Ciuman Pertama Dari Sang Idola

Hari sudah malam.

Gauri baru saja selesai dari pekerjaan paruh waktunya. Dia berjalan menyusuri trotoar untuk menuju sebuah halte bus yang jaraknya tak terlalu jauh dari tempat dirinya bekerja.

 

Dengan kepala yang tertunduk menatap kakinya tertatih-tatih menahan rasa sakit karena terjatuh tadi. Dimana dirinya tak sengaja tertabrak oleh Jun yang terburu-buru meninggalkan cafe karena suasana yang sudah sangat ramai.

 

“Untung saja Jun yang menabrakku! Jika bukan aku pasti sudah akan meminta ganti rugi!” gerutunya sepanjang jalan menuju halte bus yang sudah terlihat hanya tinggal beberapa meter saja.

 

Wajahnya sesekali terlihat meringis demi menahan rasa sakit.

 

“Ah ...”

 

Gauri terduduk di sebuah kursi panjang di halte bus yang terlihat sepi tak biasanya. Entah kenapa malam ini sangat sepi tak seramai seperti hari-hari kemarin.

 

Tangannya mengurut-ngurut betis kakinya yang terasa sakit agar berkurang rasa sakit yang dia rasakan dengan kaki yang berselonjor ke arah jalan tempat biasa orang-orang berlalu lalang.

 

Dari arah lain terlihat ada seorang pria berpakaian hoodie hitam dengan topi yang juga berwarna hitam di kepalanya sedang berlari ke arahnya.

 

Bruk!!!

 

Tak sengaja kaki Gauri ternyata membuat pria yang sedang berlari itu tersandung oleh kakinya.

 

“Aw ... “ jerit Gauri yang merasakan sakit yang semakin menjadi.

 

Pria yang tadi pun terjatuuh di depan Gauri.

 

"Ah? Ma-maafkan aku!" kata Gauri yang berusaha untuk berdiri karena merasa bersalah telah membuat orang asing terjatuh karena dirinya yang tak fokus dan seenaknya menjulurkan kaki di mana saja.

 

Pria itu tak menggrubris Gauri sama sekali. Dia segera berdiri dengan wajah yang ketakutan sambil memegangi kedua belah pundak Gauri yang kemudian malah mencium bibir Gauri tanpa permisi.

 

Itu dia lakukan demi menyembunyikan wajahnya dari dua orang pria bertubuh besar yang sedang mengincarnya saat ini.

 

“Hm?”

 

Gauri tak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya membulatkan kedua kelopak matanya ketika dia menyadari jika bibir yang menempel di atas bibirnya adalah bibir milik Jun. Idolanya yang tadi siang baru saja menabrak dirinya hingga terkilir dan masih terasa sakit sampai saat ini.

 

Gauri memandang ke arah wajah Jun yang tampak polos memejamkan kedua matanya sambil menempelkan bibirnya di atas bibir miliknya.

 

‘Ada apa ini? Apa aku tidak salah?’ katanya di dalam pikirannya yang sedang kebingungan karena seperti tengah berada di dalam sebuah adegan drama yang selalu dia tonton. Seorang pria yang selalu mencium tokoh wanitanya tiba-tiba ketika hendak menyatakan cintanya.

 

“Ah, hah ... maafkan aku!” katanya ketika usai mencium bibir Gauri sambil mengatur napas.

 

“Ka-kamu? Bukankah kamu ...” nada bicara Gauri menjadi terbata-bata dengan jari telunjuk yang mengarah ke arah wajah Jun yang sedang menatap penuh peluh juga dengan deru napas yang sedang dia atur.

 

Tatapan matanya membuat hati dan jantung Gauri dapat terhenti untuk waktu beberapa detik saja.

 

“Maafkan aku!” katanya lagi yang terlihat merasa bersalah karena mencium sembarangan seorang wanita demi melindungi dirinya sendiri.

 

Wajah Gauri seketika menjadi memerah. Dia sama sekali tak marah padahal bibirnya telah dicium oleh Jun. Seorang pria yang baru saja dia temui.

 

Ketika itu terlihat lagi dua orang pria yang sedang mencari Jun. Dengan segera Gauri menarik Jun ke arah pelukannya. Sontak hal itu membuat Jun terkejut.

 

“Bukankah kamu sedang dikejar orang!” kata Gauri yang membisik di telinga Jun dengan wajah yang terkejut berada di pundaknya.

