Laura menatap ragu seorang meneger bertubuh pendek dengan perut buncit di caffe tempatnya bekerja. Laura bermaksud meminjam uang untuk membiayai operasi jantung neneknya.
“Kenapa ra?”
Laura tersentak. Gadis itu menoleh menatap seorang pemuda yang tidak lain adalah patnernya dalam bekerja sebagai pelayan di caffe tersebut.
“Eh na..”
Laura bingung harus bagaimana. Menceritakan pada nana pun tidak akan merubah keadaan. Yang ada laura hanya menambah beban pada temanya yang sama sama sebagai tulang punggung keluarga itu.
“Kamu ngapain liatin pak handoko begitu?” Tanya pemuda tampan bernama nana itu ikut menatap pada pria pendek berperut buncit yang kalau bicara menyebabkan gerimis kecil dari mulutnya.
Laura menggelengkan kepalanya.
“Nggak kok. Nggak papa.” Jawabnya.
“Kerja kerja !! Jangan ngobrol terus yang disana !!”
Laura dan nana langsung bergerak cepat berlalu dari tempatnya berdiri mendengar teriakan handoko. Mereka berdua tau manager berperut seperti tahu bulat itu sedang berseru kepadanya.
Waktu makan siang caffe itu semakin ramai pengunjung. Mulai dari ABG, ibu ibu arisan, bahkan sampai tuan tuan tampan yang membuat pusing kepala dengan segala omelan dan ke angkuhanya.
“Gimana keadaan nenek kamu ra?”
Laura yang hendak mengantarkan pesanan ke meja pengunjung menoleh. Laura tersenyum. Nana memang tau keadaan neneknya yang saat ini sedang menunggu kedatanganya di rumah sakit.
“Nenek baik.” Jawab laura.
“Aku nganterin pesanan dulu na.” Katanya kemudian.
Nanda mengangguk. Pemuda berambut coklat itu menatap kasihan pada laura yang berlalu. Nana tau bagaimana kekuranganya laura. Meskipun memang keadaan mereka berdua sama. Sama sama menjadi tulang punggung bagi keluarganya.
“Andai aku jadi orang kaya ra. Aku pasti nggak akan biarin kamu susah.” Gumam nana.
1 Jam kemudian pengunjung di caffe itu mulai berkurang. Saat itu para pekerja di caffe tersebut baru bisa beristirahat sambil mengisi perutnya yang keroncongan.
Laura duduk di pojokan dapur menatap ngenes pada makan siangnya hingga suara gelak tawa teman teman seperjuanganya berhasil mengalihkan perhatianya.
Laura tersenyum. Tawa teman temanya begitu ringan dan seolah tidak memiliki beban apapun. Tidak seperti dirinya yang bahkan untuk sekedar tersenyum saja rasanya sangat susah. Beban yang laura pikul sangat berat. Gajinya setiap bulan tidak pernah cukup untuk membiayai kehidupan sehari harinya. Apa lagi jika untuk membeli obat neneknya.
Laura ingin menangis rasanya. Tapi laura malu. Laura tidak mau di katai cengeng oleh teman temanya di caffe itu.
BRAKK !!
Suara pintu dapur yang di buka dengan begitu keras berhasil menghentikan tawa teman teman laura. Mereka semua termasuk laura langsung menoleh ke arah pintu dimana handoko berdiri disana.
“Laura !!” Serunya dengan pandangan mata menyapu keseluruh sudut dapur.
Laura mengerjapkan beberapa kali kedua matanya. Seingatnya laura tidak melakukan kesalahan apapun siang ini.
“Saya pak..”
Dengan ragu laura mengangkat tanganya. Jantungnya berdetak cepat dengan keringat yang mulai membasahi keningnya.
“Ikut ke ruangan saya sekarang.” Kata handoko tegas.
Hening
Seluruh pasang mata langsung menatap pada laura yang semakin merasa ketakutan. Entah kesalahan apa yang di buat olehnya sehingga tiba tiba menager gendut nan pendek itu memanggilnya.
Laura berlalu dari dapur menyusul handoko yang sudah melangkah lebih dulu darinya. Pikiran pikiran buruk mulai menguasai otak laura.
“Tuhan.. Jangan biarkan hamba kehilangan pekerjaan ini.” Batin laura menjerit.
Laura memasuki ruangan handoko namun yang berada disana bukan pria pendek gendut itu melainkan pemilik dari caffe tersebut yaitu Ariana chandra.
“Duduk.”
Laura mengangguk pelan. Gadis itu mendudukan dirinya di kursi tepat di depan ariana.
“Apa yang kamu sangat butuhkan sekarang?”
Laura mengeryit merasa bingung. Entah apa maksud pertanyaan dari wanita cantik di depanya.
“Mak maksud nyonya ap apa?”
