.
.
.
Sepanjang perjalanan pulang Darren terus saja tersenyum mengingat kegiatan yang sudah ia lakukan bersama keluarga kecilnya hari ini.
Kegiatan sederhana yang belum pernah ia lakukan sebelumnya,dan sekarang ia lakukan bersama dua orang yang sangat dicintainya,sungguh ia merasa sangat bahagia.
Andaikan saja dulu ia tidak meninggalkan Azkia pasti sekarang mereka akan hidup sebagai keluarga kecil yang bahagia.
Hah..keluarga kecil,pantaskah ini disebut sebagai keluarga kecilnya? bahkan Azkia masih meminta waktu untuk bisa menerima semua ini.
"Kita sudah sampai tuan". ucap Bram yang duduk di belakang kemudi.
"Apa kamu sudah bosan bekerja? bicara dengan berteriak seperti itu". Darren merasa geram dengan sang asisten yang sudah membuyarkan lamunan tentang keluarga kecilnya.
"Maaf tuan, tapi sejak tadi tuan tidak mendengar saya memanggil". bahkan mobil ini sudah berhenti sejak sepuluh menit yang lalu dan tuannya masih tidak bergerak dari posisinya.
"Kamu pikir aku tuli tidak bisa mendengar suara jelekmu itu!!". sinis Darren menatap Bram dengan kesal.
Darren turun dari mobil dan berjalan memasuki rumah mewah kediaman Bimantara ,rumah besar dengan berbagai fasilitas mewah,tapi justru seperti neraka bagi Darren.
Darren menoleh ke arah mobil mewah keluaran terbaru yang terparkir di halaman rumahnya,lalu kembali berjalan masuk tanpa memperdulikan siapa pemilik mobil itu.
"Dari mana saja kamu? membatalkan rapat sepihak dan tidak bisa di hubungi, apa ini sikap seorang pemimpin Bimantara".
Baru saja Darren menginjakkan kakinya memasuki ruang tamu, tuan besar Darma sudah melontarkan pertanyaan dengan penuh amarah.Hari ini tuan Darma mendapat laporan dari orang kepercayaannya jika rapat di jadwalkan ulang besok karena Sang direktur sedang ada urusan mendadak.
Darren melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti tanpa berniat menanggapi ucapan ayahnya.
"Apa kamu tidak melihat jika Feronica ada di sini,dia menunggumu untuk makan malam di luar". kelakar tuan Darma dengan emosi tertahan.
Darren menghentikan langkahnya dan berbalik menatap ayahnya dan juga Feronica yang sedang menatapnya .
"Feronica Sandreas,apa kita sudah membuat janji untuk pergi bersama?". dengan wajah datarnya Darren menatap Feronica yang terlihat menatapnya penuh kekaguman.
"Apakah harus membuat janji dulu kalau harus bertemu dengan calon suami sendiri". bibir yang dipoles lipstik tebal dengan warna merah menyala itu tersenyum menggoda kearah Darren,Feronica sangat yakin jika Darren akan menyukainya.
"Calon suami?" Darren tersenyum sinis ke arah Feronica,dan melirik ayahnya yang menatapnya dengan tatapan yang seolah akan menerkamnya hidup-hidup.
"Apa aku pernah mengatakan bersedia menikah denganmu! ah ya aku lupa,jika disini aku hanya boneka yang harus selalu patuh! jadi lakukan apapun yang kalian mau". Darren menatap tuan Darma dengan tatapan yang tajam,seolah tatapan itu menunjukkan betapa ia sangat membenci pria paruh baya yang berstatus ayahnya itu.
"Oh ya, aku hampir lupa! seorang direktur juga butuh berlibur untuk menjernihkan otaknya,jadi jika tuan Darma yang terhormat tidak suka dengan sikap direktur yang membatalkan rapat sepihak ini,dengan senang hati saya akan mengundurkan diri".
Darren menatap ayahnya sejenak sebelum berlalu menuju kamarnya.Sedangkan tuan Darma terlihat mengepalkan kedua tangannya menahan marah.
Nyonya Hera yang sedari tadi hanya diam di samping suaminya,kini ia beranjak masuk tanpa sepatah katapun. Hatinya benar-benar sakit melihat suami dan putranya selalu bertengkar di setiap saat.
"Om,apa maksud ucapan Darren barusan? apa dia menolak perjodohan ini?".
