OH MY BOSS
“Hai pelangi, Hai! Godain kita dong!”
“Jutek sekali kamu, Pelangi. Cantik juga tidak, tapi juteknya tidak ketolongan. Samperin kita dong, kita kosong, nih!”
“Ayo dong, Pelangi, kapan lagi coba kamu bisa dapat perhatian dari pria tampan seperti kami!”
Pelangi Aulia memejamkan matanya dengan sebal. Napasnya mulai memburu karena berusaha untuk menghindari beberapa pria yang mulai menggodanya. Ah, tidak, tidak, lebih tepatnya pria-pria itu menjahilinya, bukan menggoda. Lagi pula siapa yang berminat untuk menggodanya. Pelangi si cupu yang tidak cantik sama sekali!
“Pelangi!” Sebuah tangan meremas bokongnya dengan kasar. Membuat dirinya menghentikan langkah dan kemudian terdiam mematung.
“Apa yang barusan kamu lakukan?” tanya pelangi dengan suara bergetar. Jelas sekali bahwa gadis itu tengah ketakutan. Namun, berusaha terus menghindar pun pasti akan sulit. Mengingat dirinya telah dikelilingi oleh beberapa pria yang saat ini sedang menatapnya dengan tatapan mesum.
“Menyentuh bokong. Apa kamu tidak merasakannya? Mau lagi?” tanya Radit, salah satu pria yang sekarang ini telah sukses membuat Pelangi terpojok.
“Ti-tidak!” lirih Pelangi.
“Sungguh?” tanya Radit lagi. Kembali meremas bokong Pelangi dengan kasar, membuat beberapa temannya yang menonton pertunjukan murahan itu seketika tertawa terbahak-bahak.
“Jangan, jangan se-sentuh!” Pelangi mulai terisak. Ia kemudian membalikkan tubuhnya dan berlari dengan cepat. Dengan sekuat tenaga ia berusaha untuk menghindari komplotan pria kurang ajar yang sejak tadi mengganggunya.
Pelangi merupakan pekerjaan paruh waktu di sebuah perusahaan ternama. Hidup sebagai seorang yatim piatu dan tinggal sendirian di kota besar Jakarta membuatnya harus siap melakukan pekerjaan apa saja yang dapat langsung menghasilkan uang. Asalkan pekerjaan itu adalah pekerjaan yang benar, bukannya pekerjaan kotor.
Seperti malam ini, ia mendapatkan telepon dari kantor tempatnya bekerja bahwa ia harus kembali ke kantor untuk merapikan beberapa berkas yang masih berantakan.
Awalnya Pelangi merasa keberatan. Karena waktu sudah menunjukkan pukul 21:30 WIB. Perasaannya pun tidak enak, apa iya masih ada pekerjaan yang harus diselesaikannya di jam segitu. Namun, seseorang yang berada di seberang panggilan jelas sekali memaksa agar dirinya harus datang. Maka mau tidak mau, suka tidak suka, Pelangi segera meluncur saat itu juga menuju kantor. Terlebih lagi si penelepon mengatakan akan langsung membayar Pelangi secara cash begitu Pelangi menyelesaikan tugasnya. Tentu saja gadis polos berkacamata itu segera berubah pikiran dan akhirnya setuju.
Kebetulan sekali letak kantor dan juga kontrakannya tidaklah terlalu jauh. Hingga ia tidak membutuhkan waktu yang lama untuk sampai ke kantor tersebut.
Pelangi tersenyum lega saat setengah jam yang lalu ia tiba di kantor dengan cepat. Ia pikir jika pekerjaannya cepat diselesaikan maka dirinya akan cepat untuk kembali ke kontrakan dan beristirahat.
Namun, sepertinya harapan sederhana itu sia-sia!
Sekarang, justru di sinilah ia. Sedang berlari di lorong gelap dan menuruni puluhan anak tangga dari pintu darurat agar dapat menghindari sekumpulan pria kurang ajar yang ternyata tengah mengerjainya. Tidak ada pekerjaan yang harus ia selesaikan, si penelpon yang ternyata karyawan bagian HRD bernama Radit hanya ingin mengerjainya.
“Sedikit lagi, Pelangi, sedikit lagi!” gumamnya sambil terisak, saat akhirnya ia telah berada di lantai 5 bangunan besar itu. Itu berarti ia hanya perlu menuruni lima lantai lagi agar bisa terbebas dari kejaran pria-pria itu.
Buk!
Sebuah benda yang tidak ia ketahui benda apa itu terasa menghantam bagian belakang kepalanya. Seketika itu juga ia merasakan sakit yang luar biasa. Perlahan pandangannya menggelap. Ia bahkan tidak lagi bisa berdiri dengan benar. Tubuhnya mulai limbung, langkahnya goyah dan menit berikutnya ia terjatuh tengkurap di atas lantai yang dingin.
Ia masih sadar. Bahkan gendang telinganya dapat mendengar sorak kemenangan dan juga tawa menjijikkan dari pria-pria kurang ajar yang merupakan atasannya tersebut.
Perlahan Radit dan teman-temannya menghampiri pelangi. Mereka menarik tangan gadis itu dan membenarkan posisi tubuhnya. Tadinya Pelangi terjatuh dalam posisi tengkurap, tetapi sekarang tidak lagi. Gadis itu sekarang berbaring terlentang dengan mata setengah tertutup. Ia tidak pingsan, hanya setengah tidak sadarkan diri.
Dengan keadaan yang setengah sadar seperti itu, ia dapat dengan jelas melihat wajah Radit dan teman-temannya yang terlihat sudah sangat bernafsu. Mereka beramai-ramai melepas kancing pada blues yang dikenakan oleh Pelangi.
Gadis itu berusaha untuk berontak, tetapi entahlah. Tubuhnya sulit sekali untuk digerakkan. Ia pasrah, benar-benar pasrah jika akhirnya keempat pria brengsek itu mulai melecehkannya.
Namun, kemudian terdengar suara Radit mengaduh. Sebuah sepatu melayang mengenai kepalanya. Pria itu menghentikan aktivitasnya yang sedang serius melepas kancing pada blues yang Pelangi kenakan untuk kemudian mencari si pembuatan onar.
“Lift tidak bisa digunakan. Itulah sebabnya aku menggunakan tangga. Siapa sangka aku malah mendapatkan tontonan gratis seperti ini. Apakah ini termasuk katagori blue filem?” seorang pria tengah berdiri di anak tangga paling atas. Pria tampan dengan sorot mata tajam itu kemudian duduk di anak tangga dengan meletakkan tangannya di bawah dagu. Siap untuk kembali menyimak kejadian menjijikkan di hadapannya.
Pria itu adalah Gilang Andreas. Seorang direktur di perusahaan besar tempat Pelangi bekerja. Tentu saja kelak ia akan menjadi seorang CEO, mengingat dirinya adalah pewaris tunggal dari keluarga Andreas yang terkenal kaya raya.
“Duduklah di sampingku, Toni,” ucapnya pada asistennya yang juga sedang berdiri di sampingnya tadi. “Dan kalian berempat, lanjutkanlah. Aku ingin lihat bagaimana kehebatan kalian. Ayo!” Gilang menjentikkan jarinya sambil tersenyum sinis kepada Radit dan kawan-kawannya.
Radit dan ketiga temannya membelalak takut. Sejak kedatangan Gilang, mereka berempat tiba-tiba saja tidak bisa bergerak. Seolah terpaku di tempat.
“Ma-maaf, Pak. Ka-kami hanya bercanda. Sungguh, Pak. Maafkan kami!” ucap Radit dengan tergagap.
Gilang bangkit dari duduknya lalu melangkah menghampiri Radit dan ketiga temannya. Mata elangnya kemudian terpaku pada sosok lemah seorang wanita yang terbaring tidak berdaya di lantai dengan pakaian yang terbuka pada bagian atasnya. “Benarkan pakaiannya!” Gilang memerintah. “Aku bilang, benarkan pakaiannya!” Gilang berteriak, saat tidak ada satu pun dari ke empat pria berengsek itu yang menuruti perintahnya dengan membenarkan pakaian Pelangi.
Dengan cepat Radit kembali mengancingkan pakaian Pelangi dengan benar. Sehingga bra yang dikenakan oleh Pelangi tidak lagi terlihat.
Setelah mengancingkan pakaian Pelangi, Raditya kemudian kembali berdiri di hadapan Gilang. Sorot matanya terlihat khawatir, ia takut jika Gilang kemudian melakukan hal lain kepada dirinya. Dan benar saja, beberapa saat kemudian sebuah tinju melayang tepat di wajahnya. Mengenai hidungnya yang kemudian mengeluarkan darah.
“Cepat enyah dari hadapanku, Sialan! Besok kita bicara lagi. Untuk saat ini aku sama sekali tidak berminat, tapi besok lihat saja. Kalian berempat jangan berani menghindar. Karena aku pasti akan tetap menemukan kalian. Keluar!” teriak Gilang. Membuat Radit dan teman-temannya segera berlalu dari hadapan Gilang.
Sepeninggalan Radit. Gilang kembali menatap Pelangi yang masih dalam posisi berbaring. “Pulanglah. Aku tahu kamu tidak pingsan. Mereka sudah pergi. Mereka tidak akan mengganggumu lagi.” Usai mengatakan itu, Gilang segera melangkah untuk melanjutkan perjalanannya menuju lobi. Namun, ia merasa ada sesuatu yang menahan kakinya, membuatnya kesulitan untuk bergerak.
Gilang menundukkan wajah untuk melihat apa yang sedang terjadi, dan ia melihat gadis yang tengah berbaring di lantai tadi sedang menyentuh dan memeluk kakinya. Tatapannya terlihat nanar dan benar-benar terlihat ketakutan.
“Bawa aku bersamamu, Bos!”
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments
Laila Umami
mampir thor
2022-06-18
1