Mom Vs Dad

Takeshi sekarang bingung bagaimana menjawab Riota yang terlanjur mendengar percakapan antara dia dan istrinya. Toru sendiri lebih memilih masuk kamar melanjutkan pekerjaan --memeriksa laptop milik Takeshi-- mendengarkan dari sudut lain. Sama halnya dengan Riota, Toru juga ingin tahu siapa ayah Riota yang dinyatakan telah meninggal oleh ibunya sendiri.

"Bibi Yuko jahat sekali..." gumam Toru dari balik pintu kamar.

" Apa pria itu ayahku, Papa? "

"Ah bukan, kau salah paham, Nak. " Ruri gugup berharap Riota hanya mendengar penggalan pembicaraan, padahal Riota tahu betul arah pembicaraan mereka dari awal. Sejak tiba, mereka tidak lantas tidur, mereka sedang berlatih demi bisa memenangkan turnamen dan tentu saja sambil menguping.

"Papa? Kenapa diam saja? "

Takeshi memutar kedua bola matanya, otaknya sedang mengonsep kalimat kalimat yang pas agar anak kecil seperti Riota mampu mencerna maksud yang akan Takeshi sampaikan. Jujur, untuk sampai tahap ini dia belum punya tolak ukur --batasan batasan apa saja yang boleh Takeshi ceritakan-- mengingat kisah ini akan sangat memilukan untuk ditanggung oleh anak anak seusia Riota. Takeshi menyayangi Riota. Tidak seperti Yuko, Takeshi tidak ingin menyakiti perasaan anaknya meski secara verbal.

"Ya kau benar.. " Jawab Takeshi lugas tanpa beban.

"Takeshi! " Ruri mengecam, Takeshi sudah salah ambil tindakan dengan berkata jujur seperti itu.

Riota hampir tidak bisa berdiri tegak lagi, sekujur tubuhnya seperti sedang disengat listrik tegangan tinggi. Dia hampir hilang kesadaran jika Ruri tidak segera memeluknya.

"Maafkan kami nak, kami selama ini berbohong, " Ruri akhirnya ikut mengakui kesalahannya, sambil memeluk Ruri turut menangis merasakan bagaimana terpukulnya anak tak berdosa itu.

***

Flashback ...

Satu tahun sebelum Yuko tahu dirinya hamil.

08 Maret Xxxx

Hari itu bertepatan dengan Hari Perempuan Internasional, Yuko memiliki kesempatan untuk menjadi seorang narasumber seminar di auditorium sebuah kampus ternama di Tokyo. Yuko diundang menjadi pembicara sekaligus akan sedikit mengulas novel terbarunya yang akan dirilis di akhir tahun. Sama seperti novel novel yang pernah dia buat sebelumnya, Yuko berharap novelnya kali akan kembali mendulang kesuksesan berhasil menjadi best seller di setiap toko - toko buku ternama dalam negeri.

...-Wanita Tanpa Pria-...

Sebuah novel yang mengangkat isu - isu kesetaraan gender --polemik wanita zaman modern--termasuk akan membahas pernyataan kontroversialnya yang menyatakan bahwa di masa depan, wanita kemungkinan sudah tidak butuh pria lagi dalam menunjang kehidupan wanita itu sendiri.

Pernyataan frontal itu seperti boomerang bagi ibuku, kini dia hidup terkatung katung tanpa pria.

Yuko yakin, meskipun novelnya hanyalah karangan fiktif belaka, namun dengan cara ini dia bisa menyisipkan pesan pesan tersurat agar wanita di masa depan akan lebih siap dan tumbuh menjadi wanita yang lebih kuat dan mandiri dari sisi fisik, mental, dan tentunya finansial.

