Maaf baru up soalnya kaki othor sakit, habis di jahit
jangan lupa like, vote dan komen
Langit berubah gelap, hujan turun dengan derasnya disertai angin kencang dan juga petir. Zea kini merapatkan selimutnya ke tubuhnya, menghalau rasa dingin yang menusuk kulit hingga ke tulang tulang.
"Dinginnya brrrr, kapan sih berhenti hujannya ck menyebalkan. " gumam Zea.
Cklek pintu di buka lalu masuklah Ibu ke dalam sambil membawa minuman. Ibu segera menghampiri puterinya, lalu duduk di sebelahnya sambil tersenyum. "Ze, ayo minum dulu sayang, ibu bawakan kamu teh hangat!
"Wah, terimakasih Bu! Zea menerimanya, menyeruput tehnya dengan pelan pelan, ibu mengulum senyumnya memperhatikan Zea namun senyumnya pudar kala mengingat seseorang. Setelah merasa hangat, Zea menaruh minumannya di meja, beralih menatap ibu tercinta. Dia menaikkan sebelah alisnya, merasa penasaran dengan apa yang tengah dipikirkan ibu.
"Ibu ada apa, katakan sama Zea kenapa ibu sedih? "
"Eh enggak ada apa apa nak! Ibu memaksakan senyumnya di hadapan Zea, Zeapun sebenarnya menyadarinya namun memilih tak bertanya. Ibu bangkit dan ke luar dari kamar puterinya, Zea menatap kepergian Ibunya dengan raut heran dan penasaran.
Zea kembali menyeruput tehnya hingga habis, setelah itu berbaring dengan selimut yang membungkus tubuhnya.
##
Pagi hari yang cerah, dengan penuh semangat Zea telah selesai bersiap. Diapun keluar dari kamarnya bergegas pergi ke meja makan.
"Yah, Ibu merindukan saudarinya Zea. " ujar Ibu dengan lirih.
Zea menghentikan langkahnya, dia merasa bingung dengan ucapan ibunya barusan. Diapun memilih bersembunyi, mencoba mencuri dengar obrolan orang tuanya. Ayah menghela nafas panjang, kembali menatap Ibu.
"Sudah jangan bahas lagi Bu, jangan sampai Zea mendengarnya. "
"Iya Ayah!
Zea merasa kecewa, tak mendapatkan informasi. Diapun muncul dan bergabung bersama orang tuanya, Ayah menoleh dan tersenyum hangat kearah puteri bungsunya.
"Di mana abang Sakti, Ayah!
"Abangmu sudah berangkat nak. " Zeapun mengangguk, dia ingin sekali bertanya mengenai ucapan ibu tadi namun dia urungkan. mereka bertiga sarapan bersama, Zea mencuri pandang kearah orang tuanya secara bergantian.
"Yah bagaimana kalau Zea cari kerja saja? "
"Fokuslah dulu sama sekolahmu sayang, Ayah enggak mau sampai kamu melalaikan pendidikanmu!
Selesai sarapan Zea segera pamit pada orang tuanya. Dia bergegas ke luar dari rumah dan menunggu kendaraan umum di tepi jalan. Gadis tomboy itu masuk ke dalam bus, selama perjalanan ke sekolah dia terus kepikiran ucapan ibunya yang dia dengar tadi.
"Apa benar kalau aku memiliki saudara lain selain bang Sakti? " gumamnya.
Setelah 15 menit, Zea turun dari bus dan menyeberang jalan. Dia bergegas masuk ke dalam area sekolahnya.
"Zea. " panggil seseorang
Zeapun langsung menghentikan langkahnya, menoleh ke belakang. Tiara langsung mengatur napasnya yang memburu, setelah tenang dia memandang kearah sahabatnya dengan lekat. Zea menatap sahabatnya itu dengan tatapan bingungnya.
"Kamu sudah lihat pengumuman di mading belum? "
"Pengumuman apa sih Ra? " Tiara menghela nafas panjang, menarik tangan Zea lalu membawanya ke tempat mading yang letaknya dekat perpustakaan. Sampai di sana Zea terkejut setengah mati, melihat foto dirinya di pajang dan lebih mengkagetkan adalah chaption di bawahnya.
"Siapa yang melakukan ini semua Tiara, katakan! geram Zea.
Tiara merasa gugup, terlihat jelas sahabatnya kini tengah menahan kekesalannya. "Sonya and the genks Ze. "
"Sialan, lagi lagi mereka. Aku harus memberi mereka pelajaran. " Zea berbalik dan berjalan terburu buru, Tiara langsung menyusulnya.
Sementara Sonya dan the genks berada di luar kelas, mereka tertawa bersama karens berhasil membalas Zea. "Aku yakin sebentar lagi si tomboy, jadi bahan gunjingan haha. "
"Sonya. " teriak Zea dengan suara menggelegar, Zea menghampiri Sonya dan teman temannya. Srek dengan berani Zea menarik rambut Sonya dengan keras, semua orang terkejut dengan tindakan Zea.
