Ini adalah pagi baru yang lain, hari Senin dimana siswa dan siswi terpaksa harus kembali ke rutinitas sekolah lagi setelah akhir pekan.
Di gerbang sekolah, terlihat deretan mobil mewah mengantri untuk mengantarkan Tuan Muda dan Nona mereka kesekolah.
Beberapa terlihat lesu saat memasuki gerbang sekolah, beberapa diantaranya lagi, terlihat saling bertemu dan menyapa sambil memamerkan barang baru yang mereka beli saat akhir pekan lalu.
Diantaranya lagi terlihat ada beberapa gadis berkumpul di dekat gerbang seolah sedang menunggu sesuatu.
Owh benar, diantara deretan mobil panjang, tiba-tiba ada sebuah mobil sport berwarna biru muncul menerobos antrian diikuti oleh sebuah mobil sport lain berwarna putih. Kedua mobil itu langsung memasuki parkiran sekolah.
Sebenarnya disekolah ini ada larangan untuk membawa mobil sendiri kesekolah, namun beberapa motor masih diperbolehkan beberapa ada yang naik motor sendiri terutama para pria. Namun sebenarnya kebanyakan siswa-siswi disini akan diantar jemput dengan mobil pribadi masing-masing.
Hal itu juga sangat bermanfaat untuk para orang tua, jadi lebih bisa mengendalikan anak-anak mereka dan memantau kegiatan mereka, agar sepulang sekolah mereka tidak terlalu banyak bermain disana sini dan menjadi liar.
Namun disemua hal, selalu ada yang namanya pengecualian dari pengecualian.
Seperti kedua mobil sport barusan, itu adalah milik salah satu siswa.
Dari dalam mobil sport biru, keluar seorang pemuda tampan berambut hitam kelam, dia mengenakan seragam sedikit berantakan dan dikeluarkan, namun tetap membuat karisma permuda itu tidak berkurang. Dia adalah Sang Tiran Sekolah yang legendaris, yaitu Reno.
Disisi lainnya, dari mobil sport warna putih, muncul dua pemuda lainnya yang tidak kalah tampannya. Salah satunya pemuda dengan rambut agak kecoklatan yang terlihat ceria, dan yang lainnya adalah pemuda yang mengenakan seragam begitu rapi.
Mereka adalah teman masa kecil Reno yaitu Revan dan Alvin.
Ketiganya dijuluki tiga pangeran sekolah yang dipimpin oleh Sang Tiran Sekolah. Mereka bahkan punya fans klub sendiri disekolah ini.
Lihat beberapa gadis yang berbaris disana menyambut kedatangan mereka bertiga.
Namun dua orang lainnya terlihat tidak peduli, hanya Revan yang melambaikan tangannya dan memberikan tanda love dengan jarinya pada kerumunan gadis-gadis itu, yang membuat kerumunan itu langsung berteriak kegirangan.
Ketiganya mulai berjalan ke gedung sekolah sambil sesekali ngobrol beberapa hal. Seperti Revan, yang memang paling aktif bicara dalam rombongan itu. Dia penasaran karena Reno yang biasanya memakai jaket kesayangannya itu tumben tidak dipakai.
"Dibawa oleh seorang kecantikan."
Tentu saja sebagai teman baik Reno, mereka berdua tahu betul siapa kecantikan yang dimaksud.
"Owh, apakah hubungan kalian ahirnya sudah naik ke jenjang berikutnya?" Tanya Revan penasaran.
"Omong kosong, lihat wajah datar Reno, kalau mereka sudah jadian jelas sekarang Reno akan ketawa kegirangan sendiri seperti orang gila," kata Alvin dengan sinis namun sebenarnya memang kebenaran.
"Lagipula, Reno kamu berani sekali naksir dengan Ketua Kelas! Kamu harus tahu, standar calon menantu bagi Keluarga Ketua Kelas itu begitu tinggi!! Lihat itu tidak hanya sebatas Kaya dan Tampan, tapi dia harus sempurna, Jenius dan Pintar, misalnya seperti Kak Romeo yang diterima di Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Harvard! Nilai dia selalu sempurna, kaya dan tampan!"