"Hadirin semua mari kita sambut dengan tepuk tangan yang meriah pembicara utama kita hari ini, penulis novel Yuko Carissa! "

Yuko Carissa adalah nama beken yang dia pakai untuk keperluan literasi. Yuko tampil didampingi sang Master of Ceremony membungkuk memberi salam lalu melambaikan tangan pada seluruh hadirin dari segala penjuru ruangan. Bak selebritis, kilatan cahaya flash kamera terus menyoroti kemana Yuko pergi. Yuko tidak pernah menyangka, ternyata seorang penulis bisa juga dikenal dan diperlakukan layaknya selebriti hanya karena mengarang sebuah cerita.

Yuko tampil mengenakan pakaian sederhana seadanya, Yuko sangat percaya diri meski hanya berbalut celana jeans hitam dan kemeja putih oversize --setelan ternyaman yang paling Yuko sukai-- terlihat santai namun sopan dan elegan.

"Berbicara mengenai kesetaraan wanita, tentu saja akan lebih menarik jika kita libatkan seorang pria yang tampan dan mapan yang mungkin menjadi idola para seluruh wanita di ruangan ini, "

Sang MC sangat bersemangat dan jumawa bahwa mengundang narasumber pengganti pada menit menit terakhir tanpa sepengetahuan Yuko --sebab yang seharusnya datang adalah seorang aktivis perempuan-- seminar ini akan berjalan lancar sebagaimana mestinya. Yuko malah curiga jangan jangan ini hanyalah akal - akalan panitia untuk menarik minat penonton. Siapapun narasumber yang hadir, Yuko tidak perlu mempersalahkannya.

Takahiro Hiroki atau Mr. Taka William Alexander datang memberi senyum pada seluruh hadirin dan tak melewatkan aku sebagai sesama narasumber. Taka adalah pria yang menarik mesti gayanya agak slengean. Dari gaya bicaranya, Yuko tidak yakin apakah pria macam ini bisa di ajak diskusi sesuai tema atau tidak.

"Pria adalah makhluk bersaing, sudah pasti kesetaraan gender bagiku pribadi bukan hal yang perlu diperdebatkan " Ujar Taka ketika dimintai pendapat.

Taka merasakan seminar itu sangat membosankan --hingga pada pertengahan acara -- rasanya Taka hendak pergi begitu saja. Tema kesetaraan gender dari tahun ke tahun selalu membahas hal yang itu itu saja. Lagipula, Taka merasa ini bukan bidangnya. Perbincangan ini sedikit dipaksakan.

Kalau bukan karena desakan kerabat dekat, tidak mungkin dia sudi duduk duduk tidak jelas--dengan tema yang nyeleneh--seperti ini. Wanita tanpa pria?

" Wanita itu rumit, meski sudah diberikan beberapa kemudahan, mereka tetap saja selalu merasa tidak diperlakukan tidak adil, "

"Sebagai pria, tidak masalah bagiku jika harus bersaing dengan wanita, namun ada yang perlu anda ketahui, "

"Wanita masih memerlukan peran laki laki dalam beberapa aspek kehidupannya, "

"Jadi akan lebih baik jika pria dan wanita harusnya saling bekerja sama dalam menunjang kehidupan selanjutnya, contohnya saja... "

"Apa itu? " Sang mediator terus berusaha membuat Taka buka suara. Dia mengharapkan adanya perdebatan antara narasumber untuk menarik minat hadirin.

"Menghasilkan keturunan. Karena pria tidak mungkin menyaingi wanita untuk urusan melahirkan dan menyusui anak bukan? "

"Hahahahahahah"

Suasana mencair. Sebagai narasumber dadakan, Taka berhasil menarik perhatian hadirin yang sudah mulai bosan.

"Selain itu, kebutuhan biologis merupakan faktor utama yang hanya akan terjalin dengan adanya kerjasama antara pria dan wanita, ya kan Nona? " Taka melirik nakal pada Yuko yang sedang termangu mendengarkan kalimat kalimat sarkas dari Taka.Yuko merasa Taka sudah sok tahu.

"Hahahahhaha"

Sebagian besar penonton tertawa lagi, riuh tepuk tangan mengiringi setiap kalimat kalimat satire yang Taka lontarkan. Yuko tidak menyadari sebagian hadirin yang datang adalah laki laki yang tentu saja memiliki asumsi yang sama dengan Taka.

