.
.
.
Darren tak berkedip menatap layar laptopnya yang memperlihatkan aktifitas seorang wanita dengan seragam warna biru tua sedang sibuk mengepel lantai di lorong-lorong perusahaan.
Terlihat beberapa kali wanita itu tampak menegakkan punggungnya yang mungkin terasa lelah,tapi ia tetap melakukan pekerjaannya dengan cepat.
"Azkia,maafkan aku yang sudah membuat kamu menjalani kehidupan yang sulit selama ini,aku berjanji akan menebus semuanya dan memberikan kehidupan yang terbaik untukmu dan juga putra kita". gumam Darren dengan suara lirih.
Sungguh hati Darren terasa remuk saat membaca berkas yang Bram berikan padanya,dari Azkia yang berusaha mencari uang untuk biaya pengobatan ibunya hingga ia dikeluarkan dari sekolah karena kehamilannya.
Sampai wanita itu harus rela bekerja sebagai cleaning servis di perusahaannya untuk menghidupi putranya.
Disisi lain hatinya juga merasa bahagia karena telah memiliki seorang putra bersama wanita yang sangat dicintainya.
Darren menyandarkan kepalanya di sandaran kursi dengan mata terpejam,pikirannya yang kalut semakin membuat kepalanya terasa berdenyut.
Apa yang harus ia lakukan untuk memperbaiki semuanya,tidak mungkin dengan tiba-tiba dia menemui Azkia dan mengajaknya menikah,tidak perlu ditanya lagi wanita itu pasti akan menolak.
Lalu bagaimana dengan putranya,pertemuan pertama saja sudah memberikan kesan yang buruk,apa putranya juga akan menerimanya?
"Astaga...kepalaku rasanya mau pecah! ini seratus kali lebih sulit dari semua masalah perusahaan". keluh Darren mengusap wajahnya dengan kasar.
Sementara Bram yang sedari tadi duduk di depannya hanya menatap wajah pucat Darren yang terlihat putus asa dengan iba.
Selama hampir delapan tahun ia bekerja sebagai asisten pribadi Darren,tidak sekalipun ia melihat Darren sekacau ini.
"Bram!". panggilnya pada sang asisten setelah cukup lama terdiam dengan pikirannya.
"Saya tuan". jawab Bram singkat.
"Panggilkan dia keruangan saya". perintah Darren dengan suara tegas.
"Baik tuan". Bram yang sudah tahu siapa yang Darren maksud segera pergi melakukan perintah tuannya.
*
"Azkia! kamu disuruh ke ruangan pak Darren sekarang!!". ucap Marta ketus,baru saja ia mendapat telfon dari Bram yang menyuruhnya memanggil Azkia keruangan ceo.
"Saya mbak!!". tunjuk Kia pada dirinya sendiri.
"Ck..nggak usah kebanyakan drama deh! buruan kesana!!". sewot Marta dengan tatapan tak suka.
"Ada apa ya mbak saya sampai dipanggil keruangan pak Darren?". tanya Azkia penasaran.
"Mana saya tahu! mau dipecat kali!!". jawab Marta dengan tatapan mengejek sebelum berlalu pergi.
"Udah nggak usah di dengerin omongannya si mak lampir itu". ucap Maya yang berusaha menenangkan sahabatnya.
"Tapi ada apa ya May? apa ini ada hubungannya dengan Davin?".
Azkia terlihat cemas,takut ini ada kaitannya dengan putranya yang kemarin membantu Tomi di perusahaan.
"Sudah nggak usah mikir yang aneh-aneh,lebih baik sekarang kamu kesana sebelum pak ceo kita yang muka nya gantengnya pake banget tapi nyeremin itu marah". tambah Della yang juga seorang cleaning servis.
"Bener tu kata Della, mending lo cepetan kesana deh sebelum pak Darren marah". timpal Maya membenarkan.
"Kali aja pak Darren mau nambahin bayaran Davin kemaren". bisik Maya ditelinga Azkia.
"Ya udah deh aku kesana dulu". ucap Azkia pasrah.
Azkia memasuki lift,menekan tombol lift untuk sampai ke lantai dua puluh satu dimana ruangan ceo berada.
Sesampainya di lantai dua puluh satu Azkia melangkah keluar dari lift dengan perasaan takut,apalagi saat melihat Bram yang sudah berdiri di di depan pintu lift seakan sedang menunggu kedatangannya.