"Aw lepasin rambutku sialan. " makinya dengan nada kasar. Kedua sahabat Sonya tak tinggal diam, dengan keras mendorong tubuh Zea. Zea berdecak kesal, kesenangannya di ganggu. Dia langsung menatap tajam kearah Sonya dan tbe genk secara bergantian.
"Sekali lagi kalian memfitnahku, kupastikan kubabat habis rambutmu hingga botak. " Setelah mengatakan ucapan penuh peringatan. Sonyapun langsung bangun, merapikan rambutnya yang berantakan setelah itu masuk ke dalam kelas.
##
Sementara itu Kanza terus merengek pada orang tuanya dan juga pada Arshaka, pamannya. "Om, Za pengin ketemu kakak cantik dan Za kangen! rengeknya.
Arshaka menghela nafas dalam dalam, lalu menghembuskanya pelan. Dia menatap Khanza, keponakan cantiknya itu dengan raut bingung. "Tapi Om enggak tahu di mana kakak cantik tinggal sayang. " ujar Arshaka dengan lembut.
Huwaaa Hiks hiks Khanza menangis histeris, Arshilla berusaha menenangkan puterinya namun tetap tidak berhasil. Dia langsung melirik kakaknya, supaya membujuk Khanza.
Arshaka langsung menggendongnya, berusaha menenangkan Khanza namun semakin lama membuatnya frustrasi. "Za jangan menangis, baiklah baiklah om akan mencari keberadaan kakak cantik oke!
Khanzapun berhenti menangis, mata bulatnya kembali berbinar cerah memandang kearah omnya itu. Arshaka segera menghapus sisa sisa air mata di pipi keponakannya. "Om Shaka janji ya, bawa kakak cantik kemari secepatnya. "
"Iya Za sayang, om janji!
Shilla bernafas lega melihat puterinya yang telah berhenti menangis, namun dia tertawa kecil melihat raut frustrasi di wajah Arshaka saat ini. Arshaka menurunkan keponakannya, Khanza segera berlari kearah opa dan omanya.
"Kak, secepatnya kakak harus cari gadis itu. Aku enggak mau Khanza kecewa jika kakak enggak bisa mengabulkan keinginannya!
"Ya aku tahu Shill, aku akan mencarinya
segera. " Arshaka mengeluarkan ponselnya, dia menghubungi seseorang setelah itu bangkit dan pergi dari ruang tamu. Arshilla menatap kepergian sang kakak dengan senyuman penuh arti.
"Aku penasaran dengan gadis itu. " batin Arshilla.
Arshilla menoleh, tersenyum kearah suaminya yang memeluknya dari samping. Tangan Alvaro kini mengusap perut buncit sang istri dengan lembut, lalu keduanya berciuman singkat.
"Kamu jangan terlalu capek sayang, ingat kamu sedang hamil. "
"Aku enggak papa Kas, lagian tadi Khanza menangis karena ingin bertemu kakak cantik. " Arshilla memceritakan semuanya pada sang suami, Alvaro hanya tertawa kecil. Keduanya kembali memperhatikan puteri mereka yang bermain bersama opa dan omanya.
"Enggak kerasa ya mas, bentar lagi kita punya anak lagi. Padahal di awal awal pernikahan kita, sikap kamu begitu dingin padaku, apalagi kamu dulu masih terjerat cinta masa lalumu. "
"Seandainya dulu tidak ada Khanza diantara kita, mungkin aku sudah menyerah mas. " ujarnya sambil tersenyum kearah Alvaro. Mata Alvaro langsung berkaca kaca, tanpa sadar menitikkan air mata karena kesalahan di masa lalu.
Arshilla mengecup bibir suaminya sekilas, lalu mengusap rahang sang suami. "Aku enggak papa mas jangan nangis, entar diketawain Khanza lho. "
"Terimakasih ya sayang, kamu sudah maafin mas dan memberi kesempatan untuk suami brensekmu ini!
Arshilla mengangguk, bersandar di dada sang suami dan jemari mereka saling bertautan. Alvaro memgecupi puncak kepala istrinya dengan penuh kasih sayang.
"Mas, menurutmu bagaimaa kalau kita carikan pasangan buat kak Shaka? "
"Memangnya kakak kamu itu tak akan marah, jika kamu ikut campur sayang. " Arshillapun terdiam mendengar pertanyaan suaminya, dia kembali melirik Alvaro sambil tersenyum.
"Hemm ya sudah kita jodohin Arshilla sama gadis yang menolong Khanza, puteri kita
hehe. " Arshilla sangat berharap jika kakak dan gadis itu bisa menjadi pasangan yang serasi.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Reni Okstora
hari gini dijodohin .....😂
2021-12-13
0
Amelisa cherry Salsabila
otw jodoh wkwkwkw
2021-09-17
0
eryuta
👍👍👍👏👏👏👏
2021-09-17
0