"Bagaimana dengan program bayi tabung, atau donor sperm⁴, atau alat pemuas kebutuhan biologis? " Cecar sang MC sekaligus mediator seperti sedang bersekongkol dengan Taka untuk memojokkan Yuko. Penyelenggara lupa bahwa seminar ini adalah ajang diskusi bukan acara debat politik.

" Sebelumnya Nona Yuko berkata, bukankah di zaman serba canggih modern ini semua mungkin bisa dilakukan lebih mudah dan praktis ketimbang harus repot repot meminta bantuan orang lain bukan? " Lanjut sang mediator.

"Tentu saja, sebagai penggiat teknologi aku mengakuinya, tapi Nona, berhubungan langsung dengan manusia adalah sifat alamiah yang dianugerahkan oleh sang Pencipta pada setiap manusia, ya kan? "

"Sensasi yang dirasakan pun jelas berbeda dibanding menggunakan alat bantu,"

"Hahahahahaha"

Seluruh hadirin tertawa puas dengan opini yang baru saja Taka sampaikan. Yuko ternganga, perbincangan ini akan berguna jika saja Tachibana yang duduk di kursi Taka. Perbincangan semakin menarik, Taka berhasil mengambil alih arena.

"Nona Yuko, bagaimana tanggapan anda? " Sambung sang mediator mengarahkan pandangan pada Yuko yang sedang menahan dongkol. Yuko merasa pembicaraan Taka tidak mendasar. Apakah laki laki seperti Taka hanya memikirkan kepuasan sekSu4al saja?

"Tuan Taka yang saya hormati, bisakah anda tidak menyimpulkan wanita hanya bisa melahirkan atau sekedar menyusui saja?" Balas Yuko melirik sinis.

"Atau sekedar pemuas ***** laki laki saja?! " Yuko mulai bicara serius pada audiens.

"Tidak semua wanita menganggap hasrat biologis sebagai prioritas utama! "

"Bukan itu maksudnya Nona--" Taka membantah, dia ingin memberikan klarifikasi namun kesempatan bicara yang diberikan sudah habis. Kini, giliran Yuko mengemukakan pendapat.

" Wanita punya banyak peran dalam kehidupan dari sejak lahir hingga saat dia sudah berkeluarga, selain menjadi seorang istri, mereka dituntut berperan sebagai ibu, guru, perawat, koki, pengatur keuangan kadang kadang mereka juga terpaksa menjadi kepala keluarga"

"Baik ibu pekerja atau rumah tangga, dalam kurun waktu 1x24 jam, tujuh hari dalam seminggu, mereka mendermakan waktu mereka hanya untuk keluarganya, "

"Sedihnya, segitu banyaknya peran dan waktu yang mereka curahkan, sebagian orang masih saja mencari cari kekurangan atau kelemahan mereka ! "

"Itulah sisi wanita yang perlu diketahui! "

"Untuk itu, aku menyisipkan pesan pesan dalam setiap novelku agar wanita mulai sadar pada diri mereka sendiri untuk tidak terpaku hanya pada kekurangan mereka saja, mereka mampu menggali potensi mereka, berdiri di atas kaki mereka sendiri meski tidak ada pria pendukung di sisi mereka! " Pungkasnya.

Tanpa dia sadari, ibuku sedang menceritakan kehidupannya sendiri yang sekarang saat itu.

Tak lama berselang, para peserta yang tadinya diam akhirnya memberikan tepuk tangan yang meriah atas penuturan Yuko yang sangat elegan dan berkelas. Taka mau tak mau mengalah karena waktu yang diberikan panitia terbatas dan acara sudah hampir selesai. Pernyataan Yuko yang sangat menohok bagi Taka yang lahir tanpa tahu siapa ibu kandungnya.

"Yuko benar benar luar biasa! Lihatlah pengusaha kaya itu, dia tampak kehilangan muka! " Gumam Takeshi cekikikan pada Ruri dari kursi penonton.

