Tidak terasa mereka telah sampai di depan sebuah pondok, mereka baru saling melepaskan pegangan tangan mereka.
Mereka baru sadar, wajah keduanya merah karna saling menahan malu.
"Maaf, maafkan aku," Anggala tampak gugup.
"Tidak apa-apa, Kak," jawab Wulan Ayu.
"Boleh ku panggil Kakak?" cetus sang Bidadari cantik itu, senyumnya sumringah, ia mulai merasa nyaman bersama dengan Anggala, walau mereka baru saling kenal beberapa waktu.
"Kalau itu maumu, tidak apa-apa," jawab Anggala, "Tidak ada yang berat untuk gadis secantik, Wulan,"
"Hmm... Mulai merayu," ucap Wulan Ayu sambil tersenyum, ia mencubit sedikit tangan Anggala.
"Au.. Sakit tau..," Anggala kaget, tapi di sambung dengan sebuah senyuman.
"Ayo kita masuk, ku perkenalkan pada kedu guruku, mereka lagi istirahat di dalam pondok," kata Wulan, lalu berjalan ke arah pondok, yang di kelilingi banyak bambu itu.
"Assalamualaikum, Guru. Wulan kembali," ucap Wulan, lalu memanggil Anggala yang masih berdiri mematung memandangi gadis di depannya.
"Ayo, Kak. Masuk!" panngil Wulan Ayu, ia melambaikan tangannya, ke arah Anggala.
Anggala menganggukkan kepala lalu berjalan ke arah pintu pondok, tempat Wulan Ayu berdiri.
"Siapa itu, Wulan?" terdengar suara seperti orang membentak dari dalam pondok.
"Tidak sakit! Tidak sehat, selalu saja bicara tak pernah pelan, dasar Bidadari Galak," rutuk Wulan Ayu, ia masuk dan menyalami kedua gurunya.
Sedang Anggala,berdiri diam di dekat pintu, tangan kirinya memegang caping rotan, tangan kanannya memegangi tangan kirinya.
"Dia murid paman Lesmana, Guru," kata Wulan Ayu "Ayo Kak, masuk!"
Mendengar nama Lesmana, Malaikat Pemarah yang dari tadi berbaring, lansung berusaha duduk.
"Masuklah, Nak," panggil Malaikat Pemarah. Anggala melepas sepatu pemberian gurunya dan beranjak masuk ke dalam pondok.
"Assalamualaikum," ucapnya sebelum melangkah masuk ke dalam pondok.
"Waalaikum salam," jawab mereka bertiga, "Ayo masuk, inilah gubuk kami, Nak," kata Malaikat Pemarah, wajah gagahnya masih terlihat walau dalam keadaan sakit.
"Kak Anggala menyelamatkan nyawa saya dari keroyokan Iblis Besi bersaudara guru," Wulan Ayu bercerita.
"Terima kasih, Nak. Kau telah menyelamat kan murid kami satu-satunya," ucap Malaikat Pemarah, ia terbatuk-batuk.
"Rupanya Lesmana juga telah mengangkat seorang murid, kau tentunya bukan anak biasa sehingga Lesmana mau mengangkatmu jadi muridnya,"
"Aku dan Lesmana teman lama, kami sama sama golongan putih yang bahu membahu membela rakyat yang di tindas golongan hitam," lanjutnya.
"Kami di racuni di kedai, di desa sebelah timur, para tokoh hitam itu berniat merebut pedang dan kipas Elang Perak milik kami, karena tau kami akan melawan. Mereka membayar orang untuk meracuni kami," jelas Malaikat Pemarah.
"Ini ada obat penawar racun, kiriman kakek guru Pertapa Naga naga," kata Anggala, ia mengeluarkan sekantong pil dari balik pinggangnya dan memberikan pada malaikat pemarah.
"Terima kasih, Nak. Atas semua budi baik mu, tinggalah beberapa hari di sini, paman lihat si Bidadari kecil kami ini menyukaimu," kata Malaikat Pemarah sambil memandang ke arah Wulan Ayu, yang duduk di samping Bidadari Galak, yang lagi terbaring lemah, mereka terkena racun pelemah tulang.
"Wulan, ambilkan air putih di dapur, beri Anggala minum, dia sudah berjalan jauh tentu dia haus,!" kata Malaikat Pemarah.
"Baik, Guru!" jawab Wulan, gadis itu lalu pergi ke dapur, tidak lama kemidian ia muncul membawa kendi air dan tiga buah cangkir bambu.
