Bab 18

.

.

.

Prang....brakk...

Bunyi kegaduhan benda pecah dan juga lemparan barang terdengar dari ruang kerja tuan Darma yang berada di lantai atas, tuan besar Darma meluapkan semua kemarahannya setelah mendengar jika Darren telah meninggalkan kediaman Bimantara tanpa membawa apapun.

Bukan karena takut putranya akan hidup kekurangan di luar sana, tapi karena ia merasa sudah tidak bisa mengendalikan putranya lagi sehingga Darren menentang perintahnya.

"Buka pintunya!!" perintah nyonya Hera pada bodyguard yang sudah berdiri di depan pintu ruang kerja suaminya.

"Maaf nyonya, tapi tuan besar sedang marah, kami tidak berani". ucap seorang bodyguard yang berdiri di depan pintu.

"Kamu tahu aku ini siapa? aku adalah istrinya, jadi aku tahu apa yang harus aku lakukan". ucap nyonya Hera dengan nada tinggi.

"Tapi tuan besar berpesan agar tidak ada yang mengganggunya.....".

"Buka pintunya atau kalian semua akan tahu akibatnya" ancam nyonya Hera pada tiga bodyguard di depannya.

Ketiga pria berbadan kekar itu saling menatap sebelum salah satunya membukakan pintu ruang kerja tuan Darma yang sedari tadi mereka jaga, selain perintah dari tuan besarnya perintah nyonya besar Bimantara ini juga tidak bisa mereka abaikan begitu saja.

Begitu masuk ruang kerja tuan Darma nyonya Hera sedikit terkejut mendapati ruangan itu sangat berantakan dengan pecahan fas dan beberapa berkas yang berserakan di lantai.

"Kenapa kamu sangat marah? sampai barang-barang yang tidak bersalah pun ikut menjadi sasaran kemarahanmu ". ucap nyonya Hera setelah berada di depan meja kerja suaminya.

"Kenapa kamu bisa masuk kesini? apa bodyguard di luar tidak memberi tahumu jika aku sedang tidak ingin di ganggu ". ucap tuan Darma yang langsung berdiri dari duduknya.

"Apa kamu marah karena putramu tidak mematuhi perintahmu seperti biasanya? atau kamu merasa gagal karena tidak bisa mengendalikan putramu lagi?". ucap nyonya Hera dengan tersenyum mengejek.

"Tutup mulutmu.!! kamu pikir kamu siapa bisa berkata seperti itu di hadapanku!!". teriak tuan Darma dengan lantang.

"Aku memang bukan siapa-siapa di matamu, sudah hampir tiga puluh tahun aku bertahan menjadi istri tapi tidak memiliki suami, bahkan saat aku sudah menjadi seorang ibu tapi kalian membuatku tidak memiliki seorang anak". ujar nyonya Hera dengan wajah sendu.

"Wanita sepertimu memang pantas mendapatkannya, wanita murahan yang menggunakan cara kotor untuk bisa masuk di keluarga Bimantara". ucap tuan Darma dengan senyum mencemooh.

" Kenapa kamu begitu bodoh Darma, bahkan untuk mencari satu bukti kebenaran saja kamu tidak bisa, atau mungkin kamu memang tidak pernah mencarinya karena takut semua yang aku katakan itu adalah benar! bahwa kekasihmu lah yang berselingkuh dan mencari kambing hitam untuk menutupi kebusukannya".

Plakk....

Nyonya Hera memegang pipinya yang terasa panas karena tamparan yang baru saja tuan Darma lakukan, tapi hatinya jauh lebih sakit daripada pipinya yang jelas -jelas sudah memerah.

"Elisa adalah wanita baik-baik dan sangat mencintaiku, jadi tidak mungkin dia melakukan hal kotor seperti yang kamu katakan". teriak tuan Darma dengan emosi.

Elisa adalah kekasih tuan Darma di masa lalu yang meninggal karena kecelakaan setelah memergoki tuan Darma tidur di kamar hotel bersama nyonya Hera.Sejak saat itulah tuan Darma membenci nyonya Hera karena ia menganggap nyonya Hera lah yang menyababkan kematian wanita yang sangat di cintainya itu.

