Kurang dari sepuluh menit setelah kepergian Sarah, papa Chacha datang untuk menanyakan persetujuan Chacha untuk menggantikan Keke menikah dengan Bastian.
Chacha yang sedang menangis sambil memeluk lutut, segera mencuci muka sebelum ia membuka pintu rumah untuk papanya.
"Papa."
"Cha. Ada apa? Kok matamu sembab, Nak?"
"Sembab? Nggak kok, Pa."
"Cha, kamu gak bisa bohong sama papa. Matamu sembab, seperti baru habis menangis. Ada apa? Katakan pada papa apa yang telah terjadi."
"Chacha kangen nenek, Pa. Chacha ingin nenek segera pulang ke rumah ini. Chacha gak mau sendirian," ucap Chacha sambil terlihat sedih.
"Cha, sabar ya, Nak. Banyak berdoa agar nenekmu cepat sembuh," ucap papa sambil membawa Chacha kedalam pelukannya.
Untuk sesaat, Chacha merasakan kehangatan dari sang papa yang ia sayangi. Kesedihan yang ada dalam hatinya kini sedikit berkurang.
Setelah ia melepaskan pelukan, Chacha bertanya apa maksud kedatangan sang papa. Ia pura-pura tidak tahu apa maksud dari kedatangan sang papa ke rumahnya.
"Papa tumben datang ke sini. Ada apa, Pa?"
"Lho, kok ngomongnya tumben sih, Cha. Bukannya wajar ya kalo papa itu datang ke rumah anaknya."
"Iya sih, Pa. Maksud Chacha itu, papa tumben datang ke sini pada hari kerja. Biasanya kan, papa datang itu hari libur, Pa."
"Iya. Papa kangen aja sama kamu. Selain itu, ada sesuatu yang ingin papa bicarakan padamu, Nak."
"Bicara apa, Pa? Katakan saja apa yang ingin papa bicarakan."
"Chacha, papa tidak tahu mau ngomong dari mana, Nak. Papa bingung."
"Pa, ngomong aja. Gak usah pakai bingung-bingung segala. Kayak mau ngomong sama orang lain aja papa ini."
"Cha, sebelumnya papa minta maaf sama kamu. Papa harap kamu tidak marah sama papa. Dan, papa tidak akan memaksakan kamu jika kamu tidak ingin. Papa ingin menanyakan padamu, apakah kamu siap untuk menikah atau belum?"
"Pa."
"Papa hanya bertanya, Cha. Papa tidak punya maksud apa-apa kok."
"Chacha ... Chacha siap kok, Pa. Kalo ada calon yang pas, Chacha sih siap nikah."
Cahcha berusaha bicara dengan nada bahagia. Ia berusaha menyembunyikan perasaan sakit hati dan sedih yang ada dalam hatinya saat ini. Ia tidak mungkin menunjukkan pada papanya kalau ia belum siap menikah sama sekali. Di umur yang baru saja menginjak dua puluh tahun, ia masih belum terpikirkan soal menjalankan hidup berumah tangga. Tapi, demi nenek yang sedang sangat membutuhkan biaya besar untuk berobat, Cahcha akan melakukan apa saja yang bisa ia lakukan.
"Kamu yakin, Nak?" tanya papa.
"Yakin banget, Pa. Aku itu berharap ada calon imam yang bersedia menanggung semua kebutuhan aku. Aku juga gak ingin sendirian seperti ini," kata Cahcha bicara sambil tersenyum manis padahal hatinya sedang menangis.
"Maafkan papa ya, Nak. Papa tidak bisa memberikan kehangatan buat kamu. Kamu merasa kesepian akibat keegoisan papa," ucap papa dengan nada bersalah dan raut wajah sedih.
"Ngg--nggak kok, Pa. Maksud Cahcha bukan itu lho, Pa. Maksud Chacha .... "
"Iya-iya, papa mengerti." Papa berusaha tersenyum.
'Pa, demi nenek, aku akan lakukan apapun. Walau mengorbankan hidupku sekalipun, aku akan lakukan itu.' Cahcha bicara dalam hati.
'Aku tidak akan menyalahkan papa. Karena memang, ini bukan salah papa. Aku tahu kalau papa juga tidak punya kekuatan untuk melawan dalam keluarga. Karena rasa bersalah itu, papa jadi lemah, Pa.'
"Cha."
"Eh, iya, Pa."
"Mengingat kamu sudah siap menikah, papa punya calon untuk kamu. Papa jamin, calon ini cocok sama apa yang kamu harapkan."
"Calon, Pa? Siapa?" tanya Chacha pura-pura tidak tahu.
"Bastian."
"Bas--Bastian?"
"Iya, Bastian. Dia pewaris tunggal keluarga Hutama. Dia tampan dan juga mapan. Dia anak orang kaya yang pastinya akan sanggup membiayai semua kebutuhan kamu. Tapi ... sayangnya, dia punya kekurangan, Cha. Papa yakin, kamu pasti tahu apa kekurangan Bastian sekaran, kan?"
"Iy--iya, Chacha sudah dengar kalau Tuan muda keluarga Hutama kecelakaan dan ia mengalami lumpuh setelah koma selama satu bulan."
"Ya, kasihan sekali dia."
"Iya. Tapi, Pa, bukankah Bastian itu pacarnya kak Keke?"
"Iya, dia pacar Keke."
"Kenapa papa malah ingin menjodohkan Bastian dengan Chacha? Apa kak Keke tidak marah?"
"Cha, kamu tahu Keke kan? Dia tidak akan mau sama orang yang dia anggap tidak sempurna. Keke menolak menikah dengan Bastian padahal pernikahan akan diadakan dua minggu lagi."
"O oh." Chacha menjawab singkat.
"Bagaimana Cha? Apa kamu setuju menikah dengan Bastian?" tanya papa.
"Chacha .... "
"Papa tidak akan memaksakan apa yang menjadi keputusan kamu, Nak. Papa akan ikut apapun keputusan kamu."
"Chacha setuju, Pa. Chacha akan menikah dengan Bastian. Tapi .... "
"Tapi apa Cha?"
"Gimana dengan Bastian, Pa? Apa dia setuju kalau Chacha yang menikah dengannya?"
"Itu ... papa akan bicarakan lagi nanti."
"Oh."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Siboto Lungun
di balik semua penderaau itu chata pasti Ada hikmahnya
2023-06-27
0
Siboto Lungun
kasian chachanya,tolong kak lanjutin
2023-06-27
0
Nurjanah Alhasri
lanjut
2023-04-11
0