Chacha bergegas meninggalkan rumah sakit. Ia memanggil taksi online dengan cepat.
"Ya Tuhan. Mengapa aku bisa melupakan hal ini. Hari ini adalah hari janjian untuk melihat baju," kata Chacha bicara pada dirinya sendiri.
Chacha menunggu taksi online yang ia pesan. Sudah sepuluh menit, taksi itu belum juga datang. Ia mulai resah karena taksi itu masih juga belum sampai.
"Kemana perginya taksi ini? Kenapa tidak sampai juga? Aku pasti akan di marah habis-habisan oleh tante jika terlambat terlalu lama."
Chacha mulai mencari keberadaan ojek. Namun, tetap saja tidak ada. Suasana jalan rumah sakit sedang sepi. Jangankan kendaraan umum, kendaraan pribadi saja tidak banyak yang lewat.
"Tuhan, tolonglah aku. Mereka pasti sudah menunggu aku sangat lama. Matilah aku, tante pasti akan marah besar ini."
Tiba-tiba, sebuah mobil mewah berwarna hitam keluar dari gerbang rumah sakit. Chacha merasa tidak punya pilihan lain selain minta bantuan mobil hitam ini. Chacha pun melambaikan tangannya untuk menghentikan mobil itu.
"Bos muda, ada yang menginginkan mobil kita berhenti. Kita lanjut atau berhenti, Bos?" tanya Danu dengan hati-hati.
"Terserah kamu."
"Bagaimana kalau kita berhenti, Bos?"
"Sudah aku katakan, terserah padamu."
"Ba--baiklah bos."
Danu pun memilih untuk berhenti. Ia merasa kasihan saat melihat raut wajah cemas yang Chacha tunjukkan. Danu membuka kaca mobil dan melihat Chacha.
"Kamu."
'Aduh, salah lagi aku,' ucap Chacha dalam hati.
"Hei, mau apa kamu menghentikan mobil ini?" tanya Danu membuyarkan lamunan Chacha.
"Tidak ada."
Tepat sesaat setelah Chacha mengatakan hal itu, ponsel Chacha kembali berbunyi. Di layar ponsel itu tertera nama Sarah dengan jelas. Chacha mulai panik lagi.
"Tolong, bisakah kalian memberikan aku tumpangan untuk pulang? Setidaknya hanya sampai jalan raya di depan. Aku sangat amat butuh tumpangan karena aku sedang buru-buru. Taksi yang aku pesan sedang terjebak macet sehingga butuh waktu lama untuk sampai ke sini," kata Chacha bicara dengan nada memelas.
"Aku mohon." Chacha kembali mengiba.
"Bos muda .... "
"Terserah kamu," ucap Bastian pasrah.
"Baiklah, kamu bisa naik. Tapi hanya sampai jalan raya di depan sana saja."
"Tidak masalah," kata Chacha sambil tersenyum lega.
Chacha ingin membuka pintu mobil bagian belakang, tapi, Danu segera menghentikannya.
"Kamu duduk di depan saja.
"Di depan?"
"Ya."
"Baiklah." Chacha membatalkan niatnya. Ia pun duduk di kursi depan.
Tidak ada sepatah katapun selama perjalanan itu berlangsung. Baik Chacha, Danu, maupun Bastian, mereka sama-sama sibuk dengan pikiran masing-masing. Chacha sibuk melihat keluar jendela mobil, Danu sibuk dengan jalan raya yang ia lewat, sedangkan Bastian, ia sibuk dengan laptop yang ada di pangkuannya.
Sampai di depan jalan raya, Danu menghentikan mobilnya.
"Sampai sini saja," ucap Danu.
"Ya. Terima kasih banyak sudah sudi memberikan aku tumpangan."
"Tidak masalah," ucap Danu sambil tersenyum.
"Jalan!" Bastian angkat bicara.
"Ba--baik bos muda."
Dengan cepat Danu menjalankan mobil mereka. Ia sebenarnya tidak sampai hati untuk meninggalkan Chacha di tengah-tengah jalan raya seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi, yang punya mobil bukan dia. Dia hanya menjalankan tugas saja.
Sudah bagus Bastian mau mengizinkan Chacha menumpang sampai sejauh ini. Biasanya, Bastian sangat tidak suka ada orang lain satu mobil dengannya. Jika itu bukan orang yang ia kenal sangat dekat, maka jangan harap Bastian mau satu mobil dengan orang tersebut.
Danu masih saja melihat Chacha dari kaca spion. Gadis itu masih sibuk mencari kendaraan yang bisa membawa ia pulang ke rumah. Entah apa sebabnya, kendaraan yang lewat selalu bukan kendaraan umum. Taksi online yang ia pesan juga masih belum sampai. Sudah dua taksi yang ia pesan sejak ia berada di jalan raya ini, tapi belum ada satu pun yang muncul.
Gelagat Danu yang memperhatikan Chacha terlihat oleh Bastian. Ia merasa tidak sampai hati untuk terus diam.
"Kamu lihat apa?" tanya Bastian pura-pura tidak tahu.
"Ti--tidak ada, Bos muda. Hanya melihat jalanan saja."
"Oh. Aku kira kamu melihat perempuan tadi."
"Itu .... "
"Kamu bisa menawarkan jasa baikmu untuk gadis itu jika kamu mau."
"Benarkah bos muda?" tanya Danu dengan raut bahagia.
"Ya."
"Baiklah, aku akan putar balik."
Bastian hanya diam saja. Danu dengan cepat memutar kembali mobilnya yang kebetulan masih belum terlalu jauh. Memang, Danu menjalankan mobil dengan sangat lambat tadi. Itu ia lakukan supaya dia bisa melihat Chacha.
Chacha merasa aneh ketika mobil Bastian datang kembali. Ia semakin merasa aneh ketika mobil itu berhenti tepat di sampingnya.
Danu pun membuka kaca mobil.
"Apakah taksi online yang kamu pesan sudah bisa datang?" tanya Danu.
"Be--belum."
"Apa kamu memang sedang buru-buru sampai kamu begitu panik sekarang?" tanya Danu lagi.
"Iy--iya. Aku sangat amat buru-buru. Aku sudah di tunggu di rumah. Tapi ... taksi yang aku pesan masih belum datang. Ojek juga tidak ada sama sekali. Satu angkutan umum pun tidak ada," ucap Chacha dengan nada sedih.
"Aku bisa mengantarkan kamu pulang jika kamu mau."
"Ehem." Bastian berdaham di belakang.
"Emmm ... maksudku, bos muda sedang berbaik hati saat ini."
"Be--benarkah?" tanya Chacha tak percaya.
"Iya. Kita bisa antar kamu pulang sekarang."
"Terima kasih banyak."
Chacha pun kembali masuk dan duduk di tempat ia sebelumnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
𝒛𝖆𝖍𝖗𝖆✨𝒔𝒖𝒌𝒂 𝒄𝒓𝒕𝒂
kok sepiii
2023-10-29
0
Arane Syfa
🤣🤣 yang punya mobil pengen ikut andil untuk menolong juga bang danu.🤭
2023-06-09
0
Diana Budhiarti
kasian Chacha semoga Bastian sayang dan suka ya
2023-03-27
1