"Minum, Kak," tawar Wulan Ayu, sambil menuangkan air ke dalam cangkir bambu, ia mengangkat dua cangkir dan memberikan kepada kedua gurunya.
Malaikat Pemarah meminum obat racun pemberian Anggala tadi dan memberikan kepada istrinya Bidadari Galak, nama aslinya Luh Mentari, sedangkan malaikat pemarah bernama asli Lintar Bumi. Begitu memakan obat pemberian Anggala, ia merasakan tenaganya berangsur pulih.
.
.*****
Hari ini hari ketiga Anggala berada di bukit bambu, pemuda itu tampak semakin akrab dengan gadis cantik yang suka pakaian serba biru itu.
"Wulan, ajaklah Anggala ke pasar kampung, untuk belanja makan kita nanti. Bahan makanan di dapur sudah mulai menipis," kata Ki Lintar Bumi.
"Baik, Guru," jawab Wulan Ayu.
Malaikat Pemarah memberikan sekantung kepeng kepada Wulan Ayu, untuk berbelanja kebutuhan dapur.
"Kami berangkat, Guru," ucap Wulan Ayu, Anggala menyusul di belakang, Anggala sambil memakai capingnya.
"Ayo, cepat!" desak Wulan sambil mengambil caping di kepala Anggala dan berlari kecil menjauh.
Kedua gurunya saling berpandangan, melihat murid kesayangan mereka begitu ceria.
"Kanda sepertinya mereka berdua saling suka!" kata Luh Mentari.
"Belum pernah ku lihat Wulan Ayu sesenang itu!" tambah Ki Lintar Bumi.
"Ya, aku juga melihat itu,sepertinya kita telah menemukan penjaga murid kesayangan kita itu," jawab Bidadari Galak.
Anggala mengejar Wulan Ayu sampai ke tepi hutan, sehingga mereka keluar dari wilayah bukit bambu.
"Awas, ya!" gertak si Pendekar Naga Sakti.
"Ayo.! kejar..! Tapi tidak boleh pakai ilmu kedikjayaan lho!" tawa Wulan Ayu meledek. Anggala mengejar sampai ia dapat mengejar Wulan ayu.
Anggala melepas caping rotan di kepala Wulan Ayu dan memegang dengan tangan kanannya.
Wulan Ayu yang tangannya telah di pegang Anggala dari belakang, terhenti berlari, mereka saling berhadapan, mata mereka bertemu pandang, senyuman Wulan Ayu begitu manis, sehingga Anggala terpesona.
"Ih.. genit!" hardik Wulan sambil tertawa memandangi wajah tampan di depannya.
Wulan Ayu membiarkan tangan nya di pegang Anggala, ia malah menggenggam tangan Anggala dan menarik tangan Anggala, sehingga Anggala sejajar dengan nya.
Tiba tiba,Wulan Ayu berbalik menghadap Anggala, ia menatap mata Angala, seraya bertanya.
"Kak, Kakak suka pada Wulan?" tanya Wulan Ayu dengan manja.
"Boleh jujur!" kata Anggala, "suka sekali, hanya orang buta yang tidak suka kepada gadis secantik Wulan," jawab Anggala, wajah mereka hampir bersentuhan, mereka saling beradu pandang.
"Kakak tidak bohong'kan?"
"Tanya hati, Wulan. Apa kakak bohong atau tidak?"
Tiba tiba Wulan Ayu, memberanikan diri mencium pipi Anggala, setelah itu ia berlari menjauh.
Anggala tertegun,memegangi pipinya, yang di cium bidadari cantik itu.
Wulan Ayu berlari mendahului Anggala, Wulan Ayu baru sadar apa yang telah ia lakukan, darah remajanya yang membuai, tanpa ia sadari, perasaan suka pada lawan jenisnya telah mengendalikan tingkah dan sikapnya.
"Wulan, tunggu!" teriak Anggala berusaha menyusul dari belakang. Anggala tidak memakai peringan tubuhnya, ia belum berhasil mengejar Wulan Ayu.
Gadis itu berhenti dan menghadap ke arah Anggala yang terus berlari ke arahnya.
Begitu Anggala mendekat ia membentangkan tangan dan lansung memeluk Anggala, Wulan Ayu lansung menangis di pelukan pemuda tampan itu.
Anggala balas memeluknya, ia bingung apa yang terjadi pada Wulan Ayu, di belainya rambut panjang gadis itu, sementara Wulan Ayu menangis tersedu sedu di pelukannya.
