin sekali bertemu dengan Aluna. Pasti saat ini dia sangat cantik seperti mamah nya." Nampak raut kecewa terpancar diwajah ayu milik Ayunda.
"Sukses mom, cuma Aluna belum bisa memberikan kepastian kepada kita karena menurut dia ini terlalu tiba-tiba. Ya semoga saja Aluna mau menerima perjodohan ini."
"Iya dad, mommy berharap sekali Aluna bisa menjadi menantu kita. Mommy tuh sudah terlanjur sayang sama Aluna sejak dia masih kecil."
"Terus bagaimana kabar Alex, dad?"
"Alhamdulillah sehat mom. Alex masih seperti dulu tidak ada yang berubah hanya usia saja yang semakin bertambah."
Ayunda terkekeh mendengar ucapan suaminya.
"Apakah dengan perjodohan ini bisa membuat Bryan melupakan gadis itu?" Ayunda tampak ragu dengan keputusan suaminya untuk menjodohkan Bryan dengan Aluna.
"Mommy tenang saja, aku yakin 100% cepat atau lambat Bryan akan melupakan gadis itu. Memang sehebat apa gadis itu sampai Bryan tidak bisa melupakan dia?" dengan kesal Reymond menjawab pertanyaan Ayunda.
"Mommy takut dad, jika pernikahan itu terjadi malah membuat Aluna tersiksa. Mau ditaruh dimana muka kita kalau sampai Bryan mencampakan Aluna." Keluh Ayunda kepada Reymond.
"Mommy jangan terlalu memikirkan masalah itu. Biar aku dan Alex yang urus." Reymond masih berusaha untuk meyakinkan Ayunda.
"Baiklah, aku percaya padamu dad."
"Ya sudah dad, mommy mau ke kantin dulu. Perut mommy lapar. Dari tadi belum makan apa-apa. Bye daddy!"
"Bye mom!"
Ayunda mengembalikan ponsel itu kepada Bryan dan berjalan menuju lift meninggalkan Bryan sendiri di koridor rumah sakit.
Percakapan antara Bryan dan Reymond masih berlanjut.
"Ry, kamu serius kan mau menerima perjodohan ini? Jangan sampai kamu mengecewakan kami! Ingat, sekali kamu berbuat salah daddy tidak akan memaafkanmu." Ancam Reymond.
"Kalau daddy sudah memaksa, aku bisa berbuat apa? Lagipula gadis yang sangat aku cintai sudah pergi meninggalkanku entah kemana. Jadi tidak ada alasan bagiku untuk menolak."
Senyum licik terlukis di wajah Reymond.
"Bagus, daddy bangga padamu nak. Ya sudah, daddy tutup dulu telponnya. Kamu istirahat lah. Jaga nenek dan mommy mu dengan baik. Jika keadaan nenek sudah membaik, segera kembali ke Jakarta. Kita akan membahas kelanjutan perjodohanmu."
Akhirnya sambungan telpon berakhir.
Namun Bryan masih mematung di ujung koridor rumah sakit. Dia nampak sedang memikirkan sesuatu. Memikirkan seseorang yang sangat dicintainya melebihi apapun di dunia ini. Seseorang yang begitu penting dalam hidupnya bahkan Bryan rela memberikan seisi dunia kepada gadis itu.
Ingatan Bryan kembali kemasa lampau, pertemuan pertama dengan Eliza. Gadis yang sangat dicintai olehnya. Gadis penolong dan sekaligus cinta pertama Bryan. Kemudian Bryan mengeluarkan benda pipih keluaran terbaru dengan logo apel tergigit dibagian pojok kanan atas. Jari jemarinya menyentuh layar ponsel dan mencari nama seseorang.
"Halo Rudy, apakah sudah kamu temukan keberadaan Eliza?"
"Belum tuan, kami belum menemukan informasi apa-apa tentang Nona Eliza. Sepertinya ada orang yang sengaja mem-blockir akses untuk menemukan keberadaan Nona Eliza saat ini. Orang kepercayaan kita yang handal pun menyerah." Jelas Rudy orang kepercayaan Bryan.
Rudy merupakan orang kepercayaan sekaligus sahabat Bryan. Mereka berteman ketika sama-sama masih duduk dibangku SMA. Rudy adalah orang kedua yang berkenalan dengan Bryan sewaktu di SMA setelah Eliza.
"Apa?! Bagaimana bisa orang sehandal itu menyerah. Apa kau tidak becus mengurusnya?" teriak Bryan dengan frustasi. Dia tidak sadar dengan ucapannya yang mengganggu pengunjung rumah sakit. Semua mata tertuju kepadanya.
Akhirnya Bryan mengecilkan volume suara agar tidak mengganggu pengunjung lain.
"Terus cari informasi jangan sampai kalian menyerah begitu saja. Pokoknya harus ketemu! Aku tidak ingin mendengar alasan apapun. Mengerti?" Ucap Bryan sambil berbisik.
"Baik Tuan."
Bryan mematikan ponsel dan berjalan masuk keruang kelas VIP rumah sakit. Disana terbaring seorang nenek yang sedang istirahat. Menyadari ada seseorang masuk, akhirnya nenek itu terbangun dan melihat siapa yang datang. Ternyata Bryan cucu kesayangan si nenek yang datang.
"Kamu kenapa Ry? Kenapa wajahmu kusut begitu? Apakah kamu ribut lagi dengan daddy mu?" Ucap nenek penuh selidik.
Ketidak-akuran yang terjadi antara Bryan dan Reymond sudah bukan rahasia lagi. Seluruh keluarga Ayunda yang ada di Yogyakarta maupun keluarga Smith di London sudah mengetahui. Jadi tidak heran jika ada masa dimana mereka sering berselisih paham.
"Tidak nek, aku tidak sedang bermasalah dengan daddy."
"Nenek dengar, katanya daddy mu sedang berencana menjodohkanmu dengan putri sahabatnya. Apakah benar?"
"Iya, tadi daddy sudah menemui sahabatnya itu."
"Terus bagaimana kelanjutannya? Kapan tanggal pertunangan kalian?"
"Tidak tahu, tadi daddy telpon hanya memastikan saja bahwa aku bersedia menikah dengan sahabatnya." Raut wajah Bryan kembali sedih.
Nenek Rina mengetahui kesedihan cucu kesayangannya langsung mengelus tangan kanan Bryan dengan lembut. Seolah memberikan kekuatan. Bryan memang sangat dekat nenek Rina bahkan lebih dekat daripada mommy nya.
"Ry, nenek tahu sampai detik ini kamu masih mencintai Eliza. Masih mengharapkan dia kembali tapi apa yang orang tuamu lakukan menurut nenek itu demi kepentinganmu. Mereka tidak ingin kau berlarut-larut dalam kesedihan. Eliza sudah lama pergi meninggalkanmu Ry. Dia pergi tanpa pamit dan tidak memberikan kabar juga kepadamu. Usia mommy dan daddy mu sudah tidak muda lagi, mereka membutuhkan penerus garis keturunan keluarga Smith. Sedangkan di keluarga kita, hanya kamu satu-satunya anak lelaki jadi besar harapan bagi kami agar kamu segera memberikan penerus keluarga ini. Kamu mengerti kan Ry?"
Hanya nenek Rina yang mengerti perasaan Bryan. Biarpun Bryan orang nya dingin dan cuek tapi kepada nenek Rina saja dia bisa mencair.
"Mengerti nek." Ucap Bryan sambil memeluk nenek Rina.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
El_Tien
Hai Brayn
2021-10-11
0