Bab 16 Kehidupan Keluarga Viky

Kehidupan Keluarga Viky

"Aku tadi sudah makan bu… sebelum berangkat ke sini" Ucap Viky dengan nada pilu, kemudian menyodorkan nasi yang ada di piring kepada Lisa.

"Kalau kamu masih lapar… kamu bisa makan punya kakak ini…" Viky tersenyum kepada lisa. dia menyembunyikan kesedihannya dari lisa.

"Ngomong-ngomong kemana Ayah bu… dari tadi aku datang tidak melihat ayah…?" Tanya Viky sedikit heran.

Ratna dan Lisa menghentikan makannya dan menatap ke arah Viky.

"Nak kamu harus kuat…!" Ucap Ratna sambil memegang bahu Viky, raut wajahnya kembali berubah sedih.

"Maksud Ibu… aku sama sekali tidak mengerti…" Viky menjadi lebih heran karena perubahan sikap Ratna.

"Ayah kamu sudah pergi meninggalkan kita semua nak…?" Mata Ratna menjadi merah.

"Maksud Ibu… aku tidak mengerti sama sekali…" Viky semakin bingung dengan kata-kata dari Ratna.

"Ayah kamu sudah meninggal nak…?" Ucap Ratna

"Apa…?" Viky kaget dengan mulutnya terbuka, serta mata melotot dan terlihat merah.

Viky hanya bisa terdiam tanpa bisa berkata apa-apa.

"Iya… Ayahmu meninggal 1 tahun setelah kamu pergi nak…" Ratna mencoba menenangkan Viky dengan cara mengusap-usap punggungnya.

"Apa Ayah sakit bu…" Tanya Viky

Ratna menggelengkan kepalanya.

"Lantas kenapa Ayah bisa meninggal…?" Tanya Viky dengan heran dan juga penasaran.

Ratna menarik napas dalam-dalam kemudian Ratna pun menceritakan kejadiannya kepada Viky.

"1 tahun setelah kamu pergi, ayah kamu mendapat pekerjaan di pusat kota dengan gaji yang yang sangat besar, 2 bulan pertama semua berjalan dengan lancar, bahkan dia sempat pulang ke rumah, membawa banyak makanan, baju serta uang yang banyak. tak lama dia tinggal di rumah hanya beberapa jam saja, setelah itu ayah kamu mendapat telpon, entah ada masalah apa dia dengan terburu-buru kembali ke pusat kota" Ratna menghela napas berat.

"Satu minggu dari kejadian tersebut kami mendapat kabar bahwa ayah kamu sudah meninggal" Mata Ratna menjadi merah dan mulai mengeluarkan air.

"Kami sempat menanyakan kepada polisi yang mengantarkan jasad ayah kamu tapi mereka semua enggan memberitahu kejadian yang sebenarnya, satu hari setelah itu ada seorang laki-laki datang dan mengaku sebagai teman ayahmu, dia menceritakan kejadian yang sebenarnya kepada kami…"

"Lantas apa kejadian yang sebenarnya…" Tanya Viky yang memotong kata-kata Ibunya.

"Ayah kamu itu di bunuh oleh Tuan muda dari keluarga besar, entah masalah apa, teman ayah kamu juga tidak mengetahui tetang masalahnya itu…"

"Apa Ibu sudah melaporkan masalah ini kepada pihak polisi…?" Viky kembali bertanya.

"Ibu sudah berusaha sebisa mungkin meminta bantuan polisi, tetapi sampai sekarang pun tidak ada hasilnya…"

Raut Wajah Viky berubah sangat menyeramkan, sorot matanya sangat tajam, memancarkan aura kemarahan dan kebencian yang sangat dalam, tangannya mengepal sangat erat sampai kuku jarinya menancap menembus daging di tangannya.

"Yang ada malah adik kamu susah mencari kerja, setiap melamar pekerjaan selalu di tolak tanpa alasan yang jelas, suatu hari ada seorang pemuda yang menyukai adik kamu, dia sangat baik kepada kami berdua, suatu hari dia pergi ke pusat kota dan mencoba mencari tahu tetang kebenaran ayah kamu, tapi dia menghilang begitu saja, sempat dia memberi kabar bahwa adik kamu itu sudah di blokir untuk bisa bekerja di perusahaan mana pun oleh keluarga yang membunuh ayah kamu dan sekarang…"

"Lisa… Lisa cepat kamu keluar… jangan bersembunyi… cepat keluar… cepat"

Belum selesai kata-kata Ratna terdengar teriakan dari luar memanggil Lisa.