"Diamlah. Dan jangan bawa-bawa Kak Romeo," balas Reno dengan kesal.
Romeo yang mereka bicarakan sebenarnya adalah Kakak tingkat mereka yang sudah lulus, dua tahun lebih tua dari mereka, kebetulan mereka saling kenal.
Ditengah kerumunan yang mengelilingi mereka, tiba-tiba muncul seorang gadis pemberani yang mencoba memberikan hadiah kue buatan tangan pada Reno. Namun Reno tolak, tapi gadis itu memaksa.
"Ayolah, Reno tidak memakan masakan buatan rumahan biasa, setiap makanan yang dia makan adalah buatan Koki kelas atas Bintang Lima!! Jadi pergilah dari sini, sebelum kami berbuat kasar, Paham?" Kata Revan dengan nada mengancam, yang membuat gadis itu takut.
Kemudian rombongan Reno pergi dari situ.
Beberapa orang yang tadi berkumpul lalu mengelilingi gadis itu, owh iya itu salah satu siswa baru kelas satu. Pantas saja dia tidak tahu reputasi buruk Reno. Walaupun dia tampan, tapi dari sejak kelas satu, kelakuan dia buruk namun sudah cukup pendiam dan patuh sejak kelas tiga ini, namun sampai saat ini, tidak ada yang berani mendekati nya terutama ada Marry yang mengejar-ngejar Reno.
...###...
Ketika Reno dan teman-temannya sampai dikelas, didalam kelas terlihat hening. Tentu saja alasannya karena mereka sedang sibuk menyalin pekerjaan rumah minggu lalu.
Karena ahir pekan, siswa siswi menjadi malas dan menghabiskan hari dengan bermalas-malasan dengan alasan ini akhir pekan, hingga akhirnya hari Senin tiba, mereka baru sadar kalau ada pekerjaan rumah dan belum mengerjakannya.
Revan mulai panik sendiri karena dia juga lupa mengerjakan pekerjaan rumah nya. Tapi untungnya Alvin mengerjakan pekerjaan rumah nya.
"Ren, kamu mau ikut menyalin?" Tanya Revan, namun yang ditanya terlihat diam saja sambil melihat kearah laci mejanya.
Disana ada sebuah tas belanja kecil yang berisi jaket, dan sebuah kotak kecil didalamnya.
"Wow, dari siapa itu? Apakah itu puding?" Tanya Revan lagi penasaran.
"Diamlah,"
Kata Reno terlihat bahagia, dia tau ini ucapan terimakasih untuk kejadian tempo hari.
"Awww... Apa ini Puding Legendaris buatan sendiri Ketua Kelas? Owh astaga aku ingin mencobanya," kata Revan terlihat iri.
"Menurutmu, Ketua Kelas bisa memasak?" Tanya Reno dengan ekspresi yang entah bahagia atau sedih, karena di dalam surat dari ketua tertulis sesuatu seperti ini,
'Ini jelas bukan puding buatanku. Aku tahu kamu hanya mau memakan masakan koki bintang lima. Ini adalah masakan koki dirumahku, dan jangan meragukannya, dia adalah seorang koki bintang lima handal!!'
Revan dan Alvin yang ikut membaca surat itu lalu tertawa.
"Ahahahaha.... Benar juga, ini Ketua Kelas, yang dia lakukan hanya Belajar dan Bermain Piano, dia mana sempat mempelajari hal-hal seperti memasak? Owh ya ampun dan lihat ini, Ketua Kelas benar-benar tau seleramu! Ini adalah puding kopi kesukaanmu belum lagi buatan Koki bintang lima kelas atas! Ahahahaha......" Kata Revan sambil tertawa puas.
"Benar, ini benar-benar selera Reno, buatan Koki Bintang Lima," kata Alvin sambil menahan tawanya namun akhirnya gagal.
"Kalian bisa diam?" Kata Reno kesal.
"Kalau kamu tidak ingin memakan ini, biar aku saja. Lagi pula ini buatan Koki Bintang Lima," kata Revan mencoba mengambil kotak ditangan Reno, namun gagal.