 

“Ah? Iya benar!”

 

“tenanglah! Dia sepertinya sudah pergi!” kata Gauri yang masih memeluk Jun.

 

“Maaf!” kata Jun yang berusaha melepaskan pelukan Gauri dari tubuhnya.

 

“Iya!” kata Gauri yang canggung dibuatnya.

 

Untuk waktu beberapa menit keadaan menjadi sangat kaku dan juga menjadi tampak kaku. Di mana teringatnya kejadian ciuman dadakan yang dilakukan oleh Jun pada Gauri juga pelukan yang tampak sangat nyaman di tubuh Jun ketika du orang pria sedang mencari Jun.

 

“Ah, kenalkan aku Gauri!” kata Gauri yang memecahkakn suasana kaku itu dengan sebuah senyuman yang hangat sambil menjulurkan tangannya pada Jun untuk dijabanya.

 

Jun menatapnya dengan tatapan segan.

 

“Ah iya!” sahut Jun yang langsung menjaba tangan Gauri dia menggoyangkannya sedikit dan kembali duduk dengn tegang.

 

“Kamu kenapa bisa ada di sini? Bukankah tadi kamu dengan timu?” tanya Gauri yang merasa penasaran hal apa yang dilakukan oleh seorang Jun di malam-malam seperti ini. Padahal dia sendiri adalah seorang Idola yang sedang sibuk dengan jadwal padatnya di sana sini.

 

“Aku tadi terpisah dengan timku!” jawabnya dengan sangat singkat.

 

“Ah!”

 

Gauri menoleh ke arah Jun. Matanya turun ke arah kaki Jun, ternyata tak menggunakan sepatu. Dia hanya menggunakan sandal hotel dicuaca yang agak dingin seperti ini.

 

“Apa kamu lari dari hotel?” tanya Gauri yang hanya menebak saja. Dia menebak karena melihat tulisan yang ada di sandal yang dikenakan oleh Jun. Bertuliskan Napolly Hotel.

 

“Ah? Bagaimana kamu tahu?” kaget Jun yang merasa Gauri bisa tahu jika dirinya melarikan diri dari mana.

 

“Sandal yang kamu pakai, itukan tulisannya Napolly hotel!” kata Gauri sambil menunjukannya dengan jari telunjuknya.

 

“Sepertinya orang-orang tadi sudah pergi. Apa tidak sebaiknya kamu kembali ke hotel?” tanya Gauri yang merasa kasihan pada Jun seperti seorang anak yang tersesat dimalam hari.

 

Jun tersenyum tipis. Hal itu membuat jantung Gauri diam-diam bergetar. Bagaimana mungkin ada seorang penggemar yang tak bergetar hatinya ketika berada di samping idolanya. Terlebih lagi idolanya sedang berbincang santai dengannya.

 

Rasanya sangat ingin teriak saat ini juga namun apa daya dia juga harus menjaga imejnya di depan idolanya yang ternyata baru dia sadari jika Jun lebih tampan dari aslinya dari pada di dalam layar.

 

“Aku tak membawa ponsel juga dompet semua barang ada pada Vicky asistenku!” terang Jun yang merasa malu padahal dirinya adalah seorang idola yang sedang naik daun. Namun di depan penggemarnya dia malah terlihat sangat miskin.

 

“Oh, ya sudah apa kamu ingat nomor telepon asistenmu apa manajermu? Ini aku pimjamkan ponsel!” kata Gauri yang dengan senang hati dia langsung memberikan ponsel miliknya pada Jun.

 

Jun menoleh ke arah Gauri yang terlihat sedang tersenyum ramah padanya. Entah kenapa ada kehangatan di dalam senyuman yang dikembangkan oleh Gauri.

 

“Ayolah! Mungkin saat ini mereka sedang mengkhawatirkanmu!” kata Gauri yang sekali lagi memaksa agar Jun segera menghubungi siapa saja dari timnya.

 

Dengan segera Jun pun langsung meraih ponsel milik Gauri. Terlihat sebuah desain yang dibaut sendiri. Dengan tema seorang perempuan yang sangat feminim. Bertemakan warna merah muda juga memiliki bulatan berwarna silver bersinar disetiap sudutnya. Juga terdapat sebuah gambar beruang lucu di sudut belakang ponsel dekat kamera yang terdapat tiga buah.

 

 

 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!