Panti Asuhan 2

Semua orang yang melihatnya tentu akan merasakan hal yang sama sepertiku. Saat anak-anak yang kurang beruntung itu mendapatkan sesuatu yang bahkan jauh dari bayangannya. Kebahagiaan yang kurasakan terasa membuncah hingga bibirku tak mau berhenti tersenyum, sedangkan air mata menetes begitu saja tanpa terasa.

Bunda Shinta memilah-milah hadiah. Beliau berfikir sejenak kepada siapa hadiah itu akan diberikan. Akhirnya Bunda Shinta memanggil anak-anak satu persatu dan memberikan hadiah yang sesuai dengan kesukaannya masing-masing.

Kebahagiaan itu terpancar jelas di wajah mereka. Beberapa dari mereka ada yang langsung membukanya. Ada pula yang langsung memelukku dan mengucapkan terima kasih berkali-kali.

"Kayaknya mereka malu kalau harus meluk kamu, Man," bisikku. "Jadinya mereka pada meluk aku."

"Nggak apa-apa. Nanti juga bisa kan dipararel sama kamu," bisiknya.

"Enak aja!" kataku sambil mencubit kecil pahanya.

Firman mengaduh tanpa suara.

"Syukurin!" kataku sambil menjulurkan lidah.

"Anak-anak mainnya gantian, ya. Bisa pinjem-pinjeman sama saudaranya," ingatku pada anak-anak lucu itu.

"Iya, Bun!" koor mereka bersamaan.

Sebagian anak berlarian keluar. Mereka sudah tidak sabar mencoba bola barunya.

"Saya hari ini mendapat banyak sekali pengalaman baru, Bun. Saya tidak pernah tahu, betapa bahagianya saat kita berbagi secara langsung kepada anak-anak kurang beruntung ini," ucap Firman pada Bunda Shinta.

"Semoga rezekimu dilipat gandakan, Nak. Kamu sudah mau berbagi bersama kami. Terima kasih banyak," ujar Bunda Shinta.

"Sama-sama, Bunda. Dan ini, ada sedikit rezeki lainnya untuk panti asuhan ini," disodorkannya sebuah amplop berwarna coklat dari dalam tasnya.

"Ini apalagi, Nak Firman?" tanya Bunda.

Firman tidak menjawab. Dia hanya tersenyum.

Bunda Shinta membuka amplop itu dan beliau langsung menutup mulutnya.

"Masya Allah, ini banyak sekali, Nak," sahut beliau terkejut.

Aku hanya menonton pemandangan itu dari jarak beberapa meter sambil bermain dengan anak-anak yang masih balita.

Sebenarnya apa yang dilakukan pria itu? Pencitraan? Kenapa dia mau melakukan semua ini?

"Bun, Lintang keluar dulu, ya. Mau liat anak-anak yang main bola," pamitku.

"Iya, Lin," jawab Bunda.

Aku berjalan menuju halaman dan membiarkan Firman berbincang dengan Bunda Shinta. Di halaman sudah ada anak-anak yang bermain sepak bola. Dan di halaman belakang anak-anak bermain basket dengan riang.

"Kok, nggak ikut main sama yang lain, Ngga?" tanyaku pada Angga, anak yang tadi membantu Pak Min mengeluarkan hadiah dari mobil.

"Saya nggak terlalu suka main bola, Bun," katanya.

"Tapi kamu tadi udah dapet hadiah dari Bunda Shinta, 'kan?"

"Udah, saya dapet tas baru yang keren. Makasih ya, Bun," ucapnya tulus.

"Bukan Bunda yang beliin itu semua. Om Firman yang beliin," tukasku.

"Nanti saya bilang sama Om Firman juga," katanya.

"Mau bilang apa sama Om?" tiba-tiba Firman sudah berdiri di belakang kami.

"Ini lho, Man. Angga mau bilang makasih atas tasnya," kataku mewakili Angga.