"Ini milikku!"
Dan itulah akhir drama pagi ini diakhiri dengan Reno memakan puding nya sedangkan Revan sibuk menyalin pekerjaan rumah dan Alvin kembali mengulas materi, karena besok lagi akan ada Tryout.
...####...
Ketika memasuki kelas tiga SMA, waktu akan terasa cepat sekali berlalu, selain karena ada Les disekolah yang lebih intensif, belum lagi beberapa siswa mengambil Les di luar juga. Juga termasuk Tryout-tryout yang sudah dimulai sejak awal-awal semester ini.
Bagaimanapun juga ini adalah saat-saat penting menyangkut kelulusan juga soal ujian masuk perguruan tinggi.
Jadi rasanya tidak ada waktu untuk memikirkan hal-hal soal cinta untuk siswa siswi kelas tiga.
Ya mereka sudah terlalu sibuk ujian, ujian, ujian dan belajar.
Ini adalah hari Jumat, hari ini saatnya pengumuman hasil Tryout minggu lalu. Beberapa siswa terlihat sangat peduli dengan nilai mereka dan bersemangat, beberapa merasa takut melihat nilainya, namun ada juga yang tidak terlalu peduli soal nilai mereka.
Dan disini ada seseorang yang kebetulan terlihat tidak peduli dengan nilainya.
Dia hanya melihat papan pengumuman sekilas lalu pergi kembali ke kelas.
Terlihat cuek sekali, padahal dia diam-diam sangat gembira dengan pencapaian kecilnya. Ya, dia adalah Reno yang diam-diam belajar keras agar bisa masuk Universitas yang sama dengan Ketua Kelas.
Di kelas sangat sepi, maklum sekarang jam bebas untuk siswa kelas tiga. Lagi pula ujian baru saja selesai, agar siswa dan siswi tidak terlalu stress mereka diberi kelonggaran pulang lebih awal hari ini.
Didalam kelas, terlihat gadis tertentu sedang membereskan mejanya hendak pulang. Gadis itu menoleh kearah pintu. Lalu menunjukkan senyuman hangat nya, pada Reno, lalu berjalan kearahnya, dan mberikan Reno sekaleng minuman dingin.
"Reno, coba lihat sekarang kamu dapat peringkat 40 dari 104!! Tidakkah ini semacam peningkatan? Owh ya ampun, Renoku ini pasti sudah berusaha sangat keras,"
"Tidak ada yang perlu dirayakan. Bukankan ini adalah kamu yang harus merayakan nilaimu? Lihat kamu sudah kembali ke peringkat 10 besar,"
"Owh ini bukan apa-apa," kata gadis itu terlihat bangga.
Lalu keduanya tertawa bersama.
"Mau merayakannya?" Kata Reno dengan nada bercanda.
"Boleh," jawab gadis itu dengan santai, membuat Reno kaget.
"Tumben?"
"Hari ini pulang lebih awal bukan? Supir ku belum menjemput, jadi masih ada waktu sebelum kelas tambahan,"
"Ada tempat yang ingin kamu kunjungi?"
"Mungkin?"
Tanpa membuang waktu, keduanya langsung keparkiran untuk mengambil mobil Reno.
Keduanya menaiki mobil Sport Biru itu dengan santai. Ada keheningan disana, terlihat Ketua Kelas binggung untuk menentukan pilihan mau pergi kemana dulu.
Namun hal-hal sial sering terjadi disaat-saat seperti ini. Misalnya saja ditengah jalan, mobil Reno tiba-tiba mogok, entah karena apa.
Reno rasanya ingin menangis melihat kearah mobilnya dengan kesal. Padahal biasanya, mobil ini baik-baik saja, kenapa musti mogok disaat-saat penting begini?
Hay, kawan kamu bercanda dengan ku?
Batin Reno kesal, sambil menendang mobilnya.
Gadis itu hanya tertawa setelah melihat Reno kesal.
