Pendekar Naga Sakti
(Novel ini adalah novel silat nusantara, alur ceritanya seperti Pendekar Rajawali Sakti, tidak seperti novel novel kungfu fantasy dan Kultivator. Cerita nya di awal ini masih santai, belum menyajikan rasa penasaran.
Jadi tetap ikuti episode selanjutnya ya!
Novel ini adalah novel pertama Author, jadi mungkin masih banyak kesalahan dan kekurangannya.
Jadi bagi pembaca, boleh memberikan saran, kritikan tapi jangan lupa like, komen dan favorit nya.)
.
.
Pagi di Kerajaan kecil Mandalika. Cahaya mentari mulai menerangi di sebelah timur, cuaca yang begitu cerah membuat semua bersemangat.
Orang-orang memulai pekerjaan mereka masing-masing. Para petani mulai ke ladang dan ke sawah. Para prajurit mulai latihan dan berkeliling, mereka mengitari Kerajaan, meronda berkeliling, memastikan rakyat aman dari gangguan.
Sementara itu jauh di dalam benteng istana Kerajaan Mandalika. Tampak seorang Pangeran Kecil yang bernama Anggala Lesmana.
Anggala adalah Putra Mahkota Kerajaan Mandalika, putra Baginda Raja Jaksana Tata Negara dengan Permaisurinya.
Pangeran Anggala Lesmana bersama pengawal pribadinya yang bergelar Tiga Pendekar Bersaudara, mereka sedang menuju aula pembuatan senjata Kerajaan.
"Paman Liku Dana, antarkan saya ke aula pedang," pinta sang Pangeran.
"Baik, Bangeran..," jawab Liku Dana. Liku Dana adalah Kakak tertua di antara Tiga Pendekar Bersaudara. Mereka lalu menuju aula pembuatan senjata.
Sesampainya di sana, ternyata Ayahanda Baginda Raja telah lebih dulu berada di aula pembuatan senjata.
"Rupanya, Putra ayah terlalu bersemangat pagi ini.!" kata sang Baginda.
"Tentu saja, Ayahanda!" jawab Pangeran kecil Anggala yang baru berumur lima tahun itu, sambil berlutut di hadapan Ayahandanya.
Sang Baginda tau sang Putra begitu semangat berlatih olah kanuragan, dia tidak begitu suka kalau belajar tentang ilmu Tata Negara.
Kalau berlatih silat, pagi pagi Pangeran sudah bangun dan bersiap-siap, kalau belajar tentang tata negara, dia selalu kesiangan dan membuat berbagai alasan. Namun pagi ini begitu mentari terbit di ufuk timur sang pangeran sudah bangun.
"Anggala pilihlah dua cap ini.!" titah sang Ayahanda kepada putranya itu, di hadapannya terdapat besi panas bergambar naga dan satu lagi besi cap Kerajaan yang siap di pakai sebagai tanda dia memilih ilmu tatanegara.
Sang Pangeran mengambil besi panas bergambar naga dan menempelkan ke lengan tangan sebelah kirinya, dia meringis kesakitan, namun tak ada kata mengaduh keluar dari mulutnya, seakan dia begitu siap dengan rasa panas yang menerpa lengan kirinya.
"Benar yang di katakan Ibundamu," kata sang Baginda Raja, "Kau lebih memilih jadi Pendekar daripada menjadi Bangsawan Kerajaan," lanjut sang Baginda sambil memegang pundak sang putra. Anggala berbalik ke arah Ayahandanya dan berlutut.
"Maafkan saya, Ayahanda," ucap sang Pangeran sambil berlutut di hadapan sang Baginda Raja.
"Tidak anakku, kau tidak bersalah. Kau memilih jalanmu, itulah takdirmu. Kau begitu dewasa di usia yang begitu belia," kata sang Baginda, "Belajarlah dengan paman-pamanmu, jika nanti kau masih kekurangan ayah akan mengirimmu ke lembah naga," tambah sang Baginda.
Mereka terkejut, karna tiba tiba seorang kepala prajurit datang tergopoh-gopoh lansung berlutut.
"Ampuni hamba Baginda, ada berita dari teleksandi, para pemberontak telah sampai ke pinggiran kota Mandalika..!" sembah sang prajurit.
"Baiklah, Panglima. Siapkan pasukan! Kita berangkat ke pinggiran kota.!" titah sang Baginda, mereka lalu pergi meninggalkan aula senjata istana.
"Liku Dana, bawa Pangeran kembali ke istana.!" perintah sang Baginda Raja Jaksana sambil berlalu pergi.