"Iya, Om. Makasih banyak ya tasnya. Bagus banget. Pasti bisa saya pakai sampai SMA," ujar Angga.

"Sama-sama," kata Firman. "Kok kamu cuma nonton yang main bola? Nggak ikutan main?"

"Saya kurang bisa main bola, Om," jawabnya singkat.

"Terus, kamu bisanya main apa?" tanya Firman.

"Saya lebih suka main gitar, Om."

"Gitar akustik?"

"Ya, bass juga," jawab Angga. "Tapi saya nggak punya keduanya. Paling pinjem temen atau kalau lagi ikutan ngeronda sama bapak-bapak disini, suka dikasih pinjem."

"Kayaknya Om punya yang nggak dipake deh di rumah," celetuk Firman sambil ikut duduk bersama kami.

"Serius, Om? Nggak dipake?" nada suara Angga langsung berubah.

"Eh, kamu waktu seumuran Angga juga main bass 'kan, ya? Yang waktu itu," aku mulai mengingat-ingat. "Nama bandnya Elek Yo Band," aku tertawa mengingat hal itu. Dalam bahasa Jawa, Elek Yo Ben berarti Jelek Juga Biarin.

"Giliran yang begituan, kamu inget," gerutu Firman.

"Tapi serius, Om punya di rumah. Udah lama nggak dipake. Mending kamu pake, siapa tahu lebih bermanfaat," kata Firman.

"Makasih ya, Om," tiba-tiba Angga memeluk Firman sambil menangis.

Firman terlihat bingung. Akhirnya dia hanya menepuk punggung remaja itu pelahan.

"Besok Om minta sopir Om buat anterin kesini. Atau mungkin kalau Bunda Lintang nggak keberatan, besok Bunda Lintang anterin kesini buat kamu," janji Firman.

"Makasih banyak ya, Om," katanya sambil menghapus air matanya dengan punggung tangan.

"Sama-sama. Tapi kalau udah punya gitar, kamu harus tetep rajin belajar, ya. Jangan sampai karena punya mainan baru kamu lupa semua kewajiban kamu," nasehat Firman.

Aku tersenyum. Apabila kemarin aku melihat 'keajaiban' itu dari foto-foto yang diambil oleh Mas Dewo, kini aku melihatnya sendiri. Tanpa harus disekat oleh lensa, aku bisa melihat feel itu dari wajah Firman. Ketulusan, itu yang aku lihat darinya.

Firman melirik ke arahku. Aku langsung membuang muka dari pemandangan di depanku. Aku berajak dari kursi besi yang kududuki bersama Angga dan Firman.

"Udah, gih, sekarang main dulu sama yang lain," kutepuk bahunya agar dia mau bermain bola dengan saudara-saudaranya.

Angga langsung melesat, bergabung dengan anak lain yang sedang bermain bola.

"Kamu jadi Sinterklas hari ini," kataku sambil tersenyum.

"Aku belajar darimu. Aku nggak pernah tahu gimana rasanya berbagi kebahagiaan dengan anak-anak seperti mereka. Yang aku tahu, aku mencari uang yang banyak, lalu sisihkan 2,5 persennya untuk zakat dan sisanya bebas aku pakai untuk apapun yang aku mau. Bahkan aku tidak pernah tahu kemana dan pada siapa dana sosial dari kantorku disalurkan. Semoga tepat sasaran," Firman bercerita panjang lebar sambil berjalan dengan kruknya ke halaman belakang.

"Bunda, Om Hendy mana? Kenapa nggak ikut nengokin kami hari ini?" tiba-tiba Sandy, seorang anak berumur delapan tahun menghampiriku.

Aku menurunkan tubuhku agar sejajar dengan anak kelas dua SD itu.

"Om Hendy sekarang kerjanya jauh, Sayang. Jadi nggak bisa nengokin kalian lagi," kataku padanya.

"Yah...," serunya kecewa.

"Emangnya kenapa nanyain Om Hendy? Kan ada Om Firman disini," sahut Firman ikut berbincang dengan kami.

"Om Hendy kan suka nemenin kami main bola, juga main basket," jawab Sandy polos.

"Yah.. sayang kaki Om lagi sakit. Kalau kaki Om udah sembuh, Om pasti nemenin kalian main basket," kata Firman.

"Tapi kan Bunda Lintang juga jago main basket. Main aja sama Bunda," Firman memberi ide.

"Bunda bisa main basket?" tanya Sandy.

"Bunda jago lho," celetuk Firman lagi.

"Ayo dong, Bunda, temenin kita!" seru anak-anak yang berdiri di bawah ring.

"Udah main sana," dorong Firman.

Akhirnya aku ikut bermain dengan anak-anak yang berada di lapangan. Anak-anak yang bermain kebanyakan adalah anak-anak remaja. Tapi lambat laun aku ikut dalam permainan. Perbedaan tinggi badan dan kemampuan tentu saja membuatku dengan mudah memenangkan pertandingan ini.

"Yee, Bunda hebat!!" teriak mereka membuatku malu.

"Ya jelas, lah. Bunda kan udah tua makanya Bunda jago," kataku sambil menyingkir dari lapangan.

Firman menyambutku dengan tepuk tangan.

"Malu-maluin!" seruku. "Nanti kalau kakimu udah sembuh, giliran kamu yang aku kerjain."

"Aku nggak keberatan dikerjain sama kamu," katanya sambil mengedipkan sebelah mata.

"Firman!"

Ternyata Bunda Shinta pun ikut tersenyum dari depan pintu belakang, membuatku lebih malu.

"Awas kamu, yah!"

Terpopuler

Comments

Fasuliyah Aziz

Fasuliyah Aziz

bagus ceritanya

2022-03-14

1

sumiati

sumiati

sweet ❤️ indah nya berbagi

2021-09-13

0

San Hanna

San Hanna

kenapa manggil Lintang 'Bunda' nggak tante?

(balada demen panggilan sepasang)

2020-12-22

1

lihat semua
Episodes
1 Kecelakaan
2 Sebuah rahasia
3 Cerita masa lalu
4 Lepaskan dia
5 Mengejar matahari terbit
6 Teman baru
7 Keinginan Mama
8 Menemanimu
9 Mimpi-mimpiku
10 Salah paham
11 Curhat
12 Kesepakatan
13 Diluar prediksi
14 Lamaran
15 Meyakinkan diri
16 Drama
17 Mama
18 Siapa Dia?
19 Panti Asuhan
20 Panti Asuhan 2
21 Pergi
22 Pertengkaran
23 Jalan-jalan
24 Nostalgia
25 Nostalgia 2
26 Rencana Pernikahan
27 Kiriman balasan
28 Prewedding
29 Gamang
30 Aku Mencintaimu
31 Undangan
32 Dipingit
33 Akad
34 Resepsi
35 Malam Pertama
36 Drama Malam dan Pagi Hari
37 Baikan
38 Kencan
39 Semua telah usai
40 Kacau
41 Menghapus trauma
42 Bicara dari hati ke hati
43 Bulan madu tak terlupakan
44 Kehidupan baru
45 Apalagi ini?
46 Teror?
47 Hamil?
48 Surprise!!
49 Surprise ke-dua
50 Insecure
51 Anugerah terindah
52 Kado istimewa
53 Ngidam dong, Sayang ...
54 Mimpi buruk
55 Kesalahan
56 Salah paham
57 Kesakitan ini
58 Penyesalan
59 Jangan tinggalkan aku
60 Apa yang sebenarnya terjadi?
61 Mengurai benang kusut
62 Bersama lagi
63 Kejutan yang manis
64 Menepati janji
65 Semua akan baik-baik saja
66 Di mana kamu?
67 Kejutan lagi
68 Tempat terindah
69 Bulan madu lagi
70 Masalah
71 Jalan keluar
72 Dia lagi
73 Berbagi kebahagiaan
74 Berdamai
75 Hari terindah
76 Aku nggak mau gendut!
77 Arti hadirmu
78 Aku merindukanmu
79 Kebahagiaan yang tertunda
80 Ada apa dengan malam ini?
81 Kebenaran
82 Kesal
83 Jangan tinggalkan aku
84 Bertahanlah!
85 Karma
86 Bangunlah!
87 Berbahagia
88 Makasih dari Candy..
89 Ekstra Part - Permintaan Elang
90 Ekstra Part - Drama Firman
91 Ekstra Part - Biar aku yang merasakannya
92 Ekstra Part - Menyebalkan!
93 Ekstra Part - Temani aku sampai tua
94 Ekstra Part - Firasat
95 Ekstra Part - Tidak mungkin!
96 Ekstra Part - Asing
97 Ekstra Part - Jatuh Cinta?
98 Ekstra Part - Aku merindukanmu yang dulu
99 Ekstra Part - Aku mencintaimu
100 Akhir Bahagia
101 Pengumuman.
102 Buku baru!!!
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Kecelakaan
2
Sebuah rahasia
3
Cerita masa lalu
4
Lepaskan dia
5
Mengejar matahari terbit
6
Teman baru
7
Keinginan Mama
8
Menemanimu
9
Mimpi-mimpiku
10
Salah paham
11
Curhat
12
Kesepakatan
13
Diluar prediksi
14
Lamaran
15
Meyakinkan diri
16
Drama
17
Mama
18
Siapa Dia?
19
Panti Asuhan
20
Panti Asuhan 2
21
Pergi
22
Pertengkaran
23
Jalan-jalan
24
Nostalgia
25
Nostalgia 2
26
Rencana Pernikahan
27
Kiriman balasan
28
Prewedding
29
Gamang
30
Aku Mencintaimu
31
Undangan
32
Dipingit
33
Akad
34
Resepsi
35
Malam Pertama
36
Drama Malam dan Pagi Hari
37
Baikan
38
Kencan
39
Semua telah usai
40
Kacau
41
Menghapus trauma
42
Bicara dari hati ke hati
43
Bulan madu tak terlupakan
44
Kehidupan baru
45
Apalagi ini?
46
Teror?
47
Hamil?
48
Surprise!!
49
Surprise ke-dua
50
Insecure
51
Anugerah terindah
52
Kado istimewa
53
Ngidam dong, Sayang ...
54
Mimpi buruk
55
Kesalahan
56
Salah paham
57
Kesakitan ini
58
Penyesalan
59
Jangan tinggalkan aku
60
Apa yang sebenarnya terjadi?
61
Mengurai benang kusut
62
Bersama lagi
63
Kejutan yang manis
64
Menepati janji
65
Semua akan baik-baik saja
66
Di mana kamu?
67
Kejutan lagi
68
Tempat terindah
69
Bulan madu lagi
70
Masalah
71
Jalan keluar
72
Dia lagi
73
Berbagi kebahagiaan
74
Berdamai
75
Hari terindah
76
Aku nggak mau gendut!
77
Arti hadirmu
78
Aku merindukanmu
79
Kebahagiaan yang tertunda
80
Ada apa dengan malam ini?
81
Kebenaran
82
Kesal
83
Jangan tinggalkan aku
84
Bertahanlah!
85
Karma
86
Bangunlah!
87
Berbahagia
88
Makasih dari Candy..
89
Ekstra Part - Permintaan Elang
90
Ekstra Part - Drama Firman
91
Ekstra Part - Biar aku yang merasakannya
92
Ekstra Part - Menyebalkan!
93
Ekstra Part - Temani aku sampai tua
94
Ekstra Part - Firasat
95
Ekstra Part - Tidak mungkin!
96
Ekstra Part - Asing
97
Ekstra Part - Jatuh Cinta?
98
Ekstra Part - Aku merindukanmu yang dulu
99
Ekstra Part - Aku mencintaimu
100
Akhir Bahagia
101
Pengumuman.
102
Buku baru!!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!