Menikahi Pembunuh Istriku
"Uhuuk! Uhuuk!"
Juna terjaga dari tidurnya saat mendengar suara batuk dari putrinya, Alsya yang baru berusia dua tahun.
"Uhuuk! Uhuuk!"
Alsya terus saja batuk-batuk tanpa jeda dan gadis kecil tersebut juga kesulitan untuk menelan air yang diberikan oleh Juna.
"Mami mana, Pi?" Tanya Alsya di sela-sela batuknya yang tak kunjung berhenti.
Juna menatap pada jam di dinding yang menunjukkan waktu hampir tengah malam. Namun belum ada tanda-tanda keberadaan Emma di rumah.
Kemana istri Juna itu?
Bilang menemui klien, namun kenapa sampai tengah malam?
"Papi!" Alsya merengek sekali lagi.
"Mami masih dijalan, Sayang! Sebentar lagi sampai di rumah," jawab Juna memberikan harapan pada sang putri.
Batuk-batuk Alsya sudah sedikit berkurang setelah Juna mengusapkan minyak kayu putih ke punggung dan dada putrinya tersebut.
Juna segera membantu Alsya berbaring dan membujuk putrinya tersebut agar mau tidur kembali.
Meskipun sedikit rewel, Alsya akhirnya mau kembali tidur setelah punggungnya diusap-usap oleh Juna.
Setelah Alsya terlelap, Juna mengambil ponselnya dan menghubungi Emma yang entah berada dimana sekarang.
Hujan di luar begitu deras dan petir beberapa kali menyambar di langit.
Juna masih menatap pada air hujan yang menimpa jender kamar Alsya, sembari menunggu panggilannya pada Emma tersambung.
"Halo!"
Suara Emma terdengar kurang jelas karena ada latar suara yang begitu berisik di belakang Emma.
"Em, kau dimana?" Tanya Juna to the point.
"Apa, Jun? Kau bicara apa? Aku tidak bisa mendengarmu!"
"Kau sedang dimana, Em? Alsya mencarimu sejak tadi!" Juna keluar dari kamar Alsya dan berbicara dengan setengah berteriak.
"Halo, Jun! Kau bilang apa tadi? Aku masih di jalan. Hujannya-"
Ciit!
Braaak!
Juna masih sempat mendengar jeritan Emma sebelum panggilan tiba-tiba terputus.
"Halo, Emma!".
"Emma!" Juna berteriak panik karena merasa ada sesuatu yang sudah terjadi pada mobil istrinya.
Pria itu mencoba untuk menghubungi nomor Emma sekali lagi,namun nihil. Nomor tak aktif dan panggilan tak bisa tersambung.
"Emma!"
Juna terjaga dari tidurnya dan langsung duduk di atas yempat tidur, masih dengan nafas yang memburu dan pelih yang membasahi sekujur tubuhnya. Mata pria dua puluh lima tahun tersebut menatap nyalang ke sekeliling kamar seakan sedang mencari sesuatu.
Hati Juna seketika merasa sakit saat mendapati sisi lain tempat tidurnya yang kini hampa tak berpenghuni. Sudah tiga bulan Emma pergi meninggalkan dunia ini. Meninggalkan Juna dan juga Alsya serta memaksa Juna untuk menjadi orang tua tunggal bagi Alsya Attala, putri Juna dan Emma yang baru berusia dua tahun.
Juna menekuk lututnya dan menyusupkan kepalanya di antara kedua lutut, lalu mulai terisak meratapi kepergian Emma yang begitu tragis dan mendadak.
Mobil Emma mengalami kecelakaan di tengah hujan deras, lalu terjun bebas ke dalam jurang dan Emma tidak selamat.
Andai malam itu Juna mengantar Emma, mungkin Alsya tidak akan menjadi anak piatu sekarang.
Namun malam itu Alsya juga sedang sakit, dan tak ada yang menjaga putrinya tersebut. Jadi Juna terpaksa membiarkan Emma pergi sendiri.
Entahlah.
Juna merasa tak berguna sebagai seorang suami.
"Papi," panggil Alsya dari ambang pintu kamar Juna, yang memang selalu Juna biarkan terbuka setiap malam.
Bocah kecil itu menggendong boneka beruang coklatnya mendekat ke arah Juna dan memeluk sang papi yang matanya masih berkaca-kaca.
"Alsya mau tidur sama Papi," ucap Alsya yang masih menyusupkan kepalanya di pelukan Juna.
"Baiklah!"
Juna membenarkan posisi Alsya disampingnya, lalu ikut berbaring dan memeluk putri semata wayangnya tersebut.
Tak butuh waktu lama, Alsya sudah terlelap di pelukan Juna. Namun Juna malah tak kunjung bisa memejamkan mata dan terus saja memikirkan tentang Emma.
Junna merapatkan selimut Alsya, lalu bangkit dari atas tempaf tidur dan mengambil satu jaket hoodie dari dalam almari.
Setelah mengambil kunci mobil, Juna keluar dengan mengendap-endap meninggalkan Alsya yang masih terlelap di dalam kamar.