"Baik, Baginda..,"
"Ayo, Pangeran," ajak Liku Dana. Pangeran Anggala mengikuti pengawalnya kembali ke istana.
Singkat cerita pertempuran di batas kota semakin sengit, pasukan pemberontak datang begitu banyak, sehingga pasukan Kerajaan kewalahan menghadapinya.
Tidak terasa tiga hari sudah pertempuran berlansung, korban berjatuhan dari kedua belah pihak, para pemberontak berada di atas angin, karna beberapa dedengkot ilmu hitam dan pembunuh bayaran kelas tinggi telah di rekrut pasukan pemberontak.
Sementara itu di dalam Kerajaan semakin terjadi kepanikan, karna beberapa orang golongan hitam, suruhan Pangeran Sesepuh berhasil menyusup ke istana.
Mereka di perintahkan menculik Pangeran kecil Anggala, namun karna pengawal pribadinya para Pendekar yang cukup tangguh mereka belum berhasil menculik Pangeran Anggala.
Permaisuri adalah pendekar wanita yang tangguh, dia bertarung melawan penyusup.
Karna Pangeran masih kecil, Permasuri memerintahkan kepada Liku Dana, Resa Dana dan Jaka Dana, atau di kenal Tiga Pendekar membawa Pangeran ke luar istana menuju Goa Kelelawar, goa kelelawar yang dulunya tempat tinggal Bidadari Putih atau Permaisuri di masa mudanya dulu.
Bidadari Putih menikah dengan Baginda Raja dulu karena cinta, mereka tidak memandang bangsawan atau bukan.
Singkat cerita dalam perjanan menuju goa kelelawar, mereka rupanya di ikuti beberapa tokoh silat golongan hitam yang menyusup ke dalam kota.
Mereka di hadang di pinggir jurang di tepi hutan.
"Hahaha..! Mau kemana kalian.?" bentak Kepala Besi sambil tertawa lantang, Kepala Besi adalah pimpinan para penghadang itu.
"Kalian harus menyerahkan Pangeran kepada kami! Kalau kalian ingin hidup!"
"Langkahi dulu mayat kami, baru kalian bisa membawa Pangeran.!"
jawab Liku Dana, tak kalah sengit.
Tiba tiba.
"Hiaaaat...!" Kepala Besi menerjang ke arah Liku Dana.
Plak.!
Liku Dana menangkis serangan Kepala Besi dengan kepalan tinjunya. Kepala Besi tersurut mundur tiga langkah ke belakang.
"Rupanya nama besar Tiga Pendekar bukan isapan jempol belaka!"
"Kalau kau sadar cepat tinggalkan tempat ini.!" jawab Liku Dana berapi-api.
"Jangan besar kepala dulu, apakah kau tidak tau, aku tidak pernah gagal, menjalankan tugasku.!" balas Kepala Besi sengit.
"Kawan-kawan, habisi mereka.!" perintah Kepala Besi, lima orang kawanan itu langsung menyerbu ke arah Tiga Pendekar, namun Tiga Pendekar merasa khawatir keselematan Pangeran mereka yaitu Anggala.
"Pangeran larilah ke arah hutan, kami akan menahan mereka di sini!" kata Liku dana kepada Anggala.
Sring!
Liku dana menghunus pedangnya, ia menggeser ke depan menghadapi kepungan para tokoh silat ilmu hitam itu.
"Resa, Jaka, kita lindungi pangeran dengan nyawa kita.!" ujar Liku Dana tanpa bergeming menatap musuh-musuh di depannya.
"Baik, Kak..!" jawab keduanya tegas.
Sring......!
Mereka menghunus pedang mereka, tanda mereka tak bermain-main lagi.
Sementara itu Pangeran Anggala berlari ke arah hutan untuk menyelamatkan diri, sesekali dia menoleh kebelakang ke arah tiga pendekar yang sudah mulai bertarung dengan musuh yang tidak seimbang itu.
Tidak di sangka salah seorang anggota Kepala Besi berhasil lolos dari rintangan tiga pendekar dan mengejar Pangeran Anggala, merasa tidak mungkin lolos, Pangeran Anggala berhenti berlari, dan memasang kuda kuda dan siap melawan, walau dia tau ilmu musuh nya jauh di atasnya.
Tanpa ia sadar dia tidak jauh dari tebing jurang yang begitu dalam,
"Majulah, aku akan melawanmu!"
Tatapan matanya begitu tajam, tak memancarkan ketakutan, matanya bak mata elang memperhatikan mangsanya.