"Kau benar Takeshi, sepertinya pemilik kampus salah mengundang narasumber. " Ruri tegap berdiri memberikan penghargaan pada semua pendukung acara.

****

Takeshi menceritakan bagaimana awal pertemuan antara ibuku dan pria yang disinyalir adalah ayah biologisku. Takeshi tidak tahu -- persisnya setelah seminar selesai-- mereka ternyata menjalin sebuah hubungan intens.

Selama menjadi teman dan rekan kerja Yuko, Takeshi paham betul kelakuan Yuko yang hobi gonta ganti pasangan. Yuko memanfaatkan hubungan dengan setiap laki laki hanya untuk bahan fantasi yang dia yakini dapat menunjang setiap karangan cerita yang sedang dia tulis. Biasanya kurang dari tiga bulan Yuko putus dengan mereka seiring berakhirnya cerita yang dia torehkan dalam novel.

"Kenapa ayah tidak bisa bersama dengan ibu, Papa? "

"Apa ibu sengaja tidak memberitahu ayah tentang aku? " Riota mengguncang lengan Takeshi, dia sudah tidak sabar untuk mendengar cerita Takeshi selanjutnya. Takeshi sedang menahan diri, dia tak mau menceritakan itu secara gamblang.

"Tentu saja, "

"Kalau bukan karena desakan dariku, mungkin Yuko akan diam saja, "

"Aku yang mengantarnya ke rumah ayahmu, "

"Ibumu, sudah tidak bisa lagi berpikir jernih. " Ungkapnya. Takeshi hanya menceritakan garis besarnya, bahkan Takeshi belum menyebutkan siapa ayah Riota sebenarnya. Takeshi terkesan ikut ikutan membenci Taka akibat ulahnya di masa lalu.

"Lalu apa yang ibu lakukan? " Gertak Riota. Takeshi melanjutkan meski tersendat sendat.

"Yuko datang untuk membicarakan perihal kehamilan,"

"Sayangnya, saat itu Taka sedang tidak ada di rumah, "

"Aku hanya ingat, seseorang yang mengaku kerabat ayahmu menghardik ibumu, membuat ibumu sakit hati dan tidak pernah mau kembali ke sana. "

"Apa yang mereka katakan pada ibuku? "

Takeshi tidak mau menyebutkan makian orang itu secara detail -- karena kata kata kasar itu tidak pantas diungkap terlebih di hadapan anak di bawah umur--demi menjaga kesehatan mental Riota.

Pe-la-cur

Aku tahu itu adalah kata kata yang membuat ibuku marah dan sakit hati.

"Lalu dimana ayahku sekarang? " Cecar Riota, masih belum puas dengan penuturan cerita masa lalu antara ayah dan ibunya.

Ibarat game, aku harus mencari potongan potongan puzzle yang masih belum bisa aku urutkan agar menjadi jelas. Ini masih level awal, masih banyak level level lain yang harus aku hadapi sampai finish. Pertempuran baru saja di mulai.

"Entahlah, dia mendirikan banyak perusahaan, "

"Salah satunya Personal Tech. " Lanjut Takeshi.

Toru tercengang, masih di dalam kamar, dia mencari informasi siapakah orang yang ada dibalik perusahaan gamming yang dimaksud Takeshi. Dengan bantuan internet browser dari laptop Takeshi, Toru mengetik nama perusahaan itu--mencari identitas pemilik perusahaan-- yaitu Takahiro Hiroki. Dia kaget bukan main melihat wajah yang terpampang dari monitor.

***

Terpopuler

Comments

Tyara Lantobelo Simal

Tyara Lantobelo Simal

lanjutkan

2021-12-20

0

Olan

Olan

mampir thor😍 salam dari hate but love

2021-11-02

0

𝗦𝗦𝗖࿐Azqila Hanydita😇😇

𝗦𝗦𝗖࿐Azqila Hanydita😇😇

Hadir... membawa... sejuta like.. and cemangat

2021-09-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!