" ini.. batu nisan ? "
sebuah batu nisan terlihat ketika aku mulai membersihkan rerumputan yang menyelemutinya.
tidak sampai disitu, setelah memeriksa sekelilingku.. ternyata bukan hanya satu melainkan banyak batu nisan lainnya yang tertutupi oleh rerumputan.
dihadapan pemakaman tua ini, aku tertegun menahan nafas dan tanpa sadar mulai menelan air liurku.
nico yang terlihat semakin ketakutan ketika dia memandangi pemakaman yang menyeramkan di sekelilingnya. dia mulai menggigiti kuku di jarinya dan mencoba mengatakan sesuatu dengan nafas yang berat kepadaku...
" b..ro.., sebaiknya kita cepat pergi dari sini "
"
" ayo.., tapi bawa juga bambu yang sudah ku potong "
aku mulai mengangkat potongan bambu di bahuku. namun saat aku ingin mengangkat potongan bambu itu, aku melihat tangan nico sedang menyembunyikan sesuatu.
" apa yang kau sembunyikan di tanganmu ? "
" ti..tidak ada.., aku hanya gugup dan menaruh tanganku di belakang.. "
dia berkata sambil menggaruk kepalanya dengan kasar. gerak-geriknya mencurigakan.. aku melihat satu tangannya mulai memasukan sesuatu kedalam saku.
tapi.. tidak ada alasan bagiku untuk memeriksa saku di celananya. itu hanya akan menunjukan rasa tidak percayaku padanya.
" ini yang akan aku bawakan ? "
tanyanya menunjuk lima potongan bambu kuning itu. bambu berukuran sedang yang nantinya akan digunakan sebagai senjata bambu runcing
" ya.., angkatlah yang itu, sementara aku membawa satu potongan besar ini sebagai bahan untuk membuat wadah air "
" baik bro.. "
" dan satu lagi.., jangan bicarakan tentang pemakaman itu dengan yang lainnya.. "
" kenapa bro ?? "
" malam ini kita masih harus beristirahat di bukit.., aku tidak ingin mereka kepikiran dan menjadi cemas tidak bisa tidur.. "
" oh.. oke bro.. "
aku dan nico mulai melangkah untuk kembali dengan membawa potongan bambu di tangan kami.
tapi..,
aku merasa ada yang tidak beres.., perasaan tidak enak mulai menghinggap di tubuhku.
melewati pepohonan sekitar, dengan jalan setapak. angin kencang mulai bertiup dari arah belakangku...
angin yang begitu dingin ini, membuat rasa takut dalam diri kian bertambah..
" ayo cepat nico.., " ucapku berjalan cepat menyuruh nico untuk mengikutiku..
" oke.. "
" wahh.., bambu-bambu kuning ini untuk apa vinn ? "
tanya rara melihatku dan nico yang baru sampai menginjakan kaki kami di atas bukit..
" ooh.., ini untuk wadah air minum dan juga beberapa senjata "
" senjata ? "
" iya.. " jawabku menurunku bambu secara perlahan dari bahuku dan duduk sembarangan di atas rumput. " apa kamu pernah mendengar tentang senjata bambu runcing ra ? "
" oh.. ya.., Senjata yang dahulu konon digunakan oleh bangsa Indonesia sebagai alat perlawanan melawan penjajahan kolonialis Belanda "
" yah.., dengan begitu kita mampu untuk berjaga-jaga menghadapi serangan binatang buas "
" tapi vinn..
" brak.. ! " terdengar suara potongan bambu yang jatuh dari belakangku.
nico menghempaskannya begitu saja ke bawah.
aku yang mendengarnya terkejut kemudian berdiri membuka mata lebar-lebar melihat ke arah nico.
" apa yang kau lakukan nico ?? "
" apanya bro ? " jawabnya dengan muka tak bersalah
" kenapa kau membanting bambu itu begitu saja ? "
" uuh.., lenganku sangat pegal membawanya. jadi aku langsung membuangnya begitu sampai "
" hmmm... " aku mulai memegangi kepalaku dengan satu tangan dengan mata terpejam seperti orang yang sakit kepala. lebih tepatnya sakit kepala karena kelakuannya.
" kau sakit bro ? "
" haa.. " aku menghela nafasku di depannya. " apa kau bahkan tidak berpikir jika bambu-bambu itu bisa pecah..?.. jika itu terjadi aku akan menyuruhmu untuk kembali mengambilnya sendiri ... "
" eeeh !? jangan bro.., ampun.. aku takut sekali kalau harus kembali ke pemaka..
aku yang melihatnya hampir keceplosan menyebutkan tentang pemakaman menutup mulutnya dengan cepat menggunakan tangan kananku..
