Bab 16

.

.

.

Nyonya Hera tampak tidak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini,Darren,putranya itu terlihat sangat bahagia bermain dengan seorang anak laki-laki.

"Putraku tertawa Hesti! lihatlah Darren ku tertawa". seru nyonya Hera dengan wajah bahagianya.

Sungguh ini seperti mimpi bagi nyonya Hera, melihat Darren tertawa dan terlihat bahagia.

Walaupun tidak bisa mendengar suara tawanya karena posisi nyonya Hera yang berdiri cukup jauh dari tempat Darren dan Davin bermain, tapi itu sudah lebih dari cukup membuat nyonya Hera bahagia.

"Iya nyonya, saya juga melihatnya". jawab Hesti yang ikut bahagia.

"Aku tidak pernah melihat dia sebahagia itu, bahkan kapan terakhir kali dia tertawa pun aku tidak tahu, bukankah aku ini adalah ibu yang buruk". wajah nyonya Hera berubah sendu saat mengingat dirinya yang tidak pernah ada disamping putranya.

"Nyonya sudah melakukan yang terbaik yang nyonya bisa, jadi jangan beranggapan kalau nyonya adalah ibu yang buruk". ucap Hesti menatap nyonya Hera dengan sendu.

Hesti sangat tahu bagaimana perasaan nyonya Hera selama ini,walaupun tinggal bersama suami dan anaknya tapi ia selalu merasa hidup sendiri.

"Siapa anak laki-laki itu? kenapa mereka terlihat sangat akrab, dan wajah mereka...". suara nyonya Hera seakan tercekat saat menyadari wajah anak laki-laki itu begitu mirip dengan Darren.

"Saya akan mencari tahunya nyonya". ucap Hesti yang mengerti maksud majikannya.

Di Arena permainan Darren tampak frustasi karena sejak tadi ia selalu kalah dari Davin, bahkan sudah berbagai permainan yang ia coba tapi tetap saja ia selalu kalah dari bocah tujuh tahun itu.

"Kamu curang boy ". seru Darren yang lagi-lagi kalah dari Davin.

"Papa yang tidak bisa bermain kenapa malah mengataiku curang".sungut Davin yang tidak terima dirinya di tuduh curang.

"Buktinya dari tadi papa selalu kalah dan kamu selalu menang". sungut Darren tidak mau kalah.

"Papa saja yang payah! permainan anak kecil saja tidak bisa ". ejek Davin dengan wajah datarnya.

"Dasar anak kecil ". lirih Darren dengan menatap wajah putranya yang terlihat mengedarkan pandangannya ke sekeliling.

"Mama kemana ?". tanya Davin karena tidak melihat mamanya di sekitar sana.

"Tadi dia bilang akan menghabiskan uang papa, jadi mungkin sekarang dia sedang sibuk ". ujar Darren dengan nada santai.

Disisi lain,Azkia yang sudah lelah berputar-putar tanpa berniat membeli apapun memutuskan untuk kembali ke arena permainan.

"Coba aja ada Maya sama Melani, pasti bakalan seru walaupun cuma keliling sama lihat-lihat doang, lebih baik aku tungguin mereka main aja deh". gerutu Azkia sambil berjalan menuju arena permainan.

Brakk...

Azkia yang baru saja akan memasuki arena permainan di kejutkan dengan seorang wanita yang tiba-tiba berbalik dan tidak sengaja menabraknya hingga paperbag yang ia bawa terjatuh.

"Maafkan saya nona, saya benar-benar tidak sengaja". ucap Hesti dengan rasa bersalah.

"Tidak apa-apa bu, tadi saya juga kurang memperhatikan jalan, jadi tidak tahu kalau ibu akan berbalik". jawab Azkia dengan tersenyum ramah.

"Maafkan asisten saya nak, dia kurang hati-hati". ucap nyonya Hera seraya menyerahkan paperbag itu pada Azkia.

"Tidak apa-apa bu, saya permisi dulu". ucap Azkia tersenyum ke arah dua wanita paruh baya di depannya sebelum berjalan memasuki arena permainan.

Sedangkan nyonya Hera dan asistennya kembali ke tempat dimana tadi mereka berdiri melihat Darren dari kejauhan.

"Sudah puas bermainnya? siapa yang menang?". seru Azkia menatap Darren dan Davin bergantian.

"Tentu saja Davin yang menang". seru Davin menyombongkan diri.

"Mana belanjaanmu sayang?". tanya Darren yang melihat Azkia hanya membawa satu paperbag di tangannya.

"Aku sedang tidak ingin membeli apapun". jawab Azkia dengan malas.

"Ini, aku kembalikan". Azkia menyodorkan kartu hitam itu kehadapan Darren.