"Anak ini tak memiliki ketakutan sama sekali," gumam Si Tapak Besi dalam hati. Si Tapak Besi bersiap menangkap tangan Pangeran Anggala.
Diik.!
Si Tapak Besi terkejut Anggala tiba-tiba meransek ke arahnya, karena tidak menduga tanpa sengaja Tapak Besi mengayunkan tapak kirinya dengan tenaga dalam.
Desss..!
Pangeran Anggala terlempar ke arah jurang dalam keadaan tak sadarkan diri.
"Ahh, sial aku membunuhnya, Pangeran Sesepuh akan membunuhku karna ini," gumamnya.
Sementara itu pertarungan semakin sengit, pedang Tiga Pendekar meliuk liuk memecah udara, menyerang kawanan musuh, walau mereka kalah jumlah, rupanya mereka berhasil mendesak kawanan pengeroyok yang berjumlah lima orang itu.
Ting! Ting!
Sring! Bet.!!
Liku Dana berhasil melukai tangan kiri kepala besi.
"Aakh..!"
Kepala Besi terjajar mundur memegangi lengan kirinya yang terluka.
Jlek...!
Si Tapak Besi mendarat di samping Kepala Besi, si Tangan Besi menghampirinya.
"Mana Pangeran? Tapak Besi, apakah dia lolos?" Tangan Besi bertanya.
"Maafkan aku, a aku menjatuhkannya ke dalam jurang," jawab si Tapak Besi terbata-bata.
"Kenapa,bisa jatuh?" tanya Kepala Besi.
"Dia tiba-tiba menyerangku ketua,"
jawab si Tapak Besi sambil memperlihatkan lengan bajunya yang koyak, bekas serangan Pangeran Anggala tadi.
"Kita mundur, kita segera melaporkan apa yang terjadi di sini.!" kata Kepala Besi masih meringis memegangi tangannya yang terluka.
"Jangan lari kalian.!" teriak Jaka Dana melihat musuh nya melesat pergi.
"Sudahlah, biarkan mereka pergi, kita harus mencari Pangeran. Mudah-mudahan tak terjadi apa-apa padanya?"
Liku Dana menyarungkan pedangnya dan melesat ke arah hutan, dua adik nya melesat menyusul.
Kita tinggalkan dulu Pangeran Anggala,
sementara itu di medan perang pasukan pemberontak semakin mendesak pasukan Kerajaan, Baginda Raja pun akhirnya terpaksa turun ke medan pertempuran.
"Hiaa..!" "Hiaa....!"
Baginda Raja mengebah kudanya menuju medan perang, dia dan pasukan pengawal khusus Raja, berinisiatip turun ke medan perang setelah melihat banyak prajurit yang gugur, dan terluka.
Pangeran Sesepuh pun turun ke medan perang, begitu dapat kabar sang Raja turun tangan.
Pangeran Sesepuh mengadakan pemberontakan karna dia merasa berhak atas tahta Mandalika, karna dia putra dari baginda raja yang dulu.
Pangeran Sesepuh adalah adik Pangeran Lesmana, namun lain ibu Pangeran Lesmana lahir dari Permaisuri, sedangkan Sesepuh lahir dari selir Pertama.
Pangeran Lesmana menyukai olah kanuragan dan memilih menjadi Pendekar, Pangeran Lesmana adalah teman dekat Baginda Raja Jaksana, karna Baginda Jaksana memahami ilmu Tata Negara,dan sangat jujur, tahta yang seharusnya milik Lesmana di berikan kepada Baginda Jaksana yang sekarang.
Lesmana dan Jaksana adalah saudara sepupu, ayah mereka adalah Raja dan Panglima Kerajaan Mandalika di masa lalu, Raja dan Panglima dua kakak beradik, Pangeran Pertama dan Putra Mahkota.
Sekarang Pangeran Sesepuh memberontak, karna dari awal dia tidak menerima kalau Jaksana menjadi Raja, namun saat Jaksana di angkat jadi Raja, dia tidak berani membantah karna itu keputusan Putra Mahkota yaitu Lesmana sendiri.
Sesepuh tak berani membantah karna dia tau kakak nya Pendekar pilih tanding di dunia persilatan bergelar Pendekar Naga Sakti murit tokoh golongan putih, Pertapa Naga atau masa mudanya di kenal dengan gelar Satria Naga.
Kembali ke medan pertempuran Baginda Jaksana kini telah berhadapan lansung.
"Jaksana,hari ini kematianmu, akan ku rebut tahta Mandalika dari tanganmu!"
teriak Sesepuh di atas kudanya, dia mengebah pelan kudanya ke arah Raja Jaksana.
