Pertemuan Yang Berlalu

Jun adalah seorang aktor yang sedang naik daun dan dia tergabung dalam sebuah grup bernama J-One. Namanya selalu dielu-elukan oleh para penggemarnya termasuk para wanita yang paling banyak menyukai dirinya.

 

Dia tak hanya ahli melakukan akting di depan kamera namun dia ahli dalam bidang tarik suara dan juga menari.

 

Sehingga membuat dirinya disukai banyak orang karena talenta yang dia miliki.

 

Mungkin sudah ratusan ribu umat manusia yang menyukai dirinya termasuk gadis yang bernama Gauri Kirania yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas kelas satu.

 

Dia sangat menggilai Jun. Apapun produk yang berhubungan dengan Jun dia pasti akan segera berusaha untuk membelinya.

 

Jika memang dia sedang tak punya uang saku maka dia akan melakukan pekerjaan paruh waktu demi mendapatkan hal itu. Walaupun tampak seperti fans fanatik dia tak pernah merengek pada kedua orangtuanya untuk meminta agar dibelikan apa yang dia mau.

 

“Gau, apa hari ini kamu mau ikut kita ke mall bareng?” tanya Lyra pada Gauri yang sedang berjalan sambil memperhatikan layar ponselnya.

 

Gauri menggelengkan kepalanya tanpa melihat ke arah Lyra sahabatnya itu.

 

“Asli nih gak mau?” tanyanya yang penasaran namun juga sedang berusaha untuk mengajak temannya yang satu ini untuk mau sesekali bisa berjalan bersama dengannnya dan juga teman-teman yang lainnya.

 

“Asli, memangnya kamu gak tahu jadwal aku hari ini? Aku kan harus pergi kerja paruh waktu sampe jam sepuluh malem di cafe!” jelas Gauri yang kini memilih untuk menyimpan ponselnya ke dalam saku jaket yang dia kenakan.

 

Lyra menggelengkan kepalanya.

 

“Kamu ini ya, kenapa sih susah banget buat diajak jalan bareng yang selalu ada di dunia nyata kamu itu kita sahabat-sahabat kamu bukan Jun yang selalu kamu puja-puja!” kata Lyra yang memang selalu merasa kesal dengan apa yang dilakukan Gauri hanya ada waktu untuk memihak pada kekasih halunya, Jun.

 

Tiba-tiba saja langkah kaki Gauri terhenti. Dia tak suka melihat dan juga mendengar ada yang meremehkan apa yang dia minati dan apa yang dia sukai. Pasalnya. Dia tak pernah mengatur apa yang orang lain sukai atau pun mengomentari apa yang orang lain minati.

 

Gauri menarik napas dalam-dalam.

 

“Huft ... Sudahlah!” katanya yang tak mau memperpanjang. Dia berjalan lebih cepat dari temannya, lyra.

***

 

 

Gauri pergi ke kafe di mana dirinya melakukan kerja paruh waktu untuk mengumpulkan uang hanya untuk dirinya sendiri dan juga untuk membeli barang-barang keperluan demi membeli barang yang berhubungan dengan idolanya tersebut.

 

Dia mulai bekerja dari membuat kopi hingga melayani pelanggan yang datang untuk dilayani dengan ramah dan baik.

 

“Wah kita kedatangan penyanyi loh!” seru salah satu teman Gauri yang baru saja kembali dari memberikan pesanan pada pelanggannya.

 

“Heum.“

 

“Kamu kok gitu aja sih gak ada antusiasnya sama sekali!” kesal Amel yang melihat Gauri hanya diam saja.

 

“Ya kan artis yang paling juga dia artis biasa aja yang datang ke kafe ini!” tutur Gauri yang fokus mencuci piring daan juga gelas-gelas kotor untuk nanti dia pakai lagi.

 

“Heum? Iya gitu? Tapi dia kalau gak salah yang ada di wallpaper hape kamu deh!”

 

“Ah?”

 

Mata Gauri langsung membulat dan juga menghentikan kegiatan mencuci piringnya. Dia segera mengelap kering tangannya yang basah dan segera ke depan meja kasir untuk memastikan apakah benar apa yang diucapkan oleh Amel ataukah hanya candaannya saja.

 

“Ah? Ju-Jun ... “

 

Seketika bibir Gauri langsung membeku dia segera mengeluarkan ponselnya dan mengarahkan kameranya ke arah wajah Jun yang memakai masker berwarna hitam dan juga topi untuk menutupi wajahnya.

 

Gauri berhasil mengambil beberapa gambar Jun di dalam potret kamera ponselnya. Melihat suasana cafe yang tak ramai pesanan karena semua pelanggan yang datang tampaknya lebih tertarik dengan kehadiran adanya Jun di dalam cafe dibanding dengan harus memesan kopi ataupun makanan di sana.

 

Gauri dengan sigap dia membawa buku miliknya dan juga pulpen untuk meminta tanda tangannya.

 

Namun sepertinya sangat sulit banyak sekali para pengunjung yang sebagian besarnya adalah fans atau penggemarnya Jun.

 

“Duh tolong kasih aku ruang untuk jalan! Aku juga mau minta tanda tangannya!” kata Gauri yang berusaha berjalan menelusuri para penggemar Jun demi satu buah tanda tangan sang idolanya.

 

“Duh tuh anak nekad banget sih! Ini ‘kan jam kerja!” resah Amel yang takut jika Gauri nanti akan ketahuan oleh bosnya kalau tak ada di dalam dapur dna malah sibuk dengan kegiatan mengejar idolanya.

 

Gauri tak mau kalah dengan penggemarnya Jun yang lainnya. Dia pun berusaha untuk menggapai meja Jun.

 

“Ah maaf ya saya masih harus melakukan pekerjaan yang lain mohon maaf telah membuat kegaduhan!” seru Jun yang tak sengaja berjalan dan menabrak Gauri yang sedang fokus pada pulpennya yang terjatuh ke lantai.

 

“Aw!!!” rintih Gauri yang terjatuh dengan bukunya yang terlempar ke arah kaki Jun.

 

Kaki Gauri terkilir dengan segera asisten Jun dia membantu Gauri untuk berdiri.

 

“Kamu gak apa-apa?” tanyanya yang sambil khawatir melihat ke arah kaki Gauri.

 

Gauri menggelengkan kepalanya.

 

“Aku tidak apa-apa!”

 

Namun, Jun terlihat sangat khawatir melihat penggemarnya yang terjatuh karenanya. Akan tetapi Jun langsung ditarik oleh manajernya agar segera naik ke mobilnya untuk menghindari serangan penggemarnya yang tambah banyak dan juga mungkin nanti akan membuat pemberitaan yang lain-lain tentang dirinya.

Jun berjalan mengikuti arahan manajernya sampai ke mobilnya.

 

“Gadis itu bagaimana?” tanya Jun yang khawatir akan keadaan kaki Gauri yang dia tabrak tadi cukup keras.

 

“Sudahlah! Dia pasti hanya sedikit terkilir saja dalam waktu dua minggu saja dia akan sembuh. Lagi pula Vicky sedang mengurusinya!” kata manajernya yang memiliki kesan acuh terhadap semua penggemar yang menyukai Jun.

 

Di dalam lingkungan penggemar Jun memang manajer Jun terkenal dengan sifatnya yang tak pernah bisa ramah pada semua penggemar Jun entah apa alasannya.

 

“Kak, bisakah kamu tak selalu melakukan ini? Aku ini public figure dan aku juga harus peduli dengan penggemarku!” kesal Jun yang sudah berulangkali dirinya mendapati akan sikap manajernya yang tidak lain adalah kakak kandungnya Jun sendiri.

 

“Mereka ‘kan tak pernah diminta seperti itu olehmu ataupun oleh kita. Itu hanya naluri mereka saja yang memang suka padamu tak ada hubungannya denganmu!” acuh Kakaknya yang bernama Alice.

 

“Kak! Sudah berapa kali aku katakan, jika tanpa mereka aku tak mungkin bisa ada di sini. Kakak pun tak mungkin bisa membuatku sebesar ini tanpa adanya dukungan para penggemarku!” bentak Jun yang tak suka dengan ucapan dari kalimat yang dilontarkan oleh kakaknya tersebut.

 

Jun akhirnya hanya memilih diam saja daripada harus beradu mulut dengan kakaknya yang memang sudah keras hati sejak awal dirinya mulai debut dan mulai memiliki penggemar dari jumlah sedikit dengan jumlah sebanyak sekarang ini hingga membuatnya dikenal di seluruh penjuru kota.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!