Lisa, Viky dan Ratna pun keluar melihat siapa yang berteriak itu.

Terlihat ada 10 orang lebih berada di depan rumah, dan yang paling depan adalah seorang pria paruh baya dengan perut yang buncit. badan semua orang terlihat sangat berotot dan kekar, dengan wajah yang seram.

"Tuan Dacheng…" Lisa kaget melihat Dacheng datang kerumahnya.

Dacheng adalah Bos dimana Lisa bekerja, dia membawa 10 orang lebih anak buahnya.

"Tuan… Apa ada masalah…?" Tanya Lisa,

"He…he…he… Lisa… Lisa kamu itu begitu bodoh atau kamu hanya berpura-pura bodoh hah…" Dacheng menatap Lisa dengan tatapan menghina.

"Sudah lah bos… jangan banyak omong… Aku sudah tidak sabar ingin bersenang-senang dengan nya…" Timpal anak buah Dacheng, sambil melihat ke arah Lisa dengan tatapan mesum.

"He…he…he… kau sabar lah sedikit… aku ingin lihat bagaimana ekspresi dari anak ini ketika putus asa…" Jawab Dacheng sambil melirik ke arah Lisa

"Lisa… selama ini aku tahu kamu suka mencuri makanan… tapi aku diam saja menunggu kamu berbuat kesalahan… dan kamu perlu tahu bahwa selama ini aku sudah menghitungnya… kamu berhutang kepadaku 20 juta…"

"Hah… 20 juta…" Lisa sangat kaget mendengar angka yang begitu besar.

"Sekarang hanya ada 2 pilihan, kamu bayar lunas hutang kamu atau kamu temani kami semua bersenang-senang selama satu malam…?" Dacheng melihat Lisa dari atas kepala hingga ujung kaki.

"He…he…he… aku yakin kamu pasti akan sangat menikmati bersenang-senang dengan kami malam ini…" sorot mata Dcheng memancarkan aura mesum nya.

"Apa kamu berani berbuat seperti itu kepada adikku…" Tanya Viky dengan wajah datar.

semua orang tertawa mendengar Viky berbicara.

"Ha…ha…ha… Anak muda… anak muda, di sini tidak ada yang bisa menghalangiku… apa kamu tahu siapa aku…?" Jawab Dacheng dengan wajah sinis kepada Viky.

"Aku tidak peduli siapa kamu… dan aku juga tidak mau tahu siapa kamu…? orang kecil seperti kalian hanya lah sampah di mataku… dan perlu kalian ingat aku adalah Viky kakak dari Lisa" Ucap Viky, kemudian aura membunuh Viky merembes keluar.

"Aku bisa melampiaskan sedikit amarahku kepada kalian…" Gumam Viky

"Ternyata kamu tidak hanya bermulut besar, tapi hanya mempunyai sedikit kemampuan saja sudah mau berlaga di depanku…" Ucap Dacheng yang tubuhnya gemetar merasakan aura membunuh dari Viky.

Tapi Dacheng sangat percaya diri, dia membawa 10 orang lebih, kalau pun Viky mempunyai kemampuan apa di sanggup melawan 10 orang sekaligus.

"Aku beri kamu kesempatan sekali lagi…! Jika kamu tidak pergi sekarang kamu akan menyesal…!" Ucap Viky dengan sorot mata yang sangat tajam, melihat ke arah Dacheng.

"Baiklah… baiklah… aku akan pergi… tapi bagaimana dengan hutang kalian…" Dacheng sedikit melunak di hatinya dia sangat ketakutan karena merasakan aura membunuh dari Viky yang sangat tebal.

"Aku yang akan membayarnya…" Ucap Viky dengan santai

"Ternyata kamu juga mempunyai uang… baik lah… baik lah…karena suasana hatiku sedang baik… aku akan mempermudah masalah ini…" Dacheng berpikir orang seperti Viky bukan lah lawannya, jadi dia segera menyetujui keinginan Viky. mengambil uang 20 juta secara cuma-cuma.