Bab 14 Citra Epson

Citra Epson

"Itu terserah kalian… aku hanya memberi saran… kalian pikir hadiah apa yang bisa menyenangkan orang besar seperti dia… dengan uang yang dia punya dia bisa mendapatkan apa pun yang dia mau… tapi untuk kesetiaan mereka tidak bisa membelinya…" Viky dengan santai sambil minum kopi.

Viky tidak memikirkan hadian berupa Fisik, dia berharap orang-orangnya setia dan jujur kepadanya itu pun sudah cukup, bagi dia apa pun bisa dia dapatkan dengan mudah.

Yosef berpikir tangan kanannya sambil memegang dagu"Mungkin ada benarnya juga kata Viky… orang besar seperti dia tidak butuh yang lain…"

"Aku sudah menetapkan hati dan tekad ku untuk terus setia dan mengikuti Tuan Besar…" Yosef mengepalkan tangannya, wajahnya penuh semangat membara.

"Terima kasih Viky atas saran kamu… jika kamu butuh bantuan aku di masa depan, jangan sungkan hubungi aku… Ok…" Yosef menepuk pundak Viky.

"Itu yang aku harapkan… tapi jangan coba-coba kamu menjadi penghianat…" Gumam Viky dalam hati.

Setelah Yosef memantapkan hatinya, Yosef bersama teman-temannya pergi meninggalkan Viky dan Beben.

Akhirnya Viky bisa bernapas lega karena Yosef sudah pergi, jika Rana duluan datang mungkin akan berbeda ceritanya.

Tak lama Rana datang menghampiri Viky dan Beben.

"Manajer… kartu yang Tuan Viky minta sudah jadi…" Rana menyodorkan kartu bank Titanium kepada Beben.

Beben mendongakkan kepalanya melihat ke arah Rana, dia sedikit heran, biasanya pembuatan kartu bank di atas Gold memerlukan ijin darinya.

"Sudah jadi…" Tanya Beben kepada Rana.

"Iya Manajer… ini perintah langsung dari pusat, dan tadi orang pusat bilang akan menelpon manajer setelah ini" Ucap Rana dengan sopan.

"Ok baik lah…"

"Terima kasih yah Rana…" Viky menoleh dan tersenyum ke arah Rana.

"Sama-sama Tuan…" Rana membalas senyum ke arah Viky dengan sangat manis, di tambah ada lesung di pipinya.

Mata Viky dan Rana saling bertemu, wajah Rana berubah merah karena malu, bertatapan dengan seorang pria.

"Hey… apa sudah bertatapan nya…" Beben menepuk pundak Viky…

Rana tertunduk malu.

"Kamu mengagetkan aku saja…" Wajah Viky berubah menjadi kesal.

"Tuan ini kartu nama saya… jika Tuan butuh bantuan saya… Tuan bisa menghubungi saya…" Rana menyodorkan kartu namanya kepada Viky.

"Hemm…" Viky menganggukkan kepala serta mengambil kartu nama yang di berikan Rana.

Kemudian Rana pergi setelah memberikan kartu nama tersebut.

Sebenarnya jantung Rana sangat berdebar ketika bertatapan dengan Viky, ada sesuatu yang mengganjal di hati Rana saat pertama kali bertemu dengan Viky.

"Kamu bisa menghubunginya nanti jika kamu ingin bertemu dan bertatapan terus dengan Rana…" Goda Beben, dengan menyenggol-nyenggol kan tangannya kepada Viky.

"Kamu lihat tubuh Rana sangat indah seperti gitar spanyol, bokong nya juga sangat berisi, yang aku tahu Rana itu masih jomblo di tambah belum pernah kenal dengan laki-laki, sangat cocok dengan kamu…" Lanjut Beben menggoda Viky.

"Hanya itu saja dari dulu di pikiran kamu ini…" Ucap Viky.

"Aku itu berguru dari kamu… apa kamu ingat dulu kamu mengajari aku…?" Timpal Beben.

"Tapi dari dulu kamu tidak punya keberanian untuk mendekati seorang perempuan… hanya bisa memandang ke indahan dari kejauhan tanpa mau menyentuh ke indahan tersebut" Lanjut Beben.