Baru saja Juna akan membuka pintu depan, teguran sang ibu membuat Juna terlonjak kaget.
"Jun, Alsya mana?"
"Ada di kamar Juna, Bu!" Jawab Juna tanpa menatap pada sang ibu.
"Ini sudah hampir tengah malam. Kau mau kemana?" Tanya sang ibu lagi.
"Cari angin sebentar."
"Juna titip Alsya, Bu!" pungkas Juna seraya membuka pintu depan lalu menyelinap keluar dengan cepat.
Tak butuh waktu lama, deru mobil Juna sudah terdengar dan semakin jauh meninggalkan rumah. Bu Retno yang merupakan ibu kandung Juna hanya bisa geleng-geleng kepala dengan kelakuan putrinya.
Sejak kepergian Emma, Juna memang jadi sering keluar malam saat sedang banyak pikiran, entah pergi kemana.
****
"Pulanglah, Jun!" Usir Randy yang merupakan teman Juna yang juga seorang bartender di sebuah kelab malam.
"Berikan satu gelas lagi dan aku akan pulang," pinta Juna pada Randy setengah memaksa.
"Kau mau pulang dalam keadaan mabuk, lalu Alsya memergokimu, begitu? Apa yang akan dipikirkan okeh putrimu nanti jika melihat papi kesayangannya mabuk-mabukan seperti ini?" Cecar Randy memperingatkan Juna.
"Jangan menceramahiku! Aku tidak akan mabuk hanya karena minum satu gelas!" Racau Juna yang sudah setengah mabuk.
"Aku harus bekerja dan sedang tidak bisa mengantarmu pulang. Alvin juga sedang ujian sekarang dan tak mungkin menjemputmu pulang. Dia pasti sudah tidur. Jadi berhenti minum dan celatlah pulang sebelum kau tidak bisa menyetir lagi!" Randy menuding ke arah Juna sebelum pria itu berlalu dan melayani pelanggannya yang lain.
"Brengsek kamu, Randy!" Umpat Juna sebelum akhirnya pria itu bangkit dari duduknya dan keluar dari kelab malam tersebut.
Juna berjalan sempoyongan menuju ke mobilnya yang terparkir di depan kelab malam. Pria itu mengusap wajahnya berulang kali agar tetap sadar, sebelum melajukan mobilnya meninggalkan kelab malam tadi.
Juna melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang dan sedikit oleng karena pandangannya yang mulai kabur dan kepalanya yang terasa berputar-putar. Hingga tiba-tiba Juna dikagetkan dengan seorang wanita yang berjalan nyaris ke tengah jalan dan tak sengaja tersenggol mobil Juna.
Apa?
Juna masih sempat melihat wanita itu yang jatuh tersungkur ke atas aspal sebelum kemudian Juna refleks menginjak pedal rem.
Sial!
Juna bergegas turun dan dengan langkah yang sedikit sempoyongan ia memeriksa wanita tadi. Kepalanya terbentur trotoar dan mengeluarkan darah, lalu kaki dan tangannya juga lecet karena jatuh di atas aspal, dan sekarang wanita itu pingsan.
"Nona!" Juna membangunkan wanita yang pingsan tersebut.
Namun wanita itu tak kunjung bangun.
Akhirnya karena merasa bersalah, Juna membawa wanita tersebut masuk ke dalam mobilnya. Tak berselang lama, mobil Juna sudah pergi dari tempat kejadian.
.
.
.
Juna Attala adalah temannya Alvin dan Ghea di "GHEA: Cinta Lama Belum Usai"
Timing di cerita ini sebelum Juna dan Lily kenal Ghea, ya!
Jadi ini semacam flashback saja awal mula hubungan Juna dan Lily.
Semoga tidak bingung.
Terima kasih yang tetap setia dengan karya receh othor.
Jangan lupa like biar othornya bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
HERAN,, SELALU SAJA JLN SETAN YG DIIKUTI, KLO MAU TENANGKN HATI, JIKA TK ADA BAHU BUAT BERSANDAR, MASIH ADA LANTAI BUAT BRSUJUD, AMBIL SAJADAH, SHOLAT, BACA AL QUR'AN, DZIKIR, ISTIGHFAR DN SHOLAWAT, TENANG TU HATI... IHKLASKN SMUA YG TRJADI, KRN SEMUANYA TAKDIR ALLAH.. BUKAN HABISKN WAKTU DI CLUB DN MINUM2 HINGGA MABUK2... UDH JELAS2 ALLAH MNGHARAMKN MINUMAN KERAS, KNP TK MAKAN DAGING BAB! SKALIAN.. HERAN DGN PRILAKU UMAT MUSLIM SKRG, MAKAN BAB! HARAM KATANYA, TPI MABUK2AN HOBBY.. PADAHAL KDUANYA DI HARAMKN...
2023-05-18
0
Ameerah Khair
ini karya author yg aku baca ke-21
2022-05-09
0
Mom Dee 🥰
udah baca kisahnya alvin ghea.. aku bacanya ngacak tapi aku paham dgn semua karakter dan perannya masing², aku suka semua ceritanya bundew 🤗🥰
2022-02-20
0