"Selama tiga puluh satu tahun aku bertahan di rumah ini, bertahan dari semua perlakuan burukmu dan juga tuduhan yang tidak pernah aku lakukan, kamu salah besar jika menganggap aku mempertahankan posisiku sebagai istrimu karena aku takut kehilangan harta dan kemewahan keluarga Bimantara, aku bertahan di rumah ini karena putraku juga ada disini, dan sekarang karena putraku sudah memutuskan untuk keluar dari keluarga Bimantara maka akupun sudah tidak punya alasan untuk tetap berada di rumah ini". nyonya Hera menatap wajah tuan Darma sebelum berlalu keluar dari ruangan itu.

Tuan Darma mengepalkan kedua tangannya, rahangnya mengeras seiring dengan amarahnya yang semakin memuncak, ia memang tidak pernah menganggap wanita yang sudah menjadi istrinya itu ada dan berarti dalam hidupnya selama ini, tapi kenapa hatinya terasa nyeri mendengar bahwa wanita itu bertahan dirumah ini hanya demi putranya, dan sekarang dia juga akan menyerah dan pergi meninggalkannya.

"Nyonya! apa anda yakin akan meninggalkan rumah ini?" ucap Hesti saat berada di kamar nyonya Hera.

"Tidak ada alasan untukku terus bertahan di rumah ini, aku rasa kamu sudah tahu alasannya". jawab nyonya Hera yang sudah siap dengan tas kecil di tangannya.

"Terima kasih sudah membantuku selama ini, semoga kita bisa bertemu lagi di lain waktu dalam keadaan yang baik". tambah nyonya Hera menatap sang asisten dengan wajah sendu.

"Berbahagialah di luar sana nyonya, anda pantas mendapatkannya". ucap Hesti dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Kamu juga, jaga dirimu baik-baik". ucap nyonya Hera sebelum memasuki taksi yang sudah menungggunya di luar gerbang.

"Saya akan pastikan tuan Darma menyesal karena selama ini sudah menyia-nyiakan wanita berhati baik seperti anda nyonya". batin Hesti sebelum kembali memasuki gerbang.

**

Sementara di tempat lain,Bram yang sedang mengemudi tampak serius memperhatikan jalannan di depannya, tujuannya sekarang adalah sekolah dimana sang tuan muda junior menimba ilmu, tapi telinganya terus mendengar obrolan dua orang yang duduk di kursi belakang dengan seksama.

"Apa yang harus papa lakukan untuk mendapatkan hati mamamu boy? dia begitu keras kepala dan juga menyeramkan saat marah". ucap Darren bergidik takut saat mengingat kejadian tadi pagi saat Azkia menyuruhnya mencuci piring bekas makan mereka.

"Aku bisa saja membantu papa,tapi apa imbalan yang aku dapatkan?" tanya Davin dengan santai.

"Ck,kamu ini benar-benar tidak mau rugi, membantu orangtua sendiri di jadikan bisnis". seru Darren yang berdecak kesal dengan sifat putranya.

"Tentu saja, bukankah dalam tubuhku juga mengalir darah Bimantara yang terkenal dengan kepintarannya dalam berbisnis". ucap Davin yang tetap berwajah datar.

Darren yang mendengar ucapan putranya hanya menanggapinya dengan malas.

"Baiklah, katakan apa yang kamu inginkan sebagai imbalannya?". setelah beberapa saat berfikir akhirnya Darren setuju dengan usulan putranya.

"Aku ingin laboratorium pribadi dan juga tempat berlatih pribadi yang tidak akan di ketahui oleh siapapun". ucap Davin yang membuat Darren dan Bram terkejut dengan permintaan bocah kecil yang baru duduk di bangku kelas satu SD itu.

"Kebanyakan anak seusiamu akan meminta mainan keluaran terbaru sebagai imbalannya, tapi kenapa kamu justru meminta hal yang tidak berbau anak kecil seperti itu". Darren menatap putranya dengan heran.

"Kalau papa tidak sanggup ya sudah! berarti papa juga jangan berharap aku akan membantu". ucap Davin yang membuat Darren tak berkutik,sedangkan Bram terlihat sedang menahan tawa.

.

.

.

💖Bersambung....

.

.

👉Jangan lupa kasih like,vote dan komen buat author ya gengs..biar author nggak galau mulu 💙💙💙

.

.

💗Makachiii...😙😙😙

.

.

Terpopuler

Comments

ダンティ 妹

ダンティ 妹

anak sama bapak sama sikap ya

2021-10-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!