Sang dokter tak bisa berkata apa-apa lagi,meskipun status Tia masih koas,tapi Tia adalah putri dari salah satu pemilik rumah sakit tempatnya bekerja,apalagi pak Brahma Sakti dan pak Niko Dirgantara sebagai pemilik rumah sakit adalah pemimpin yang tak pandang bulu. Mereka paling tidak suka kalau staf yang bekerja di rumah sakitnya lebih mementingkan administrasi di banding keselamatan pasien yang datang. Makanya di rumah sakit ini,pasien harus di tangani terlebih dahulu baru di minta data diri setelah pasien mendapat penanganan. Dan pasien yang di tangani adalah pasien yang dalam kondisi mendesak/parah,tak peduli pasien ini miskin atau kaya. Dan jika ada pasien yang bisa langsung pulang setelah mendapat penanganan,pasien harus segera di pulangkan dan jangan memeras pasien dengan dalih pasien harus di rawat dua atau tiga hari. Jika ketahuan ada dokter yang mengabaikan pasien darurat dan memasukkan pasien penyakit ringan di kamar rawat padahal si pasien bisa pulang,kecuali pasiennya yang mau,maka dokter itu akan langsung di berikan surat peringatan tiga.
"Maaf,saya sudah salah bicara." Kata dokter itu sambil menundukkan wajahnya.
"Dok,pasiennya jadi di bawa ke kamar rawat?" Tanya perawat hati-hati,menyela perdebatan kecil antara sang dokter dan Tia.
Tia menatap wajah Igo yang memang terlihat sangat pucat dan kelelahan.
"Bawa aja,udah terlanjur kalian siapin kamarnya." Jawab Tia.
Terpaksa Tia memberikan alasan seperti itu,agar perawat dan dokter yang memeriksa Igo tidak tau kalau sebenarnya Tia kasihan melihat kondisi calon suaminya yang seperti ini.
Perawat pun memindahkan Igo dari IGD ke kamar rawat VVIP.
Sesampainya di kamar rawat,Tia langsung menghubungi orangtuanya dan mama Wita untuk memberitahu kalau Igo sedang di rawat di rumah sakit.
Tak lama setelah Tia menghubungi orang tuanya dan orang tua Igo,Igo pun sadar dari pingsannya.
"Eugh..." lenguh Igo sambil mengerjapkan matanya.
"Sssh...aah.." rintih Igo saat merasakan sakit pada tangan kirinya.
Mendengar Igo yang merintih,Tia langsung berdiri dari tempat duduknya dan berjalan mendekati Igo.
"Kakak udah sadar?"
"Dimana ini?" Igo malah bertanya balik.
"Di rumah sakit kak,kakak pingsan tadi." Jawab Tia.
Mata Igo membulat saat Tia mengatakan kalau dirinya pingsan.
"Jatuh deh harga diri gue pingsan di depan calon bini." Gerutu Igo dalam hati.
"Kata dokter,kakak kecapean sama..."
"Sama apa?"
"Asam lambung kakak naik,tekanan darah kakak juga rendah. Apa kak Igo lagi diet ketat?"
"Untung aja dokternya gak bilang gue pingsan gara-gara kelaperan,kalau gak bukan cuma jatuh harga diri gue,tapi udah terinjak-injak." Kata Igo dalam hati.
"Sebenarnya sih gak diet ketat,cuma diet sehat aja. Tapi karena akhir-akhir ini aku sibuk ngerjain proyek rumah singgah,pola makan aku jadi gak teratur di tambah lagi akhir-akhir ini aku begadang mulu,demi memantau perkembangan pembangunan rumah singgah." Jawab Igo berbohong. Padahal kenyataannya tadi siang dirinya sengaja tidak makan hanya karena ingin makan siang berdua dengan Tia kemudian menunjukkan pada Tia kalau rumah singgah sudah jadi dan siap di huni. Tentang begadang pun Igo berbohong,kenyataannya Igo begadang karena asyik main game online.
"Oh. Jadi sekarang kakak mau makan apa? Biar aku beliin."
"Apa aja. Apapun yang kamu beli,aku pasti makan kok. Tapi kalau bisa kamu beliin aku nasi padang."
"Katanya apa aja,ujung-ujungnya ngerequest." Kata Tia sambil memutar bola matanya malas.
"Ya udah,aku keluar dulu yah beliin nasi padang nya." Pamit Tia kemudian ia memutar tubuhnya.
"Ti..." panggil Igo.