"Tunggu, aku akan menelepon pelayanku untuk mengurus mobil ini dan juga mengirimkan mobil ku yang lainnya untuk kita," kata Reno sedikit cemas lalu segera menelpon pelayanan nya.
"Tidak perlu, itu terlalu lama,"
"Memanggil taksi?"
Namun gadis itu menyelenggarakan kepalanya. Dan itu membuat Reno jadi khawatir.
Apakah acara 'Date' ini batal?
Ah, sial kenapa mobil bermasalah disaat-saat seperti ini?
Padahal sangat langka melihat Ketua Kelas mau diajak pergi keluar.
Namun ditengah kebingungan dan kecemasan Reno, tiba-tiba gadis itu mengandeng tangan Reno, mengajaknya kelokasi tertentu didekat situ membuat Reno kaget.
"Halte Bus?" Tanya Reno heran.
"Pernah naik ini sebelumnya?" Tanya gadis itu penasaran.
"Tentu saja belum? Bagaimana dengan mu?"
"Menurutmu?"
"Pasti belum."
"Ingin mencobanya sesekali."
"Tapi ini pasti sangat panas di cuaca seperti ini."
Tanpa memperdulikan protes Reno, gadis itu sudah terlihat bersemangat dan mengandeng Reno untuk naik ke Halte untuk membeli tiket.
Namun terjadi masalah saat Reno hendak membayar.
Reno tidak membawa uang tunai!!!
Muka Reno memerah karena malu.
Sejujurnya, Reno memang punya kebiasaan jarang membawa uang tunai, lagipula dia biasanya pergi ketempat-tempat yang biasanya membayar dengan kartu Debit atau Kartu Kredit.
Bagaimana dengan Ketua Kelas?
Ternyata sama saja, dia tidak membawa uang tunai, bahkan di sini tidak menyediakan pembayaran via dompet digital pula.
Ini adalah hal yang paling memalukan untuk keduanya.
Namun kebetulan petugas loket nya baik hati dan ingat beberapa promo lalu bertanya,
"Kalian masih pelajar bukan? Kebetulan hari ini, ada promo gratis untuk para Pelajar dan Mahasiswa, cukup menunjukkan Kartu Pelajar."
Masalah akhirnya terselesaikan. Tak lama setelah itu Bus pun kebetulan datang, dan kebetulan disana cukup sepi jadi keduanya bisa memilih tempat duduk dengan bebas.
Sampai didalam keduanya lalu saling tertawa melihat kebodohan masing-masing bisa-bisanya tidak membawa uang tunai. Ini adalah 'pengalaman pertama' mereka setelah semua.
...####...
Cuaca hari ini benar-benar cukup panas. Disebuah jalan tertentu, terlihat dua orang siswa walaupun keduanya menggunakan seragam sekolah, namun dari bentuk seragam mereka dan aksesoris yang mereka pakai terlihat tidak sesuai berada di jalanan yang biasa seperti itu.
Keduanya memiliki kulit yang benar-benar putih, seolah tidak pernah terkena sinar matahari sebelumnya. Lihat jam tangan dan sepatu yang terlihat mewah dan mahal itu.
Jalanan itu cukup ramai pengunjung, karena selain dekat dengan sebuah sekolah negeri biasa di ujung jalan sana, disini juga dekat area gedung perkantoran dan pabrik.
Banyak aneka macam jajanan yang dijual disana. Mulai dari jajanan pasar, minuman, bakso, dan lainnya.
Terlihat gadis berseragam itu sangat tertarik dengan aneka macam jualan yang dijual disana. Berbeda dengan pemuda disampingnya yang terlihat tidak berminat.
"Ah, Reno hanya bisa makan-makanan masakan Koki Bintang Lima bukan? Sekarang kamu hanya menemaniku makan, setelah ini kita bisa pergi ketempat yang Reno mau!!"
"Ayolah itu hanya sebuah lelucon. Aku sebenarnya bisa makan apa saja."
"Benarkah? Tapi kamu sangat pemilih soal makanan, harus inilah harus itulah, tidak pakai inilah tidak pakai itulah, aku tahu,"
Reno sudah tidak tahu lagi apakah harus terharu atau menertawakan dirinya. Memang benar kata gadis itu, dirinya ini benar-benar pemilih soal makanan, jadi tidak yakin apakah dirinya bisa makan makanan ditempat ini.