"Apa permintaan terakhirmu sebelum nyawamu ku kirim ke akhirat, Jaksana!" bentak Pangeran Sesepuh sambil menghunus keris di pinggangnya.
Sret.....!
"Kalau ini tentang tahta jangan korbankan rakyat Sesepuh! Mari kita selesaikan berdua!" kata Baginda Jaksana tanpa rasa gentar dia mengebah kudanya ke tengah lapangan siap bertarung.
"Hiaaa....!" kuda Baginda Jaksana berlari ke tengah lapangan, jarak mereka tinggal beberapa tombak.
"Hiyaaa....!"
Pangeran Sesepuh melompat menyerang dan lansung menusukkan kerisnya ke arah raja Jaksana.
"Hup!"
Baginda Jaksana mengelak sambil melompat turun dari kudanya dan mencabut keris di pinggangnya.
Sret...!
"Heeaaah........!"
Tak memberi waktu lama Pangeran Sesepuh melancarkan serangan kedua.
Ting! Ting.!
Keris mereka beradu di udara.
"Hiyaaa....!" teriakan nyaring Pangeran Sesepuh sambil menghentakkan tangan kirinya yang sudah tersimpan pukulan tenaga dalam.
Dess.....! Dess..! Duaaarr......!
Dua tenaga dalam beradu dan menimbulkan ledakan yang cukup kuat, untung nya mereka bertarung jauh dari prajurit, kalau tidak akan ada korban berjatuhan
Pertarungan berlanjut, telah lebih lima puluh jurus berlalu, belum terlihat siapa yang akan keluar sebagai pemenangnya.
Akhirnya timbul niat buruk Pangeran Sesepuh, ia diam-diam mengeluarkan jarum beracun di tangan kirinya, begitu ada kesempatan dia melemparkannya.
Set..! Set.......!
"Aakh.......!"
Baginda Jaksana jatuh darah mengalir di sudut bibirnya, ia berusaha berdiri namun sempoyongan.
"Matilah Kau... Jaksana..! Hiyaaat...!"
Pangeran Sesepuh lansung menyerang dan menusukkan keris ke arah jantung Baginda Jaksana.
Trang! Jlik..!
Keris Pangeran Sesepuh terlempar dan tertancap ke tanah.
Pangeran Sesepuh terlempar beberapa tombak ke belakang, begitu dia berusaha bangun.
Betapa terkejutnya ia,melihat orang yang tak asing bagi nya sedang berdiri di depan Baginda Jaksana yang terduduk sambil memegang kerisnya.
"Lesmana, Kau..!" Pangeran Sesepuh dalam keterkejutannya, Pendekar Naga Sakti memberikan sesuatu kepada baginda Jaksana.
"Jaksana, makanlah ini,"
Lesmana memberikan obat seperti sebuah pil, Baginda Jaksana mengambil obat itu, dan segera menelannya.
"Sesepuh sungguh kotor jiwamu, kau membrontak, bertarung pun dengan kecurangan, dimana hati nuranimu adikku?" nasehat Lesmana.
"Diam Kau..! Heaaa......!" tanpa pikir panjang Sesepuh mengumpulkan seluruh tenaga dalamnya dan melepaskan pukulan ke arah Lesmana dan Jaksana.
Melihat keadaan Jaksana yang belum stabil, Lesmana memapakinya dengan ilmu 'Tapak Naga' tingkat tujuh.
Dess! Dess! Duu.. Duaaar...!
Ledakan keras terdengar, Pangeran Lesmana masih berdiri di tempatnya tanpa kurang apa pun begitu pun Baginda Jaksana.
Namun lain dengan Pangeran Sesepuh, ia terlempar tidak kurang dari dua puluh tombak dan meregang nyawa, dengan tubuh hangus, terkena pukulanya sendiri yang berbalik arah.
Melihat pemimpin nya tewas para pemberontak dan tokoh golongan hitam lainnya, jadi ciut nyalinya. Mereka melarikan diri tanpa berpikir panjang lagi.
Melihat pemimpinnya tewas, para prajurit pemberontak lansung menjatuhkan senjata dan menyerahkan diri.
.
Bersambung...
jangan lupa like,vote favorit, dan koment ya, jika ada kesalahan dalam penulisan silahkan komen, kritik dan saran, di terima dengan tangan terbuka. Terimakasih...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 371 Episodes
Comments
Iron Mustapa
😂
2024-01-02
0
Putra Al - Bantani
kak author aku mampir langsung Subcrebe karya nya ya...
sukses terus
2023-09-25
0
Solar Lardi
lumayan
2023-07-18
0