Setelah Anma mengusap kepala Lanastia, ia pun pergi ke arah Flora untuk bertanya beberapa hal yang mengganjalnya.
" Flora.... Apakah Flora merasakan ada sesuatu yang aneh pada diri Flora? " Anma bertanya.
" Eto.... Sepertinya tidak ada ayah." Jawab Flora setelah memandangi tubuhnya.
" Ya.... Baguslah kalau memang begitu. " Anma tersenyum senang di saat mendengar jawaban Flora.
" Iya ayah.... Flora tidak apa apa. Ano... Ayah... apakah Flora melakukan sesuatu yang membuat ayah khawatir? " Flora bertanya.
" Ah... Tidak... Flora.... Flora tidak melakukan apapun. " Anma berusaha menyembunyikan kesedihannya.
" Akh... Ayolah ayah... Ayah tidak bisa berbohong pada Flora. " Flora memegang tangan Anma.
" Tak apa Flora. Ayah tidak berbohong kepada Flora " Anma tersenyum senang.
" Ya baiklah jika ayah tidak berbohong. Hehehe.... " Flora melepas pegangan tangannya dan setelahnya kembali memeluk Anma.
Disaat Anma dan Flora terlihat begitu serius, Quinn terbang ke arah Lanastia yang masih bertingkah aneh.
" Anma... Memanggilku Tia, supaya aku sadar bahwa aku wanita " Lanastia bergumam pada dirinya sendiri.
" Hey.... Apakah kamu tertarik dengan Anma" Quinn menggoda Lanastia.
" Ah... Tidak.... Tidak... Aku tidak tertarik sama sekali dengannya." Lanastia menjawab spontan.
" Yah.... Lagi pula kan dia sudah memiliki anak. Jadi mungkin ia juga sudah memiliki istri. " Quinn kembali menggoda Lanastia yang masih berada dalam lamunannya.
" Iya... Kamu benar. " Jawab Lanastia
" Ya sudahlah jika kamu memang tidak tertarik denganya. Akan aku sampaikan kepadanya " Quinn kembali menggoda.
Setelah Quinn pergi, Lanastia pun tersadar dari lamunannya.
" Eto... Ano... Maaf.... Aku tidak tahu apa yang tadi aku bicarakan... Maaf.... Maaf... " Lanastia menarik tangan Quinn agar Quinn berhenti.
" Hehehehe.... Iya... Iya... Aku tahu... Maaf juga tadi menggodamu " Quinn tertawa melihat kelakuan Lanastia.
Melihat Quinn dan Lanastia mulai akrab, Anma mengajak Flora untuk lebih mengenal Lanastia. Setelah cukup lama berbicara mengenai banyak hal, Lanastia mengajak Anma untuk pergi ke kota tempat tinggalnya. Anma yang semula sempat menolak akhirnya mengalah dan ikut bersama Lanastia pergi ke kota tempat ia tinggal.
Di perjalanan, Lanastia kembali menceritakan kehebatan dari para pendahulunya yang selalu menjaga hutan agar iblis tanaman tidak turun dan menyersng kotanya. Perjalanan menuju kota asal Lanastia memakan waktu empat jam dengan berjalan kaki. Anma yang sudah bertualang cukup lama tidak merasakan apapun yang membuatnya lelah. Quinn yang memiliki tenaga lebih, terus terbang dan terus mengajak Lanastia untuk bercerita.
Sementara Flora yang belum pernah berjalan jauh dengan wujud manusianya telah berubah menjadi tangan alam dan menempel di tangan kanan Anma yang telah kembali normal.
......................
" Selamat datang kembali Lana. " Sapa seorang penjaga gerbang.
" Petualangan hebat apa yang telah kamu lalui hari ini " Tambah seorang penjaga gerbang lain.
" Ya, seperti yang kalian dengar seperti biasanya. Tapi kalih ini aku membawa seorang yang hebat bersamaku " Jawab Lanastia pada para prajurit penjaga gerbang.
" Benarkah itu. Siapa dia " Tanya salah seorang prajurit sambil meledek Lanastia.
" Dia di belakangku. Apakah kalian tidak melihatnya? " Jawab Lanastia.
Kedua prajurit penjaga tadi hanya tertawa ketika mendengar jawaban dari Lanastia yang terdengar seperti kebohongan.
Ketika Lanastia membalikkan tubuhnya, Anma, Flora dan Quinn telah menghilang.
" E.......to? " Lanastia kebingungan.
" Hahahaha.... Sudah lah Lana. Masuk lah kedalam. Mungkin kamu terlalu kelelahan saat bertualang tadi " Salah seorang prajurit menasehati.