" ummm !? "
" kan sudah aku bilang.. jangaan mengatakan tentang itu kepada yang lain.. " bisikku di telinganya dengan tenang
sementara itu rara menatap curiga padaku sambil memperhatikan. dia menaikkan rambutnya yang menutupi telinga dengan satu tangannya
" umm.. huum " jawabnya dengan mulut terbungkam dan mengangguk mengiyakan perkataanku
" ya sudah.. kau lebih baik pergi istirahat saja sekarang nico.. "
" yakin bro..? tidak ada yang ingin aku bantu lagi ? "
" humm " gumamku menganggukan kepalaku sekali padanya.. " pergilah.., biarkan aku mengurus sisanya.."
" halah.., bilang saja kau ingin berduaan dengan wanita cantik yang ada di sampingmu itu "
rara yang mendengar perkataan nico mukanya perlahan memerah dan memalingkan pandangannya ke arah lain
" cih.. , sekali lagi berkata omong kosong aku akan menjitak palamu itu.. " ucapku sambil duduk kembali di atas rerumputan.
" o..oke bro aku akan pergi.. "
melihat nico yang berjalan pergi menjauh dari kami.. aku mulai melanjutkan percakapanku dengan rara yang sempat terputus..
" jadi gimana ra.. ? "
" gimana..apanya vinn ? " tanya rara dengan wajah bingung sambil memikirkan sesuatu..
" tadi.., aku sempat mendengar kamu ingin menanyakan sesuatu saat kita ngomongin tentang bambu runcing.. ? "
" ooh.. benar.., aku ingin bertanya " rara yang semulanya berdiri tak jauh di depanku mulai mendekat dan kemudian duduk disampingku
" bagaimana kamu bisa mendapatkan pedang dan belati itu vinn ? "
" ooh ini ??, " ucapku mengarahkan pandangan ke pedang yang aku letakan disampingku.. " aku mendapatkannya setelah mengalahkan beberapa bajak laut .. "
" ooh ya? mereka menemukanmu juga vinn ?.. apa kamu tidak terluka saat berhadapan dengan para perompak itu..? berapa orang mereka.. ? dan mungkinkah mereka menggunakan senjata api ?? " tanya rara dengan raut wajah khawatir sambil memegang lengan kananku dengan kedua tangannya.
aku yang mendengar pertanyaan bertubi-tubi darinya terdiam menatap matanya dengan nafas tertahan..
" pftthh.., "
aku menahan tawa dengan satu tanganku yang ku letakan di perut.. " hahaha.. maaf aku sungguh tidak tahan.. kamu terlihat lucu.. "
" iiihh..., kamu ini kok malah ketawa sih vinn.. aku sedang serius lho.. " ucap rara sambil menyubiti perutku
" aww.. iya.. iya.. hentikan haha.. itu geli "
" seperti yang kamu lihatkan ra.., aku baik-baik saja.., untungnya mereka tidak menggunakan senjata api sih.. "
" haa.. syukurlah.. " rara menarik nafas dalam kemudian melepaskannya..
" tapi.. ra.., kalau kamu mengatakan juga..? berarti kamu juga di temukan oleh para perompak itu ?.. oh ya.., aku juga belum sempat menanyakan padamu bagaimana kamu bertahan setelah menaiki sekoci itu? "
" kamu serius vinn, baru menanyakan hal itu sekarang" tatapan rara mulai berubah, sorot matanya terlihat begitu kesal sambil mengerutkan wajahnya
" aah.. itu, aku baru menemukan suasana yang bagus untuk bertanya hal itu sekarang.. " sambil menggosok hidungku aku melanjutkan perkataanku " dari kita bertemu kemarin banyak hal yang tidak menyenangkan terjadi ya kan ? "
" humm..., memang sih "
" ya kan ? "
" haaa.. , ya benar vinn " rara mengambil nafas yang panjang dengan raut wajah yang tampak lirih..
" kamu ada masalah ra ? "
" ti.., tidak hehe ... "
dilihat darimanapun dia sedang merahasiakan sesuatu dariku.., tapi aku tidak bisa memaksanya. biarkan waktu saja yang akan menjawab rasa penasaranku..
" oh iya.., tadi sampai mana ? humm.. bagaimana aku terdampar dan bertahan di pulau ini ya ? "
" yap.. "
"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments