.
.
.
"Maaf Kia,sebenarnya...!".
"Davin yang meminta pekerjaan pada om Tomi". sela Davin memotong ucapan Tomi.
Semua orang yang mendengar penuturan bocah tujuh tahun itu terkejut,bahkan Azkia menatap putranya dengan raut tidak percaya.
"Kenapa? apa uang jajan yang mama berikan masih kurang? atau kamu punya kebutuhan lain di sekolah,katakan pada mama berapa uang yang kamu butuhkan,mama akan berusaha mencarinya untuk kamu!!". ucap Azkia dengan nada tinggi.
Dadanya bergemuruh mendengar anaknya yang masih tujuh tahun meminta pekerjaan pada orang lain.
Apakah ia sudah gagal memberikan kehidupan yang terbaik untuk putranya?selama ini ia selalu berusaha menjadi ibu sekaligus ayah bagi Davin agar anak itu tidak merasa kehilangan figur seorang ayah.
Azkia memejamkan matanya,menarik nafas panjang untuk mengontrol kemarahannya,walau bagaimanapun Davin masih anak-anak.
"Maafkan Davin ma". Davin bersimpuh dilantai,memeluk kaki sang mama dan menelungkupkan wajahnya diantara lutut mamanya dengan penuh penyesalan.
"Davin hanya ingin membantu mama,Davin tidak ingin mama sakit karena terlalu bekerja keras". ucap Davin dengan suara parau.
Hati Azkia seakan teriris mendengar penuturan putranya,bagaimana ia bisa lupa kalau ia mempunyai anak yang genius,pasti Davin mengerti dengan semua kesulitan yang mereka alami selama ini.
Azkia mendongakkan wajah Davin yang menelungkup untuk menatapnya.
Ditatapnya netra hitam milik Davin,hati Azkia semakin terkoyak saat melihat mata hitam putranya yang memerah,putranya menangis,ini adalah pertama kalinya Azkia melihat putranya menangis sejak Davin mulai memasuki sekolah,dan semua ini terjadi karena dirinya.
"Maafkan mama sayang,maafkan mama!". Azkia merengkuh tubuh kecil itu kedalam pelukan,air matanya luruh menetes di punggung putranya.
Sungguh Azkia tidak bermaksud berkata kasar pada Davin,Kia hanya tidak ingin Davin tahu betapa ia sangat berjuang keras melawan kesulitan yang harus ia hadapi sebagai ibu sekaligus ayah bagi Davin.
"Davin sayang mama". ucap Davin membalas pelukan sang mama dengan erat.
Davin menyesal karena yang ia lakukan justru membuat mamanya menangis.
"Mulai sekarang mama minta jangan melakukan hal seperti ini lagi tanpa ijin dari mama oke". ucap Azkia yang disertai elusan di rambut putranya.
"Davin janji ". Davin mengangguk di pelukan sang mama".
"Aaa...kenapa suasananya jadi melow gini! tante juga mau peluk". Maya langsung menghambur memeluk Azkia dan Davin.
"Om juga mau ikutan peluk". seru Tomi yang langsung mendapat kepalan tinju dari bu Fatma.
"Sudah malam,masalahnya juga sudah selesai!lebih baik sekarang kamu pulang". usir bu Fatma secara langsung.
"Nggak ditawarin makan malam dulu buk". ucap Tomi sambil nyengir kuda.
"Ini sudah jam berapa? makan malamnya sudah lewat,sekarang waktunya tidur". tambah bu Fatma sambil mendorong tubuh Tomi keluar.
*
Di markas introgasi..
"Siapa kalian? kenapa membawaku kemari? aku tidak punya urusan dengan kalian!!". raung Lisa yang kedua tangan dan kakinya terikat di kursi.
"Kamu memang tidak punya urusan dengan kami,tapi kamu punya urusan dengan tuan kami ". ucap salah seorang pria dengan tato di tangannya.
"Siapa tuan kalian?". Lisa menatap delapan orang pria berseragam hitam itu satu persatu.
"Kau tunggu saja nona,sebentar lagi dia akan datang". ujar pria berkulit hitam mentap Lisa dengan senyum menyeringai yang membuat nyali Lisa menciut.
Mobil mewah Darren berhenti di depan gedung, Darren turun bersama Bram yang langsung disambut dua orang suruhan Bram.
"Sebelah sini tuan". ujar salah seorang menunjukkan arah dimana Lisa di sekap.
Darren berjalan tanpa mengucap sepatah katapun dengan Bram yang mengekor di belakangnya.
"Silahkan tuan". ucap pria itu seraya membuka pintu.
Darren masuk dan berdiri di hadapan Lisa yang tampak mulai ketakutan.Lisa tahu pria yang berdiri di hadapannya ini adalah ceo baru di perusahaan Bimantara corp yang terkenal dengan sifat dingin dan kejam terhadap lawannya.
"Tu..tuan mau apa dari saya? kita tidak saling mengenal sebelumnya!". ucap Lisa terbata.
Darren menarik kursi dan duduk di hadapan Lisa.
"Kita memang tidak saling mengenal,tapi kau pasti mengenal seseorang yang bernama Azkia". ucap Darren dengan nada tak bersahabat.
Tubuh Lisa bergetar ketakutan saat mendapat tatapan tajam dari Darren.
"A..Azkia!". lirih Lisa mencoba mengingat nama itu.
"Azkia yang delapan tahun lalu kau jebak bersama Renata Wijaya! sudah ingat?". ucap Darren santai,menyandarkan tubuhnya di kursi dengan tangan bersendekap di depan dada.
"I..iya,sa..saya ingat". bahkan Lisa sudah tidak mengingat Azkia lagi sejak ia menyerahkannya pada Antony malam itu.
"Apa benar Azkia bekerja di club itu sebagai wanita penghibur?". Darren menatap Lisa tajam.
"I..iya". jawab Lisa berbohong.
"Bram,tunjukkan padanya video yang dikirimkan anak buahmu tadi siang". perintah Darren tanpa mengalihkan tatapannya dari Lisa.
Bram mendekat ke arah Lisa dan memutar sebuah video yang dimaksud.
Seketika tubuh Lisa menegang,melihat seorang lelaki yang meraung kesakitan setelah kedua tangannya di penggal dengan begitu sadis.
"Kau mengenal pria itu?". Darren bartanya setelah Bram mematikan ponselnya.
"I..iya, d..dia,dia....!".
"Sekali lagi aku bertanya,apa benar Azkia bekerja di club itu sebagai wanita penghibur?" teriak Darren dengan suara lantang.
"Ti..tidak tuan,Azkia hanya bekerja sebagai pengantar minuman,saya yang sudah menyuruhnya memakai pakaian itu atas permintaan Renata". ujar Lisa yang ketakutan.
"Lalu kenapa Azkia bisa bersama dengan pria bedebah itu di dalam kamar?" Darren menatap Lisa dengan tatapan membunuh.
"Sa..saya mencampur minuman Azkia dengan obat bius dan menyerahkannya pada Antony dengan bayaran yang mahal".
Darren sudah tidak bisa mengendalikan kemarahannya setelah mendengar pengakuan Lisa.
"Berikan dia pelajaran! lakukan apapun yang kalian inginkan pada wanita ini!!". teriak Darren memberi perintah pada anak buahnya.
"Siap tuan..". delapan pria berbadan kekar itu menatap tubuh Lisa yang hanya memakai lingrie penuh minat.
*
"Argh.....!!" Darren berteriak dengan meninju pintu kaca hingga pecah.
Melampiaskan kemarahannya tanpa perduli tubuhnya terluka,tidak ada yang berani menegur atau mengucapkan sepatah katapun termasuk Bram.
Tanpa merasakan sakit di tangannya yang mengeluarkan darah segar,Darren berjalan memasuki mobil.
Bram yang mengerti kebiasaan tuannya jika sedang marah mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh membelah jalanan yang mulai sepi karena sudah larut malam.
Sesampainya di rumah,Darren langsung menuju ruang berlatih di ikuti beberapa orang pengawal yang akan menjadi objek pelampiasan kemarahannya.
*
Perusahaan Bimantara corp.
Darren yang baru tiba di kantor pukul sepuluh pagi langsung duduk di kursi kebesarannya.
Kepalanya sedikit pusing,dan tubuhnya terasa panas.
"Tuan, apa tidak sebaiknya anda istirahat dulu! wajah anda terlihat sangat pucat". saran Bram pada tuannya.
"Tidak perlu! aku baik-baik saja!!". sahutnya dengan nada dingin.
"Bagaimana dengan yang aku perintahkan?". tambahnya lagi dengan mata terpejam.
"Sudah tuan, ini hasilnya!".
Bram menyerahkan map yang tadi ia bawa ke hadapan Darren.
.
💖Bersambung....
.
.
Jangan lupa kasih like,vote dan komen buat author ya 💙💙💙biar author tambah semangat 💪💪
.💗Makachiii...😙😙😙
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Kesha
semangat Thor update nya
2021-11-23
1
ダンティ 妹
seru cerita ya aku dukung kmu thor nexttt nextttt next
2021-09-29
0