"Itu untukmu".

"Tapi aku tidak ingin membeli apapun ". Azkia mencoba menolak kartu pemberian Darren.

"Kalau begitu simpan saja sayang, anggap saja itu sebagai nafkah lahir dariku,dan tinggal menyempurnakannya dengan nafkah batin kalau kita sudah menikah ". ujar Darren yang membuat Azkia salah tingkah karena Davin juga ikut menyimak.

Sementara Davin hanya menggelengkan kepala saat mendengar obrolan absurd kedua orang tuanya.

Nyonya Hera dan asistennya tampak terkejut mendapati wanita yang tadi ia tabrak sedang berinteraksi dengan Darren dan terlihat sangat akrab.

"Cari tahu juga tentang wanita itu Hesti". perintah nyonya Hera pada sang asisten.

*

Selepas Darren mengantar Azkia dan Davin pulang ia juga bergegas pulang ke rumah, tubuhnya benar-benar merasa lelah setelah tadi menemani putranya bermain,sungguh ini adalah hal baru dan sangat menyenangkan dalam hidup Darren.

Sejak kecil Darren sudah di hadapkan dengan tumpukan buku yang harus ia pelajari setiap hari dengan pengawasan yang ketat, ia selalu di tuntut menjadi yang terbaik dalam segala hal, dan itu membuatnya tidak bisa menikmati masa kecil seperti teman-teman seusianya.

"Dari mana saja kamu??". suara tegas tuan Darma menggema di ruang tengah yang terlihat sepi.

Darren menghentikan langkahnya tepat di hadapan tuan Darma yang duduk di sofa dengan tatapan tajamnya.

"Mencari sesuatu yang tidak pernah aku dapatkan di rumah ini !!". ujar Darren tak kalah dingin.

"Harta dan kekuasaan, dan juga calon istri cantik dan pintar seperti Feronica, bukankah kamu sudah memiliki segalanya...? ".

"Keluarga!!! aku mencari keluarga yang tidak pernah aku miliki! apakah anda pernah memikirkan itu? oh, tentu saja anda tidak pernah memikirkannya, karena bagi anda keluarga itu hanyalah sebuah formalitas publik". Darren menatap tuan Darma dengan menyunggingkan senyum sinis.

"Pertunanganmu dengan Feronica di percepat menjadi minggu depan, jadi mau tidak mau kamu harus menyetujuinya". ucap tuan Darma seolah tidak menanggapi ucapan Darren.

"Bagaimana jika aku menolak?". ucap Darren cepat.

"Kamu tidak akan pernah bisa menolak! karena jika kamu menolak maka bersiaplah untuk kehilangan semua kemewahan Bimantara". tuan Darma menyunggingkan senyum kemenangan, ia sangat yakin Darren tidak akan bisa bertahan tanpa kemewahan.

"Kalau memang itu pilihannya maka dengan senang hati aku menolak perjodohan ini". ucap Darren dengan yakin.

Darren meninggalkan ruang tengah dengan senyum kemenangan, dengan begini ia bisa terbebas dari segala aturan Bimantara yang membelenggunya selama ini, dan ia juga bisa dengan mudah bersatu dengan keluarga kecilnya.

Tuan Darma terdiam mematung dengan dada bergemuruh mendengar ucapan Darren yang dengan terang-terangan menentangnya.

"Cari tahu tentang kegiatan putraku dan dengan siapa dia berhubungan,aku ingin laporannya sudah ada dimejaku besok pagi". ucap tuan Darma pada seseorang di sambungan telfon.

"Aku harus melindungi putraku, sudah cukup mereka memperlakukan putraku seperti boneka yang bisa di kendalikan sesuka hati, Darren ku berhak bahagia sesuai keinginannya sendiri". ucap nyonya Hera dalam hati.

Nyonya Hera yang sedari tadi bersembunyi dibalik pintu benar-benar lega mendengar keputusan Darren yang akan meninggalkan Bimantara.Sudah sejak lama nyonya Hera menunggu saat putranya akan menentang dan melawan orang-orang yang tidak punya hati seperti suaminya.

.

💖Bersambung...

😘

😘

😘

💗Makachiii... yang udah selalu dukung karya receh author yang masih amburadul ini,😊😊

.

😊Salam sayang dari author....😙😙😙

.

Terpopuler

Comments

kuroshaki ichigo

kuroshaki ichigo

aq rsa tuan darma hrus brhdapan dgn davin dech thor biar tau rs.

2022-06-26

0

Rizky prasetyor862@gmail.com

Rizky prasetyor862@gmail.com

good job Daren 👍👍

2021-12-19

0

ダンティ 妹

ダンティ 妹

kapan kapan double up

2021-10-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!