"Apakah kamu pernah makan ditempat seperti ini?"
"Tentu saja belum. Itulah alasan kenapa aku mengajakmu bukan? Ini adalah perayaan!! Jadi penting untuk sesekali mencoba hal-hal baru dan hal-hal yang melanggar aturan!"
"Aku tidak mengira kata-kata itu keluar dari mulut Ketua Kelas, aku terkejut,"
Setelah memilih-milih, gadis itu terlihat memesan banyak sekali jajanan, mulai dari batagor, cilok, cilor, bakso bakar, kerak telor, siomay goreng dan bahkan beberapa gorengan. Dan jangan lupa Milk Tea di ujung jalan.
Sedangkan Reno hanya ikut membeli Milk Tea diujung jalan. Dan tentu saja, tadi Reno mampir ATM untuk mengambil uang, dia tidak mau malu lagi karena tidak bawa uang.
Sebenarnya dia juga heran melihat begitu banyak jajanan yang gadis itu beli, namun harganya semuanya begitu murah, satu porsi bahkan ada yang hanya 5000. Wah Reno tidak pernah beli sesuatu semurah ini.
Tapi melihat gadis itu terlihat tersenyum dan tertawa penuh minat pada hal-hal sini, sudah membuat Reno senang.
Lalu keduanya memilih tempat duduk agak ujung dekat pohon, disana agak teduh dari tempat lain.
Gadis itu mulai membuka jajanan yang baru saja dia beli. Disana dibeberapa cup-cup kecil. Lalu dia membuka salah satunya. Dan ketika dia mencobanya, dia memujinya.
"Reno coba deh, kata pedagang nya tadi ini namanya Batagor, enak juga ternyata."
Belum sempat Reno menjawab, gadis itu menyuapinya.
Reno hanya bisa mencobanya, dan rasanya tidak buruk.
Setiap kali gadis itu mencoba menu baru, dia pasti akan menyuruh Reno mencobanya juga.
Ya, walaupun suasana disini ramai dan panas, namun itu terasa tidak buruk untuk Reno. Ada untungnya juga sesekali datang ketempat seperti ini, asal itu bersama gadis itu.
Setelah mencoba semua jajanan itu dan keduanya cukup kenyang, gadis itu mulai mengandeng Reno memasuki Pasar Tradisional yang ada disana.
Keduanya menemukan barang-barang yang belum pernah mereka lihat, lalu tanpa pikir panjang gadis itu membeli apapun yang dia suka disana. Itu hanya beberapa aksesoris lucu, dan beberapa makanan kecil yang bisa dimasukkan dengan mudah ke Tas yang dibawanya.
Sesekali keduanya akan mengobrol tentang beberapa hal dalam keseharian mereka, sambil berjalan, dan menikmati Milk Tea mereka.
Itu bukanlah sesuatu yang begitu romantis, namun hanya beberapa hal sederhana yang membuat nyaman.
Namun terkadang, semua hal-hal baik akan cepat berlalu. Seperti hari ini.
Gadis itu tiba-tiba ingin pergi kekamar mandi, kebetulan disana toko serba ada dekat situ mungkin disana ada kamar mandi yang cukup layak. Jadi dia membiarkan Reno duduk disalah salah satu kursi disana dan menunggunya.
Entah ada kebetulan atau apa, ketika Ketua Kelas pergi dari sana dan Reno sendirian, dia bertemu seseorang yang dikenalnya.
"Reno? Kenapa kamu ditempat seperti ini?" Tanya gadis itu heran.
"Nana?"
"Ah, kebetulan sekali kita bertemu disini,"
Ini adalah awal dari kesialan Reno.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Kā_Sā
oh ya thor nama ketua kelas nya siapa kok gue gak tau yah
2021-11-07
2
Ainur Cutee
klo ada visual ny psti lebih berwarna cerita nya🤗🤗🤗
2021-10-19
4