" E.....h. Ya sudah lah... Selamat bertugas ya. Kalian berdua " Lanastia memberikan semangat.
Setelah Lanastia masuk kedalam kotanya, ia terus berfikir mengenai kejadian yang di alami olehnya. Ia juga bertanya tanya mengenai sosok Anma dan Flora yang pernah ia dengar sebelumnya. Dalam lamunanya ia terus berjalan dan mengabaikan banyak orang yang menyapanya.
" Tuk.... " Seorang menjentikan jarinya ke dahi Lanastia.
" Aouch... " Lanastia tersadar dari lamunanya.
" Hey, Lana. Apa yang terjadi padamu. Tidak biasanya kamu mengabaikan orang orang yang menyapamu. " Seorang wanita berpakaian pladin lengkap bertanya di hadapan Lanastia.
" Wom... Kak Lena. Sakit tahu kak. " Jawab Lanastia sambil memegangi dahinya.
Lena adalah nama panggilan untuk kakak kedua dari Lanastia yang bernama Lenastia. Lena merupakan satu dari tiga prajurit kebanggaan kotanya. Lena memiliki tubuh yang hampir sama seperti Raizaz namun perbedaannya hanya di bagian rambutnya yang pirang. Selain itu Lena juga memiliki senjata peninggalan dari para tetua berupa perisai baja Jiun.
" Ah... Sudahlah. Abaikan itu dulu. Sekarang coba ceritakan apa yang terjadi apada dirimu " Lena bertanya.
" Eto.... Tidak apa kak. Aku cuma sedikit kelelahan saja. Dan mungkin aku mengalami sedikit halusinasi " Jawab Lanastia.
" Em... Seperti itu ya. Hal itu memang wajar si. Dulu aku pun sempat mengalami hal seperti itu ketika masih aktif menjaga hutan itu. Jadi tenaga saja. Nanti juga terbiasa " Lenastia memberi semangat pada Lanastia.
" Benarkah itu kak. Oh iya kak. Apa kaka pernah dengar nama Anma dan Flora? " Tanya Lanastia pada kakaknya.
" Itu benar Lana. Em.... Mengenai kedua nama itu..... Sepertinya kaka juga pernah dengar tapi dimana ya? Em... " Lena berfikir.
" Iya kan. Jadi bukan cuma aku saja yang pernah mendengar nama itu. Ya kak " Tanya Lana.
" Iya Lana. Tapi entah kenapa kaka lupa mendengarnya dari mana. Memang kenapa dengan kedua nama tadi? " Tanya Lena
Ketika Lana akan menjawab pertanyaan itu dengan berkata bahwa ia telah bertemu kedua orang tadi, sebuah aura yang menakutkan kembali ia rasakan.
" Ah... Tida hanya penasaran saja. " Jawab Lana.
" O.... Ya sudah. Ingat, nanti malam kamu harus beristirahat. Supaya kamu tidak mengalami halusinasi lagi. Mengerti ? " Lena menasehati.
" Baik kak " Jawab Lana singkat.
Lana dan lena terus berjalan hingga sampai ke rumah tempat mereka tinggal.
Rumah mereka memiliki tinggi tiga kali rumah kayu biasa. Bentuk bangunannya masih sama seperti bangunan di kota Roxy yang menandakan bahwa perkembangan dari zaman mereka masih lambat walaupun telah berganti beberapa generasi.
" Halo, Tia. Apakah kamu lelah? " Anma menyapa Lanastia.
" Eh...? Anma? Kenapa kamu bisa di sini? Aku kira kamu sudah pergi " Jawab Lanastia yang terkejut karena Anma tiba tiba ada di atas tempat tidurnya.
" Hehehe.... Dari tadi aku tidak pergi kemanapun. Kamu ini... Aneh " Anma berjalan mendekati Lanastia dan menyentil hidungnya.
" A....h.... M.... Ini pasti hanya halusinasi ku saja. " Lanastia yang merasa malu berfikir bahwa itu hanyalah halusinasinya.
" O.... Benarkah. Jika aku adalah ilusi dari halusinasimu, apakah kamu keberatan jika aku melakukan sesuatu pada dirimu. " Anma menggoda Lanastia.
" He...h coba saja... " Lanastia menantang Anma karena yakin bahwa Anma hanyalah ilusi.
" Ya baiklah. Aku tidak akan melepaskanmu walaupun kamu sudah tidak bisa berkata kata lagi " Anma berbisik ke telinga Lanastia.
Anma memulai aksinya dengan memegang wajah Lanastia dan menatapnya cukup lama. Lanastia menahan rasa malunya ketika Anma mulai beraksi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments