Bab 4

.

.

Di salah satu ruangan yang berada di perusahaan Bimantara,terlihat beberapa orang yang terlihat panik menatap komputernya masing-masing.

"Dasar bodoh! apa saja pekerjaan kalian? kenapa orang luar bisa meretas data perusahaan dengan mudah?"

Suara bariton Darren yang disertai gebrakan meja yang cukup keras membuat lima orang yang berada di ruangan itu terlonjak kaget.

Darren menatap empat pria dan satu wanita yang bertugas menjaga keamanan data perusahaan dengan wajah murka.

Bagaimana tidak,sistim keamanan perusahaan baru saja diretas,dan tidak satupun dari mereka yang bisa mengembalikan data perusahaan yang telah hilang.

"Siapa yang bertanggung jawab disini?" teriak Darren dengan suara lantang.

"Sa..saya pak" dengan takut,seorang pria berkacamata yang bernama Agus mengangkat tangannya ke atas.

"Apa yang bisa kamu lakukan untuk mengembalikan data perusahaan yang telah di retas ?" ucap Darren dengan nada dingin.

"Sa..saya akan berusaha pak! mohon berikan kami waktu!" ucap Agus terbata.

"Baik,saya beri kalian waktu dua jam dari sekarang,jika kalian masih gagal,kalian tahu apa akibatnya !" ucap Darren menatap sinis pada semua orang sebelum berlalu pergi.

"Hah...! rasanya jantungku mau lepas dari tempatnya" ucap salah satu pria di ruangan itu yang bernama Yuda,ia bernafas lega setelah Darren dan Bram menghilang di balik pintu.

"Kamu benar, biasanya aku hanya takut pada kemarahan istriku,tapi sekarang ada yang lebih menakutkan lagi sampai aku merasa seperti akan mati berdiri". tambah pria yang lain bernama candra.

"Ini bukan saatnya mengeluh! sekarang yang harus kita pikirkan adalah bagaimana caranya kita bisa mengembalikan data perusahaan yang telah di retas?" ucap Agus yang terlihat frustasi.

Tentu saja dia takut,dia adalah pemimpin di divisi ini,jadi jika ada kesalahan tentu Aguslah yang paling disalahkan dan harus bertanggung jawab.

"Apa yang harus kita lakukan? sejak tadi kita sudah berusaha keras,tapi tidak membuahkan hasil". ucap Siella,satu-satunya wanita yang ada di ruangan itu.

Semua orang diam dengan pikirannya masing-masing,berbagai cara sudah mereka lakukan untuk mengembalikan data perusahaan yang telah di retas orang luar,tapi semuanya gagal.

"Bagaimana kalau kita meminta bantuan teman?" ucap Tomi memberi saran.

"Boleh juga,tapi apa kamu punya teman yang ahli di bidang it?" tanya Yuda dengan raut penasaran.

"Kita lihat saja nanti". ucap Tomi dengan senyum yang mengembang,ia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang dengan wajah serius.

*

"Bukankah tim it kita semuanya orang-orang terbaik?" ucap Darren yang sudah duduk di kursi kebesarannya.

"Benar tuan! bahkan sangat mustahil keamanan perusahaan kita bisa diretas,pasti pelakunya adalah orang yang ahli dalam bidang ini ".

Ucap Bram yang duduk di sofa sambil menatap layar laptopnya,mencoba mencari dimana letak kesalahan hingga membuat data rahasia perusahaan bisa di retas dengan mudah.

"Baiklah,jika tidak ada perubahan dalam dua jam kedepan,terpaksa kita harus meminta bantuan pada Alex".

*

Di aula pertemuan,Azkia,Maya dan beberapa cleaning servis yang lain masih sibuk membersihkan sisa-sisa dari acara penyambutan ceo yang sudah selesai sejak tiga jam yang lalu.

"Capeknya..". keluh Maya yang duduk selonjoran di lantai,wajahnya basah dipenuhi keringat yang bercucuran setelah menyelesaikan tugasnya mengepel lantai.

"Iya,aku juga capek banget! untung nggak tiap hari ada acara kayak gini". ucap seorang wanita yang juga ikut duduk di lantai.

"Kalau tiap hari bisa encok nih pinggangku ". keluh Maya lagi memijit pinggangnya pelan.

Sementara Azkia hanya tersenyum mendengar ocehan teman-temannya yang hampir tiap hari mereka ucapkan.

Sebenarnya azkia juga merasa sangat lelah,tapi Kia harus tetap berjuang demi masa depan putranya.

"Kenapa Ki..?". Maya menatap cemas pada Azkia yang terlihat gelisah.

"Aku juga tidak tahu,tiba-tiba saja aku kepikiran Davin,apa dia marah ya karena tiga hari ini aku tidak mengantarnya kesekolah?". ucap Kia dengan nada khawatir.

"Lo nggak usah mikir yang aneh-aneh,Davin itu anak yang pintar,jadi gue yakin dia pasti ngerti". ucap Maya menenangkan sahabatnya.

*

Dua jam kemudian...

Ruangan yang dipenuhi banyak komputer di atas meja itu mendadak berubah menjadi ruang persidangan bagi lima orang yang kini sedang menunggu keputusan hakim.

Bagaiman tidak,tatapan tajam Darren seoalah mengintimidasi dan membuat lidah mereka seakan kelu tak sanggup bicara.

"Bagaimana hasilnya?" tanya Darren dengan nada tegas.

Bagai sebuah manekin pajangan toko,kelima orang itu tak bergerak sedikitpun,bahkan untuk bernafas saja seperti tak mendapat pasokan oksigen melihat wajah Darren yang seolah ingin mencincang mereka hidup-hidup.

"Te..teman saya sudah sampai pak,mu..mungkin masih ada di lantai bawah!" ucap Tomi terbata,bahkan ia tak berani mengangkat wajahnya saat bicara.

tok...tok...tok...

Suara ketukan pintu membuat Bram beranjak dari tempatnya yang sedari tadi berdiri di samping Darren.

Bram yang membuka pintu tampak terkejut mendapati seorang anak laki-laki yang wajahnya begitu mirip dengan tuannya berdiri di depan pintu dengan gaya angkuhnya.

"Mencari siapa?" Bram bertanya setelah beberapa saat terdiam.

"Aku mencari om Tomi,apa dia ada di dalam ?" ucap Davin dengan wajah datar.

Ya,anak laki-laki yang berdiri di depan pintu adalah Davin,dia datang atas permintaan Tomi yang merupakan tetangganya yang selalu baik pada keluarganya.

"Hei..!siapa yang memberimu ijin untuk masuk?" ucap Bram geram,sungguh anak yang tidak memiliki sopan santun.

Davin Azka,menerobos masuk tanpa menunggu ijin dan melewati tubuh besar Bram dengan angkuh,berjalan santai dengan penuh wibawa menghampiri Tomi yang berdiri dibarisan paling ujung.

Para penghuni ruangan itu menatap heran pada seorang anak kecil yang masuk setelah pintu terbuka,kecuali Tomi yang tampak tersenyum lega melihat kedatangan Davin.

Sementara teman-temannya yang lain menatap Tomi dengan jengkel.

"Dasar Tomi bodoh,hidup kita sedang terancam dia malah membawa keponakannya!". gerutu Agus dengan suara berbisik.

"Tamat sudah riwayat kita!". ucap Yuda dengan nada pasrah.

Disaat yang lain merasa cemas ada seorang yang tersenyum samar yang tertangkap oleh pandangan Davin.

"Siapa anak ini?" tanya Darren setelah cukup lama menatap wajah Davin yang begitu mirip dengannya.

"Ini teman saya pak,namanya Davin! walaupun masih kecil tapi dia sangat ahli di bidang it pak!" jawab Tomi masih takut-takut.

"Tidak perlu banyak bertanya,atau perusahaan anda akan benar-benar bangkrut!" dengan santai Davin menatap Darren tanpa rasa takut.

"Apa kau tahu sedang bicara dengan siapa? disini bukan tempat bermain gem untuk anak kecil". teriak Bram yang semakin geram.

Darren mengangkat tangannya ke arah Bram sebagai tanda agar Bram diam.

"Biarkan dia melakukannya". ucap Darren yang masih tetap duduk dengan tenang.

Sementara Agus,Yuda,dan Candra semakin pucat dengan keringat dingin yang membasahi tubuhnya,hidupnya benar-benar akan tamat di perusahaan ini.

Davin yang sudah duduk di depan komputer mulai memainkan jari-jarinya dengan lihai di atas keyboard.

Darren tersenyum menatap Davin yang terlihat sangat serius menatap layar dengan kaki menggelantung yang berayun-ayun,persis seperti dirinya waktu kecil dulu.

"Selesai..!!" ucap Davin yang mengejutkan semua orang.

.

💖Bersambung....

.

.

Jangan lupa like,vote,dan komen ya,biar author gak galau mulu 💙💙💙

.

💖Makachiii.......😙😙😙

.

Terpopuler

Comments

ダンティ 妹

ダンティ 妹

nexttt thot semangat berkarya ya

2021-09-29

0

En

En

lanjut Thor.....

2021-09-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!