Setelah perdebatan panjang, Yuko --dengan berat hati-- mengizinkan Riota bertemu dengan ayahnya, meski dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Sore itu, Yuko duduk termenung mengingat kembali bagaimana dia bisa memulai hubungan dengan ayah dari anak kandungnya.
Flashback
"Ada perlu apa ? Tuan muda Alexander? " Sapa Yuko agak sedikit jengkel berpapasan lagi dengan rivalnya tadi. Taka sengaja mencegat Yuko di pintu keluar kampus usai seminar.
"Panggil saja aku, Taka" Ucap Taka sambil menyebar senyum. Senyum itu adalah senyum andalan laki laki buaya darat, pikir Yuko.
" Apa kau sibuk? Bisa bicara sebentar? " Lanjut Taka dengan percaya diri Yuko akan mengabulkan permintaannya.
"Tentu saja," Yuko mengiyakan.
"Akhirnya! " Taka girang akhirnya Yuko mau diajak bicara.
"Apakah kita perlu pergi ke kafe? " Yuko tahu Taka sedang berusaha menggiringnya ke suatu tempat untuk melancarkan aksinya. Berawal dari kafe lalu berakhir di ranjang sebuah hotel.
"Ah iya! Aku lupa aku sangat sibuk, sehingga tidak ada waktu untuk meladeni anda! " Ledek Yuko, sukses memberi harapan palsu. Tanpa canggung, Yuko melenggang menjauhi Taka.
"Kalau begitu, bisa kita bertukar nomor ponsel? " Taka tetap pantang menyerah menyusul berjalan sejajar dengan Yuko .
"Kita bisa bertemu lain kali, " Jelasnya, kini menghadang Yuko.
" Ha? Lain kali?" Yuko melirik jijik.
"Aku justru berharap ini adalah pertemuan kita yang terakhir, Takashima !" Sudah salah sebut nama, Yuko pun juga salah pengertian. "Biarkan aku lewat! "
Yuko selalu salah persepsi. Taka mengambil tindakan setingkat lebih bar bar. Dia meraih tangan Yuko. Mencengkram pergelangan tangan, seperti tidak akan pernah dia lepaskan lagi.
"Lepaskan! Apa apan sih? " Yuko berontak.
"Aku sudah jatuh cinta padamu, Harumi! "
"HAH?! " Yuko nyaris terjengkang sebab dia berhasil lolos dalam aksi tarik menarik antara dirinya dan Taka.
"Selain mesum, ternyata kau juga gila ya? " Bentak Yuko, tak peduli jika harus berduel dengan laki laki, Yuko siap meladeni.
"Terserah! Aku tidak peduli apa yang kau sangkakan, " balas Taka dengan nada keras.
Yuko mengerang kesal, ingin segera memukul Taka lalu melemparkan tubuhnya ke jalan raya. Hidup Yuko akan berakhir di penjara ketika itu benar benar terjadi. Yuko lebih memilih kabur daripada harus meladeni orang dengan syaraf otak agak terganggu. "Sinting!"
Yuko berjalan cepat setengah berlari, lama kelamaan dia benar benar lari tunggang langgang. Taka mengejar dan berusaha mencegat Yuko dengan mencari jalan pintas. Taka ngotot ingin menghentikan Yuko berlari lebih jauh lagi. Hingga pada persimpangan jalan Yuko terjebak, tak bisa lari kemana mana lagi atau dia akan tewas tersambar kereta yang melintas.
"Apa maumu?! Dasar psikopat! Predator! " Omel Yuko menjaga jarak. Yuko terengah - engah karena kelelahan, kakinya lecet lecet akibat berlari tanpa alas kaki. Dia melakukan itu semata mata ingin lari lebih cepat.
"Dengarkan aku dulu, Nona, "
" Kau selalu berprasangka buruk tanpa mendengar penjelasan orang lebih dulu!
Yuko makin ketakutan tatkala Taka bergerak maju menghampiri Yuko yang sudah keringat dingin hampir buang air kecil di celana. Untung masih bisa di tahan.
"Biarkan aku pergi! " Sanggahnya, sebelum Taka semakin mendekat.
Kereta sudah berhasil melintas dan Yuko langsung angkat kaki menerobos palang rel yang belum terbuka secara sempurna. Satu unit sepeda motor menghempas tubuhnya karena Yuko tidak tengok kanan kiri sebelum menyebrang. Yuko terseret beberapa meter dan langsung tak sadarkan diri.
Yuko dilarikan ke rumah sakit. Taka yang bertanggung jawab penuh atas insiden kecelakaan yang menimpa Yuko. Takeshi menerobos masuk dan langsung melabrak Taka dengan mencengkram kerah baju. Takeshi mengira, Taka adalah orang yang telah menabrak Yuko sampai sedemikian rupa.
"Tuan, maafkan perilaku Takeshi. Dia hanya mengkhawatirkan keadaan temannya, " Ruri datang melerai. Berbeda dengan Takeshi, Ruri malah memberi salam serta meminta maaf pada Taka.