"Selamat siang nona,tuan muda sudah menunggu anda di ruangannya". sapa Bram sopan.
Azkia tampak heran saat Asisten pribadi ceo itu memanggilnya dengan sebutan nona.
"I..iya selamat siang pak". jawab Azkia dengan canggung.
Setibanya di ruangan Darren, Azkia dipersilahkan masuk oleh Bram.
"Silahkan duduk nona". ucap Bram lalu berjalan menuju pintu yang lain di dalam ruangan itu.
Azkia duduk di sofa sambil memperhatikan seluruh bagian ruangan yang tampak mewah dan luas itu.
tok..tok..tok...
"Tuan, nona Azkia sudah disini". Bram mengetuk pintu yang dia yakini ada Darren di dalamnya.
Darren keluar dengan tampilan yang segar dan terlihat berbeda dari biasanya,entah apa yang tuan muda itu lakukan di ruang istirahat pribadinya itu.
Azkia berdiri dari duduknya saat melihat Darren berjalan ke arahnya,untuk sesaat Azkia terpaku menatap wajah Darren yang memang sangat mirip dengan putranya.
"Selamat siang pak". ucap Azkia yang baru menyadari jika Darren sudah berdiri di hadapannya.
"Ya,silahkan duduk". Darren melirik sekilas ke arah Bram sebelum ikut duduk di sofa yang berdekatan dengan Azkia.
"Saya permisi tuan". pamit Bram yang seakan mengerti dengan lirikan dari tuannya yang menyuruhnya untuk keluar.
Untuk beberapa saat hanya ada keheningan di ruangan mewah milik ceo Bimantara corp itu setelah Bram keluar dari ruangan,Darren yang sedari tadi bersemangat untuk menemui wanita pujaan hatinya mendadak tidak bisa menggerakkan lidahnya setelah berhadapan langsung.
"Bapak memanggil saya". akhirnya Azkia memberanikan diri untuk bertanya.
Terlalu canggung berdua dengan seorang bos besar di ruangannya seperti ini.
"Ah..iya,ada hal yang harus saya bicarakan dengan kamu".
"Apa ini tentang putra saya Davin,pak?". tanya Azkia dengan nada takut.
"Iya, ini tentang Davin".
Azkia semakin takut saat Darren menyebut tentang Davin, ia takut putranya akan terlibat dalam masalah.
"Apa anak saya membuat kesalahan pak?". wajah Azkia semakin terlihat panik.
"Tidak,saya hanya...".
grebb...
Azkia terkejut karena secara tiba-tiba Darren memeluknya sangat erat.
"Maafkan aku Kia,maaf karena sudah membuatmu membesarkan putra kita seorang diri".
Darren tidak bisa menahan diri lagi untuk tidak memeluk Azkia,sudah cukup selama ini ia memendam semua perasaannya karena aturan dari sang kakek yang tidak bisa dilanggar oleh siapapun.
Darren semakin mengeratkan pelukannya di tubuh Azkia yang masih memakai seragam cleaning servis yang mungkin agak sedikit bau keringat.
Sementara Azkia diam mematung tidak mengerti dengan situasi yang terjadi saat ini.
"Pak! apa bapak sedang sakit? suhu tubuh bapak sangat panas". Azkia mengira jika bosnya itu sedang mengigau karena suhu tubuhnya memang sangat panas.
Darren melepas pelukannya dan menatap wanita yang masih tetap cantik walaupun memakai seragam cleaning servis itu dengan lekat.
"Ya,aku memang sedang sakit". jawab Darren dengan suara parau.
"Kalau begitu saya akan panggil pak Bram agar dipanggilkan dokter untuk memeriksa kesehatan bapak".
Azkia yang akan bangkit dari duduknya terpaksa harus kembali duduk saat Darren menarik tangannya agar tidak beranjak.
"Tidak perlu panggil dokter,temani saja saya disini itu sudah cukup ". ujar Darren dengan menatap lekat wajah Azkia yang terlihat cemas.
.
💖Bersambung ....
.
.
.
Jangan lupa kasih like,vote dan komen buat author ya 💙💙💙biar author tambah semangat nulisnya.
.
💖Makachii....🤗🤗🤗
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Umi Ningsih Mujung
🥰🥰🥰
2021-10-03
0
ダンティ 妹
nextt thor klo perlu crazy upp
2021-10-01
0