Mama dan Keke pun meninggalkan kamar Chacha. Papa yang hanya bisa diam, kini memasang wajah sedih pada Chacha.
"Maafkan papa, Nak," ucap papa dengan nada sedih sambil tertunduk.
"Maaf? Untuk apa sih, Pa?" tanya Chacha sambil mendekati papanya.
"Maaf untuk tidak berdayanya papa melindungi kamu. Maaf untuk papa yang tidak bisa apa-apa selain diam menyaksikan kamu ditindas oleh orang lain. Maaf .... "
"Pa, udah dong. Papa tidak perlu minta maaf. Papa tidak perlu menyesal dan merasa bersalah. Bagi Chacha, papa tidak ada salah sedikitpun. Biarlah mereka memperlakukan Chacha seperti apa yang mereka inginkan. Chacha tidak merasa sakit hati kok, Pa."
"Cha, kamu anak papa. Kamu juga punya hak atas apa yang papa miliki."
"Pa."
"Cha, ini memang tidak seberapa. Tapi, kamu bisa gunakan ini jika kamu butuhkan ya Nak." Papa menyerahkan kartu ATM pada Chacha.
"Apa ini, Pa?" tanya Chacha bingung.
"Udah. Ambil dan cepat simpan di tempat yang aman. Jika kamu butuhkan, kamu bisa gunakan uang yang ada di dalam kartu itu untuk kebutuhanmu."
"Tapi, Pa .... "
"Udah Chacha. Simpan saja."
"Oh ya, sandinya tanggal lahir kamu. Papa pergi dulu," ucap papa sambil beranjak meninggalkan kamar Chacha.
"Makasih, Pa."
"Sama-sama."
______
"Nenek, apa kabar? Kayaknya, nenek baik-baik aja deh. Makin hari, makin cantik aja nenek Chacha ini," kata Chacha sambil meletakkan bunga yang ia bawa.
Chacha memang sering mengunjungi neneknya yang sedang koma di rumah sakit. Dia akan datang melihat neneknya setiap dua hari sekali. Nenek Chacha sudah koma selama tiga bulan. Ia bernapas dengan bantuan peralatan medis yang terpasang di ranjangnya.
Nenek koma akibat benturan keras di kepalanya. Bukan kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan nenek koma, tapi kecelakaan di rumah. Nenek jatuh di kamar mandi saat Chacha sedang tidak ada di rumah.
Hingga saat ini, nenek masih belum sadarkan diri. Itu kenapa Chacha membutuhkan biaya besar setiap bulannya. Bukan untuk kebutuhan Chacha sendiri, melainkan untuk nenek yang berada di rumah sakit agar tetap bisa di rawat di sana.
Chacha memegang tangan nenek dengan erat. Ia lalu mencium tangan tua itu. Tangan renta yang selalu ada untuknya selama ini. Saat ia terjatuh, tangan itu selalu ada untuk membantu ia bangun kembali. Saat ia menangis, tangan itu juga yang siap menghapus air matanya.
"Nenek, Chacha kangen sama tawa nenek. Cepat sembuh, Nek." Chacha bicara sambil menangis.
"Oh ya, Nek. Chacha ke sini bawa kabar baik buat nenek. Minggu depan, Chacha akan menikah, Nek. Nenek bangun ya, biar bisa lihat Chacha menikah."
Chacha benar-benar tidak bisa menahan air matanya. Ia menangis sambil mencium tangan nenek. Air mata itu tidak bisa ia tahan. Untuk sesaat, ia benar-benar larut dalam kesedihan.
"Nek, Chacha kangen dengan suasana kita dulu. Hidup dalam kesederhanaan, tapi membuat hati bahagia. Cepat sembuh, Nek. Cuma nenek yang Chacha punya sekarang."
Usai melepas semua beban yang ada dalam hatinya, Chacha pun meninggalkan kamar sang nenek. Ia berpamitan pada nenek sambil mencium tangan nenek sekali lagi.
"Chacha pergi dulu ya, Nek. Nenek harus cepat sembuh. Chacha butuh nenek," ucap Chacha sambil beranjak dari tempatnya.
Karena tidak hati-hati, Chacha tanpa sengaja menabrak seorang laki-laki yang sedang duduk di kursi roda saat ia ingin melangkah meninggalkan kamar nenek.
"Aduh." Chacha mengeluh kesakitan ketika kakinya menabrak kursi roda tersebut.
"Hei, kamu gak punya mata ya," ucap laki-laki yang sedang mendorong kursi roda, sedangkan yang duduk di kursi roda hanya diam saja.
"Maaf-maaf, aku gak sengaja."
"Maaf-maaf. Kamu pikir maaf bisa menyelesaikan masalah? Bagaimana kalau bos Bastian kenapa-napa? Apa kamu mau tanggung jawab?"
"Bos Bastian?" tanya Chacha sambil melihat laki-laki yang sedang duduk di kursi roda tersebut.
"Danu jalan!"
Belum sempat laki-laki itu menjawab pertanyaan Chacha, dia sudah mendapatkan perintah dari Bastian yang sedang duduk di roda. Dengan cepat, Danu menuruti apa yang di katakan Bastian.
"Ba--baik bos muda."
Chacha yang baru pertama melihat Bastian dari dekat, terpukau akan ketampanan laki-laki itu. Walau dia lumpuh, tapi tetap saja, tidak sedikitpun mengurangi ketampanan yang ia miliki.
Untuk beberapa saat, Chacha masih diam di depan kamar nenek sambil melihat Bastian menjauh dari pandangan matanya.
"Ternyata, itu Bastian," ucap Chacha sambil tersenyum tipis.
Chacha terkaget ketika ponselnya berdering. Ia dengan cepat menyadari kalau dirinya harus segera meninggalkan rumah sakit ini. Ia melihat ponsel yang terus saja berdering menandakan ada panggilan masuk.
Di depan layar ponsel tertera nama Sarah. Chacha segera mengangkat panggilan itu.
"Halo."
"Kemana saja kamu? Apa kamu sudah mulai pikun sekarang? Segera pulang karena kamu sudah di tunggu orang untuk memilih baju pengantin." tanya Sarah di seberang sana dengan nada kesal.
"Maaf tante. Aku akan segera pulang."
"Cepat! Jangan buat aku malu hanya karena ulah mu."
"Iya tante. Aku pulang sekarang."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Molive(virgo girl)♍
dasarr laki² tua bego😤
2023-09-06
0
Umul Kais
terharu
2023-07-03
0
Umul Kais
wah kasihan
2023-07-03
0