"Apa? Untuk apa minta maaf padanya Ruri?! " Omel Takeshi tidak habis pikir.
"Harusnya dia dilaporkan ke polisi! " Takeshi ngotot ingin memperkarakan ini ke jalur hukum.
"Sudahlah, yang penting Yuko baik baik saja sekarang. " Ruri terus membela, sikap kekasih Ruri sudah membuat Taka dongkol. Takeshi nyatanya sebelas dua belas dengan Yuko.
Mendengar suara Takeshi yang meledak - ledak, Yuko sadarkan diri. Takeshi memang selalu berisik tak peduli ruang IGD saat itu sedang menampung banyak pasien. Beberapa diantara mereka sampai memanggil pihak keamanan untuk mengusir mereka keluar.
" Yuko? Syukurlah kau sudah siuman! " Takeshi langsung beralih pada Yuko. Dia memeriksa apakah ada luka yang cukup serius atau tidak.
"Untuk apa dia ada di sini?" Yuko terhenyak, Taka belum juga lenyap dari pandangannya.
"Takeshi tolong selamatkan aku dari predator itu?! " Yuko memohon perlindungan --bersembunyi dibalik tubuh -- Takeshi yang belum mengerti maksud Yuko.
" Predator? Maksudmu sejenis kadal apa buaya?!
"Yak benar, aku hampir mati diterkam buaya! " Cerca Yuko menambah kegaduhan.
"Yuko, apa kepalamu membentur sesuatu? "
"Dasar biadab!! " Takeshi murka menghardik Taka, Taka yakin Yuko sedang halusinasi pasca trauma. Ruri hanya geleng geleng kepala menyaksikan kedua orang itu bertingkah berlebihan.
"Hentikan!" Taka yang sudah kepalang malu pada orang orang yang ada di sana akhirnya buka suara. "Apa yang sebenarnya kalian bicarakan?! "
" Yuko, tenanglah dulu. Tuan Taka bukanlah orang jahat, dia mengejar mu karena kau telah menjatuhkan ponsel mu, tau!" Decak Ruri kesal.
"APA?! " Takeshi dan Yuko tercengang bersamaan.
Takeshi dan yang lainnya terpaksa diusir oleh petugas keamanan rumah sakit karena sudah berkali-kali menganggu ketenangan pasien di ruang rawat.
***
Yuko diperbolehkan pulang dan dianjurkan untuk melanjutkan proses pengobatan rawat jalan saja. Luka luka kecil dan tangan yang terkilir itu akan segera sembuh jika rutin mengkonsumsi obat sesuai dengan resep dokter.
"Bila tidak keberatan, biar aku saja yang mengantar kau pulang, Yuko" Ajak Taka masih merasa bersalah. Gara gara ngotot meminta nomor ponsel, Yuko jadi luka luka begini.
" Benar! Kami harus kembali bekerja! " Sergap Ruri buru buru mengajak Takeshi pergi meninggalkan mereka berdua. Takeshi terus mengoceh padanya selama perjalanan keluar rumah sakit.
"Jangan berisik! " Gertak Ruri membekap mulut Takeshi dengan telapak tangan.
"Kau tahu? Jika aku membela kalian, aku mungkin akan dipecat oleh Bossku! "
" Apa pentingnya orang itu? " Takeshi penasaran meski masih kesal Yuko tidak menolak ajakan Taka.
"Dia adalah penyumbang dana terbesar di tempat aku bekerja, bodoh! " Pungkas Ruri ketus.
Sementara Ruri dan Takeshi pergi, Yuko berjalan pincang keluar rumah sakit melihat Taka sudah menunggu berdiri diambang pintu Taksi. Taka lalu membuka pintu itu mengisyaratkan Yuko untuk masuk.
Selama perjalanan pulang Taka dan Yuko tidak saling bicara, masing masing dari mereka masih belum menemukan kata kata yang tepat untuk memulai pembicaraan.
"Aku minta maaf karena telah membuat mu takut, " Gumam Taka duluan tapi matanya melirik ke arah lain.
"Tidak, justru aku yang minta maaf dan berterima kasih atas semuanya," sahut Yuko juga melirik ke arah lain. Mereka sama sama memandangi kondisi jalanan yang mereka lintasi sampai tempat tujuan.
Seminggu sejak hari itu, mereka semakin intens berkomunikasi. Mereka sering saling mengunjungi bahkan melalukan hubungan lebih intim di hari dimana mereka ber-ciuman untuk pertama kali. Meski harus menggunakan alat pengaman, Taka tidak merasa keberatan sama sekali asal Yuko memenuhi hasratnya sebagai pria dewasa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
𝗦𝗦𝗖࿐Azqila Hanydita😇😇
bagus... keren
2021-09-29
0
Hiatus
👍👍👍👍👍
2021-09-29
0