"Kamu jangan khawatir,semua akan tetap berjalan sesuai rencana! yang harus kamu lakukan adalah terus berusaha untuk mendekati Darren".
"Kalau itu sudah pasti om,aku tidak akan menyerah untuk mendekatinya".
"Lihat saja nanti,aku akan membuatnya tergila-gila padaku dan menuruti semua keinginanku". tambah Feronica tertawa dalam hati.
*
Darren merebahkan tubuhnya di ranjang tanpa melepas sepatu maupun pakaiannya,pikirannya kembali pusing memikirkan begitu banyak masalah yang harus ia selesaikan.
Sendiri,sejak kecil dia selalu menghadapi setiap masalah seorang diri,terkadang di saat merasa lelah ia berharap wanita yang ia sebut mama itu akan datang dan menawarkan pundaknya untuk bersandar,tapi itu tidak pernah terjadi.
Sungguh miris kahidupan yang ia jalani selama ini,hidup dalam keluarga yang utuh tapi tidak pernah merasakan kasih sayang orang tua.
Darren bangkit dari ranjang dan berjalan keluar menuju balkon kamarnya,menghirup udara malam yang membuat pikirannya sedikit lebih tenang.
Dikeluarkannya ponsel dari saku celananya, menscrol beberapa foto yang sudah ia ambil secara diam-diam.Darren tersenyum menatap layar ponselnya yang memperlihatkan seorang anak laki-laki sedang cemberut saat sang mama menyuapinya.
Ada juga foto Azkia yang tampak sedang tertawa saat membuat istana pasir bersama kedua sahabatnya.
Darren menscrol foto terakhir yang memperlihatkan sebuah potret keluarga bahagia,terlihat Darren memeluk pinggang Azkia dari samping dan menatapnya penuh cinta,sedangkan Azkia juga sedang menatapnya dengan raut wajah kesal,dan jangan lupakan anak laki-laki yang berada di punggung sang papa dengan gaya cool nya.
"Aku akan melakukan apapun agar keluarga kecil kita bersatu,termasuk jika harus meninggalkan Bimantara."
Darren tahu karakter ayahnya yang tidak bisa di tentang,sama seperti mendiang kakeknya terdahulu yang setiap kata-katanya adalah perintah mutlak dan tidak bisa di rubah.
*
Sejak pagi Darren sudah di sibukkan dengan berbagai pekerjaan di kantornya,mulai dari rapat,meeting dengan klien dan setumpuk berkas yang harus ia periksa dan tanda tangani.
"Bram! apa hari ini dia masuk kerja?". sela Darren di tengah kesibukannya memeriksa berkas.
"Iya tuan,hari ini nona Azkia dan temannya datang terlambat,dan mendapatkan tugas tambahan dari manager HRD untuk membersihkan semua toilet yang ada di lantai lima". terang Bram yang sudah tahu siapa yang dimaksud tuannya.
Brakkk.....
"Kamu tahu dia mendapat hukuman dan kamu diam saja!!". bentak Darren disertai gebrakan meja yang cukup keras.
"Maafkan saya tuan, hal ini tidak akan terulang lagi". ucap Bram dengan suara tegasnya.
"Bagus! sekarang panggil dia keruanganku". perintah Darren sambil membuka berkas di depannya.
"Baik! apa temannya juga di....".
"Ya,panggil juga dia kesini". perintah Darren memotong ucapan Bram.
Bram berjalan keluar dari ruangan Darren dan masuk keruangannya yang bersebelahan dengan ruangan Ceo.
"Suruh nona Azkia dan nona Maya keruangan Ceo sekarang". perintah Bram dengan nada tegas pada seseorang di seberang telfon.
"Lah..! belum juga gue ngomong udah di matiin aja". gerutu Marta setelah menutup telfonnya.
"Ada urusan apalagi sih,tuh cleaning servis dipanggil keruangan Ceo lagi? nggak mungkinkan pak Darren tertarik sama perempuan sekelas Azkia?".
Gerutu Marta sedikit heran karena sudah dua kali ini seorang cleaning servis di panggil ke ruangan Ceo secara langsung.
.
💖Bersambung...
.
.
👉Tetap dukung author dengan like,vote dan komen ya ....💙💙💙
.
💗Makachiii.....
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Umi Ningsih Mujung
😘
2021-10-10
7
ダンティ 妹
aku suka cerita ya menari tetap semangat karya ya🤗👍👍👍
2021-10-10
1