"Sudah lah aku pergi dulu… kalau aku lama-lama di sini nanti tertular kegilaan kamu… sampai bertemu di acara reuni nanti" Viky berjalan meninggalkan Beben yang kaget atas ucapan Viky, bukan karena dia si sebut gila, tapi karena perubahan sikap Viky, yang mana dulu dia sangat senang jika membicarakan ke indahan seorang wanita.

Treett…

Treeet…

Suara ponsel Beben, menyadarkan Beben dari ke kagetan nya. dia masih menatap punggung Viky yang beranjak pergi.

"Aku harus pulang dulu menemui keluargaku, sebelum ke rumah Herman" Gumam Viky setelah meninggalkan kantin bank dan Beben yang masih mematung.

Ketika Viky pergi ke tempat parkir untuk mengambil mobil, dia melihat seorang perempuan berdiri di dekat mobil nya, perempuan tersebut adalah Citra, dia memakai celana Jins pendek sepaha memperlihatkan kaki putih mulusnya. serta baju T-shirt pendek dan ketat memperlihatkan lekuk tubuh serta dada yang berisi, dan terlihat pula sebagian, dengan rambut di kuncir kuda, menjadikan keindahan yang sempurna, tapi wajah Citra terlihat rumit.

Dia berjalan mondar-mandir di dekat mobil Viky.

"Nona… apa ada masalah…? tampaknya anda sedang sangat gelisah…?" Viky menghampiri dan bertanya.

"aahh… I-itu…" Citra kaget mendengar Viky berkata tiba-tiba.

"Itu kenapa…? Tanya Viky bingung.

"Apa ini mobil anda Tuan…? Citra tidak menjawab tapi balik bertanya.

"Apa ada masalah…?" Viky semakin bingung dengan sikap Citra.

"Anu… Tuan… tadi ketika aku parkir tidak sengaja menggores mobil Ini…" Citra dengan pasrah menceritakannya kepada Viky.

Citra tahu mobil ini adalah mobil yang sangat mewah, tidak sembarang orang mempunyai mobil ini, jadi dia tidak pergi setelah menggores mobil tersebut, Citra sangat pintar, akan berbahaya jika dia lari. bukan menyelesaikan masalah tapi akan mendatangkan masalah yang lebih besar.

Viky melihat ke arah mobil, terlihat ada goresan kecil di dekat pintu mobilnya.

"Hanya goresan kecil…" Viky berbalik ke arah Citra.

"Tuan… bisakah anda menolong saya…" Citra memohon kepada Viky dengan wajah melasnya. dan itu terlihat sangat imut. Di tambah Citra merangkul lengan Viky.

Gluk…

Viky menelan ludahnya, Jantungnya pun berdebar, Ada sesuatu yang empuk padat menempel di tangannya.

Wangi tubuh Cinta membuat Pikiran Viky melayang entah kemana.

"A-apa yang bisa… A-aku bantu Nona…?" Tanya Viky dengan gugup.

"Aku sedang buru-buru, Jika orang yang mempunyai mobil ini datang… kamu tolong kasih kartu nama aku… bilang padanya aku sedang buru-buru, aku akan ganti semua kerugian mobil ini…" Ucap Citra yang masih menggantung di lengan Viky.

"Perempuan secantik ini sangat di sayangkan jika di lepas begitu saja… akan aku kerjain" Gumam Viky di dalam hati.

"Maaf Nona… bukan aku tidak mau membantu Nona tapi…" Kata-kata Viky di potong oleh Citra.

"Jika kamu mau membantu aku… Sabtu malam aku traktir kamu makan… Bagaimana…? Citra mulai menawarkan diri.

"Apa itu kencan…?" Ucap Viky menggoda Citra.

"Hanya makan malam biasa saja…" Jawab Citra dengan wajah cemberut. serta melepaskan pelukannya di tangan Viky.

"Jika hanya makan malam saja aku tidak mau… Nona tahukan mobil ini sangat mewah, dan pastinya bukan orang biasa yang mempunyai mobil ini, akan sangat sulit menjelaskan kepada pemilik mobil ini…" Ucap Viky dengan asal.