Anggala membiarkan gadis cantik itu menangis sepuasnya, setelah Wulan Ayu agak tenang, barulah ia berani bertanya.
"Apa yang terjadi, Wulan?" Anggala bertanya sambil menatap mata sang gadis yang berbinar, dengan pelan ia hapus air mata gadis itu dengan jari tangannya.
"Apa kakak berbuat salah padamu, sehingga kau menangis?" tanya Anggala lembut sambil mengenggam tangan Wulan Ayu.
"Tidak, Kak, Kakak tak salah apa apa," jawab Wulan Ayu, gadis itu menyeka air matanya dengan lengan bajunya.
"Aku terlalu larut di bawa perasaanku, sampai aku berani mencium kakak, tapi begitu ku sadar kakak akan pergi dari hidupku, aku begitu sedih...,"
"Aku belum pernah suka pada pemuda mana pun selama ini, pemuda kampung tidak ada yang berani padaku, Pendekar Pendekar itu, selalu jadi lawanku bertaruh nyawa denganku,"
"Tapi hari itu saat nyawaku hampir melayang di tangan musuh-musuhku, Kakak datang jadi penyelamatku, begitu kita bersama ada perasaan suka yang begitu kuat tumbuh di hatiku, aku tidak tau ini apa? Namun begitu aku sadar, Kakak takkan lama di sini, itu yang membuatku sangat sedih..!" ucapnya berlinang air mata, kedua tangannya menggenggam erat tangan Anggala.
"Aku berpikir apa aku akan sanggup tanpa Kakak, apakah ini cinta seperti cerita guru Bidadari Galak?" tambahnya lagi.
"Kak, apakah Kakak akan mencari gadis lain lagi selain aku?" tanya Wulan sambil menatap mata Anggala, "Di luar sana banyak gadis cantik yang akan Kakak temui, Kakak akan melupakanku?" tambahnya lirih.
"Wulan, Kakak memang baru turun gunung dan kakak baru bertemu Wulan baru tiga hari ini, tapi begitu melihat kecantikanmu, kakak sangat kagum, di mata kakak kau begitu sempurna. Ini perasaan pertama kakak, kakak ingin kau slalu jadi kekasih kakak, walau kita nanti berjauhan, kakak janji akan kembali untukmu kesini, ke bukit bambu ini..,"
"Jangan takut kehilangan,vbila hati telah saling memiliki, kita takkan terpisahkan," lanjut Anggala.
"Kakak pintar merayu..," rungut Wulan ayu, mendengar jawaban Anggala tapi ada rasa lega dalam hatinya.
"Kakak tidak merayu, itu yang kakak rasakan, itu yang kakak ucapkan," jawab Anggala sambil tersenyum.
"Jadi Wulan sudah jadi kekasih kakak?"
Menurutmu?" jawab Anggala. Anggala mengenggam erat jemari tangan Wulan Ayu.
"Kalau bukan kekasih apa lagi?" Anggala memandangi wajah cantik di depanya, ia tersenyum. Wulan Ayu pun membalas senyum itu dengan senyuman manisnya.
"Ayo kita ke kampung bukankah tadi paman guru menyuruh kita belanja makanan," gerutu Anggala, sambil tersenyum.
"Ya, ya. Aku tau!" jawab Wulan Ayu sambil berjalan, di samping Anggala.
ia memasangkan topi caping bambu ke kepala Anggala.
"Tutup.! Nanti banyak gadis yang suka lagi, sama kekasih Wulan..!" ucapnya ketus sambil memonyongkan bibir ke depan.
"Ye, Ada yang cemburuan nih..!" ledek Anggala, mereka tertawa lepas sambil berjalan ke arah kampung.
"Awas Bidadari Pencabut Nyawa datang," ujar salah seorang pemuda, melihat Wulan Ayu memasuki kampung, mereka tidak berani menggoda Wulan, karena mereka tau Wulan Ayu adalah seorang Pendekar.
Setelah belanja kebutuhan memasak selesai, mereka segera kembali ke bukit bambu, Wulan takut kalau ia keluar di ketahui musuh-musuhnya, akan ada kekacauan di perkampungan.
Sedangkan rakyat, sudah begitu susah di buat para perampok perampok itu.
*************************************
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 371 Episodes
Comments
Sandi Erik
blm apa2 dah pacaran,,JD malas baca
2023-06-28
1
Sandi Erik
blm apa2 SDH jatuh cinta,,JD malas baca
2023-06-28
1
Ir Syanda
Oh yaa ... tentu saja 🤭
2023-02-15
1