Ariana tertawa pelan. Dari sekian banyaknya pekerja di caffe miliknya ariana tau laura adalah salah satu dari mereka yang sangat disiplin juga jujur.
“Katakan saja apa yang kamu sangat butuhkan sekarang?”
Laura terdiam.
“Apa ini jawaban dari tuhan atas do'aku?” Batinya bertanya tanya.
“Laura.” Panggil ariana.
“Ah iya.. Maaf nyonya.” Kejut laura.
“Jadi?”
Detik itu juga wajah kesakitan sang nenek langsung terbayang di mata laura.
“Sa saya sedang butuh uang untuk biaya operasi nenek saya nyonya..” Kata laura gagap.
Ariana tersenyum penuh arti.
”Saya akan membiayai semua pengobatan nenek kamu, tapi dengan satu syarat.”
Laura menatap tidak mengerti pada bos pemilik caffe tempatnya bekerja. Laura juga tidak tau kenapa tiba tiba wanita sombong dan angkuh itu memanggilnya dan menawarkan sejumlah uang bahkan mengiming imingi akan membiayai pengobatan neneknya.
”Syarat apa nyonya?” Tanya laura menelan ludahnya menatap ariana.
“Kamu harus menikah dengan suami saya. Kamu urus dia baik baik. Tapi ingat, jangan mengharapkan apapun. Apa lagi cinta.”
Jawaban judes ariana membuat laura ternganga tidak percaya. Bagaimana mungkin ada seorang istri yang mencari madu untuknya sendiri.
“Nyonya tapi...”
“Pikirkan itu baik baik. Nasib nenek kamu ada di tangan kamu sendiri. Jam pulang kerja nanti kamu bisa menjawabnya. Silahkan keluar.” Sela ariana.
Laura menggelengkan kepalanya. Laura membutuhkan banyak uang saat ini. Selain untuk pengobatan neneknya laura juga butuh untuk biaya sekolah adiknya tian. Tapi mendengar syarat yang di ajukan bosnya laura menjadi takut juga bimbang.
Menjadi istri ke 2 sama sekali tidak pernah terpikirkan oleh laura. Apa lagi sampai menjadi madu untuk bosnya.
Selama bekerja laura terus memikirkan syarat yang di ajukan oleh ariana. Laura bahkan sampai hampir menumpahkan minuman pada salah seorang pengunjung.
“Kamu kenapa si ra? Pak handoko ngomong apa tadi? Kenapa kamu jadi nggak fokus gini?”
Laura menoleh menatap nana yang menatapnya sendu. Nana adalah teman terbaiknya selama bekerja di caffe itu. Nana juga sama seperti dirinya menjadi tulang punggung keluarga. Hanya saja nana masih sedikit beruntung karna masih memiliki ayah dan ibu yang lengkap juga sehat.
“Nggak papa na.. Cuma sedikit gerimis aja tadi biar aku lebih giat bekerja.” Jawab laura berbohong.
Nana menyipit. Pemuda tampan itu tidak percaya dengan jawaban laura.
“Serius?” Tanyanya.
“2 rius malah na.” Jawab laura nyengir kuda.
Nana menghela nafas.
“Oke percaya..” Senyumnya.
Laura ikut tersenyum. Laura ingin mencurahkan segala isi hatinya. Tapi laura merasa tidak punya tempat yang tepat. Nana memang baik. Tapi beban nana juga sudah berat. Laura tidak mau temanya itu ikut memikirkan masalahnya.
“Sepertinya memang menyetujui syarat nyonya ariana adalah jalan satu satunya untuk bisa mendapatkan uang saat ini..” Batin laura sedih.
“Tuhan... Jika memang ini jalanya tolong permudahkan langkah hambamu ini..” Mohon laura dalam hati pada sang pemberi kehidupan.
Jam pulang kerja laura kembali menemui ariana. Laura sudah bertekad. Hatinya sudah mantap dan yakin. Dan laura juga sudah siap menerima resiko apapun yang akan di hadapinya nanti.
“Demi nenek dan tian laura. Kamu pasti bisa.” Gumam laura dalam hati penuh keyakinan.
Ariana tersenyum menatap laura yang menundukan kepalanya. Ariana sudah menduga laura pasti mau menerima tawaran. Apa lagi dengan iming imingnya.
“Jadi bagaimana?” Tanya ariana menatap remeh pada laura yang terus menundukan kepalanya.
Laura memejamkan kedua matanya erat. Meskipun memang hatinya sudah yakin tapi rasa takut dan bimbang itu masih tetap hinggap.
“Sa saya.. Saya bersedia memenuhi syarat itu nyonya.” Katanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 222 Episodes
Comments
Suprihatin
lanjut aja ya thorrr
2022-08-19
0
Ros Mawati
mampir thorr👍😊
2022-07-14
0
Alzena Aira
Seru thor suka
2022-06-17
0