Bastian meninggalkan kamar itu tanpa bicara apa-apa lagi pada Chacha. Ia berlalu begitu saja melewati Chacha.
"Hei tunggu!"
Bastian tidak menghiraukan perkataan Chacha lagi. Ia memasuki lift yang selalu ia gunakan untuk naik turun dari lantai dua menuju lantai satu, begitu pun sebaliknya.
"Dasar laki-laki aneh. Menyebalkan. Benar-benar menyebalkan," ucap Chacha bicara sendiri.
"Sekarang, aku harus apa?" tanya Chacha pada dirinya lagi.
"Jika aku meninggalkan kamar ini, Bastian pasti akan marah lagi. Tapi, jika aku tetap di kamar ini, dia juga mungkin akan marah lagi. Aduh ... benar-benar menyebalkan laki-laki itu."
"Nona bos." Bik Maryam memanggil Chacha dengan keras.
"Ya ampun, bibi. Bikin kaget aja," ucap Chacha sambil memegang dadanya.
"Maaf nona bos, bibi ke sini diminta bos muda, bos ingin nona muda pindah ke kamar utama."
"Kamar utama?"
"Ya, kamar utama."
"Kamar yang ada di lantai bawah itu?" tanya Chacha memastikan.
"Iya nona muda."
"Oh, oke deh. Apa yang dia mau aja deh."
"Ya udah bik. Yuk!"
Chacha pun pindah ke kamar bawah. Kamar utama yang sangat besar. Semuanya lengkap di kamar ini. Tapi, bagi Chacha memang sangat nyaman di kamar atas dari pada kamar utama ini.
"Oh ya nona bos, bos muda pesan sama bibi kalau nona bos tidak diizinkan mengunakan fasilitas di kamar ini."
"Maksudnya?"
"Nona bos tidak bole menggunakan AC, nona bos tidak boleh menggunakan TV, tidak boleh meletakkan barang-barang di dalam lemari, tidak boleh mandi dan juga tidur di atas kasur kamar ini."
"Apa? Gila ya itu si Bastian. Lalu, aku ngapain di kamar besar ini?"
"Kata bos muda, nona di berikan kamar ini supaya nona bos bisa tidur di atas lantai dengan leluasa, dan juga, bisa meletakkan barang-barang nona bos di atas lantai tanpa menyentuh barang-barang milik bos muda."
"Ya ... ya sudah, terserah apa kata dia ajalah. Aku akan turuti apa yang menjadi kemauan bos muda kalian," ucap Chacha pasrah namun terkesan sangat kesal.
"Maafkan bibi nona bos, bibi hanya menjalankan perintah."
"Gak papa bik. Aku juga ngerti kok dengan tugas bibi."
"Ya udah nona bos, bibi tinggal dulu."
"Iya bik. Makasih banyak.
"Untuk apa nona bos?"
"Untuk bibi yang sudah mau berbaik hati dengan aku."
"Berbaik hati?"
"Iya ... ah, sudah, lupakan saja."
"Iy--iya nona bos." Bik Maryam kelihatannya tidak enak hati dengan kata terima kasih yang Chacha ucapkan. Ia berpikir kalau Chacha sedang marah padanya, padahal, Chacha berterima kasih dengan tulus sebenarnya.
Sepeninggalan bik Maryam, Chacha meletakkan kopernya di atas lantai. Ia benar-benar menuruti apa yang bik Maryam katakan. Tidak menggunakan fasilitas di kamar ini. Bahkan, Chacha juga tidak menyentuh barang-barang yang ada di kamar ini.
"Aku akan ikuti apa yang kamu katakan, Bastian. Kamu pikir aku akan marah dan ngamuk-ngamuk sama kamu gitu? Tidak. Aku bukan kak Keke yang anak manja. Hal seperti ini bukan masalah besar bagi aku. Aku juga sebenarnya ogah banget ada di rumah ini. Kalo bukan demi nenek, sudah aku tinggalkan rumah ini, bahkan, kota ini sekalian," kata Chacha ngomel panjang lebar pada dirinya sendiri.
"Huh, siapa juga yang sudi sentuh barang-barang kamu Bastian-Bastian."
Chacha membuka kopernya untuk mengambil baju. Ia berniat menggantikan gaun dengan baju rumahan.
"Yah, gerah banget deh. Enaknya aku mandi dulu baru ganti baju."
"Tunggu, aku bilang apa barusan? Mandi? Di mana aku bisa mandi sedangkan Bastian tidak mengizinkan aku mengunakan fasilitas di kamar ini?" tanya Chacha sedikit frustasi.
"Aduuuh, aku harus mandi di mana ini? Sedangkan aku sangat gerah sekarang." Chacha terus bicara sendiri seperti orang tidak waras saja sekarang.
Tiba-tiba satu ide muncul dalam benaknya. Chacha tersenyum manis ketika ide itu benar-benar bisa ia gunakan.
Chacha keluar dari kamar itu sambil membawa handuk dan sepasang baju yang akan ia gunakan setelah ia mandi nanti.
"Mau ke mana kamu?" tanya Bastian yang kebetulan sedang berada di ruang keluarga sendirian.
"Mandi."
"Mandi ke mana?"
"Ke kamar bik Maryam."
"Oh."
Jawaban itu memancing amarah Chacha bangun kembali. Chacha menarik napas panjang lalu melepasnya dengan berat. Ia ingin membalas apa yang Bastian katakan, tapi, ia tahan. Karena akan panjang urusannya jika ia terus membalas perkataan Bastian ini.
Chacha melanjutkan langkah untuk menuju kamar bik Maryam. Ia tidak ingin berlama-lama dekat dengan Bastian. Itu akan membuat ia naik darah nantinya.
"Hei tunggu!" Bastian menghentikan langkah Chacha.
"Apa?"
"Aku hanya ingin mengingatkan padamu, kamar bik Maryam itu airnya aku yang punya. Jadi .... "
"Bastian, cukup! Jika kamu tidak membolehkan aku mandi di rumah ini, aku akan ikuti apa yang kamu inginkan. Biar aku mandi di rumah tetangga saja, aku akan katakan kalau suamiku itu orangnya sangat pelit."
"Apa! Suami? Ha ha ha ... " Bastian tertawa.
"Oh, baiklah. Bukan suami tapi majikan. Puas!"
"Kalau gitu, kamu jadi pembantu di rumah ini agar kebutuhanmu tidak aku tangung dengan percuma."
"Baiklah, jika itu yang kamu inginkan."
"Pindahkan barang-barang mu ke kamar pembantu. Kamarnya ada di sebelah kamar bik Maryam."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Sabaku No Gaara
tgu aja penyesalan mu bastian
2024-04-19
0
Kurniawan Ardi Wibowo
y
2024-01-12
0
Rita
demi nenek ya Cha fighting
2023-04-28
0