Tia pun kembali memutar tubuhnya.
"Kenapa?"
"Beli nya jangan di Padang yah Ti,udah laper soalnya. Kamu belinya di depan rumah sakit aja,kayaknya aku pernah liat ada rumah makan padang di depan rumah sakit."
"Cih..iya bawel.!!" Cebik Tia.
Tia pun kembali memutar tubuhnya dan berjalan keluar dari kamar rawat Igo.
"Enak juga yah kalau sakit,di perhatiin sama calon bini." Gumam Igo sambil senyum-senyum sendiri.
Tak lama Tia pun datang dengan membawa dua bungkus nasi padang untuk dirinya dan Igo.
"Ini." Tia menyodorkan bungkusan nasi padang untuk Igo.
"Bukain." Kata Igo manja.
"Buka sendiri dong,jangan manja!!" Geram Tia.
"Gimana mau buka Ti,ini tangan aku di infus." Jawab Igo sambil menunjukkan tangannya.
Tia menghela nafasnya,untuk menurunkan emosi yang hampir sampai di ubun-ubun.
"Yang waras ngalah...yang waras ngalah...yang waras ngalah." Kata Tia dalam hatinya. Begitulah cara Tia menenangkan emosinya.
Tia pun membuka nasi bungkus itu dan menyerahkannya pada Igo.
"Ini."
"Suapin." Kata Igo lagi dengan manjanya.
Mata Tia langsung membulat. Tapi tak lama ia menghela nafasnya karena Igo kembali mengingatkan kalau dirinya sedang di infus.
Tia pun mengambil sendok yang sudah tersedia di atas nakas.
"Kalau makan nasi padang,gak enak kalau pakai sendok Ti,paling enak makan peke tangan."
"Ya udah makan aja sendiri." Jawab Tia ketus.
"Tangan aku kan di infus,gak bisa makan."
"Makan kan pake tangan kanan,berarti bisa dong nyuap nasi sendiri.!!"
Igo menggeleng.
"Aku kidal Ti." Jawab Igo berbohong.
Lagi dan lagi Tia menghela nafasnya untuk mengirup stok kesabaran yang terkandung di dalam oksigen.
Mau tak mau Tia menyuapi Igo dengan tangannya.
Baru saja Tia menyuap Igo,tiba-tiba pintu kamar rawat Igo terbuka dengan kasar.
BRAAAK.
"Igooo....!!" Teriak mama Wita histeris sambil berlari ke arah ranjang Igo.
"Kamu kenapa sayang? Kok sampe di rawat gini hah? Kamu gak ketiban batu bata kan atau ketiban besi waktu di proyek?" Tanya mama Wita sambil menangis sesunggukkan dalam pelukan anaknya.
"Mama apa-apaan sih,jangan bikin harga diri Igo jatuh deh di depan Tia." Bisik Igo.
Mama Wita pun melepaskan pelukannya dari Igo dan melihat wajah Igo dengan seksama.
"Igo gak pa-pa mah,cuma kecapean doang." Kata Igo karena tau apa yang sedang di khawatirkan sang mama.
"Kok bisa kecapean sih? Pasti gara-gara proyek rumah singgah deh. Kan udah mama bilang,kamu jangan terlalu memforsir tenaga kamu Go. Kamu tuh belum punya istri yang ngurus kamu,untung aja mama ada di negara ini kalau gak siapa yang akan ngurus kamu disaat-saat seperti ini."
"Igo di sana cuma ngawas mah,bukan jadi kuli." Kak Shea yang di minta mama Wita untuk menemaninya ke rumah sakit langsung buka suara saat sang mama terlalu lebay mengkhawatirkan adik bungsunya itu.
"Diem kamu. Emangnya ngawas gak pake tenaga?!"
"Cih...kalau baru ngawas proyek aja Igo udah pingsan,gimana nanti kalau dia udah nikah,jangan-jangan baru satu ronde udah langsung menghadap ilahi lagi." Balas kak Shea dengan nada mengejek.
Mama Wita langsung memberi tatapan tajam pada kak Shea agar kak Shea tak lagi banyak bicara dan mengejek anak kesayangannya.
"Cih..." decih kak Shea saat di berikan tatapan tajam oleh mama Wita.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
sakura71
ngakakk thorrt..kerenn
2023-01-11
0
Ike Susilawati
dasar tia sok kecatikan jadi orang,udh tau yang enak aja nanti malah bucin
2022-03-07
0
gia gigin
lanjut Thor
2022-02-03
0