BAB 5 ISTRI WARISAN

Pagi ketiga setelah malam pertama yang tragis, Dara bangun dengan tubuh yang lebih segar. Badannya tak lagi merasakan nyeri seperti malam-malam sebelumnya. Sepertinya, hasil tindakan kasar Windu pada malam pertama itu, tidak hanya membuat nyeri dirinya secara fisik tapi juga membuatnya merasa sedikit trauma.

Dia masih belum terbiasa bangun di dalam kamar besar yang harus dihuni olehnya dan Windu setelah menikah menurut wasiat ibu mertuanya.

Kamar ini begitu luas dan mewah, tidak cocok dengan dirinya. Rasanya dia ingin kembali ke kamar di pavilliun belakang, tinggal di kamar-kamar tidur khusus pelayan yang di buat seperti wisma-wisma berderet, serupa kost-kostan itu. Ruangannya tidak besar tetapi terasa nyaman dan ramai.

Jam besar di dinding menunjukkan jam 6 pagi, dia sudah sedikit kesiangan dari seharusnya.

Dia bergegas menuju kamar mandi, mandi dengan secukupnya. Menuju ruangan berpakaian, menatap pakaian baru dalam label brand ternama yang berderet di dalamnya.

Semua itu memang adalah miliknya dan dipersiapkan sedemikian rupa oleh ibu mertuanya.

"Tidak ada yang boleh meremehkan menantuku, dia harus terlihat cantik dan modern meskipun hatinya sederhana." Kalimat itu di ucapkannya kepada Dara, saat membantu menyusun pakaian-pakaian ini.

Dulu, dia berfikir kamar dan segala isinya yang mewah ini, di siapkan untuk calon istri Windu, yang entah siapa nantinya begitu beruntung mendapatkannya.

Tak terbersit sekalipun jika semua ini diperuntukkan bagi dirinya.

Sekarang, dia sendiri tak yakin, apakah ini masih bisa disebut keberuntungan jika memilikinya tapi dia berada dalam kehampaan.

Dengan helaan nafas panjang, Dara melewatkan semua pemandangan itu. Matanya beralih pada bagian bawah.

Dara tidak terbiasa dengan itu semua, akhirnya dia mengambil sebuah daster di lipatan terbawah yang di bawanya dari kamarnya di pavilliun belakang.

Dengan tergesa Dara menuju dapur, menemui para asisten rumah tangga yang ada di sana, masih begitu sibuk dengan semua pekerjaan hari-hari, memasak, membersihkan rumah besar itu dan segala macam urusan rumah tangga.

Dara memeriksa sarapan yang akan di sajikan apakah sudah di siapkan oleh bagian koki yang mengurus makanan lalu segera menyiapkan meja makan.

Windu muncul dengan kemeja putih rapih, bawahnya jeans warna gelap, rambutnya tampak tak kalah rapihnya.

Tubuhnya yang tinggi tegap, benar-benar begitu menarik dan luar biasa.

Dari dulu, Dara selalu mengagumi laki-laki yang di panggilnya kak Windu ini.

"Sarapannya sudah siap." Sapa Dara memberanikan diri. Dulu, jika Dara mengatakan kalimat itu kepada Windu maka laki-laki tampan yang memang tak banyak bicara ini akan tersenyum sedikit kepadanya di sertai anggukan kecil.

"Terimakasih..." Satu kata itu akan membuat hatinya berbunga-bunga. Setidaknya, Windu begitu sopan memperlakukan dirinya.

Suara kaki kursi yang bergesek dengan lantai terdengar berdesit halus, menyadarkan lamunan Dara.

Windu tak mengucapkan apapun, seolah tak melihatnya.

Dara akan meletakkan piring ke depan Windu, tapi dengan kasar Windu menariknya sendiri.

"Tidak perlu melayaniku seperti pembantu, kamu sekarang adalah nyonya di rumah ini." Nada suara Windu terdengar dingin, wajahnya tanpa ekspresi.

Dara terdiam, mengurungkan semua niatnya melayani meja makan.

"Duduklah!"Sekarang volume suaranya menjadi agak meninggi, seperti suatu perintah.

Dengan ragu, Dara menarik kursi di seberang meja makan itu. Wajah mereka berhadapan saling memandang.

Dengan sejuta keberanian yang entah di kumpulkan dari mana, Dara menantang mata Windu yang tajam itu.

"Papa tidak turun breakfast hari ini, jika kamu menunggunya. Dia sudah berangkat dengan asistennya dari tadi. Sebelum nyonya rumah ini bangun."Ucap Windu seolah menyindir.

"Tapi..." Dara menyahut ragu-ragu.

"Tapi apa?" Windu melotot padanya.

"Tapi breakfast selalu dimulai pada jam setengah delapan." Dara melanjutkan dengan suara pelan.

"Itu saat mama masih ada, sekarang semua hal tidak sama lagi! Dan jangan berfikir kamu bisa menggantikan mama mengatur rumah ini." Windu menatap dengan tajam kepada Dara sementara tangan kanannya memegang pisau kecil dan tangan kirinya menggenggam garpu.

"Dulu, mama selalu ada di belakangmu, tapi sekarang, tak ada yang akan membelamu." Windu memasukkan sepotong roti bakar yang di irisnya dengan kasar di dalam piring ke dalam mulutnya.

Suara mengunyah yang terdengar sedikit keras itu seperti begitu mengintimidasi.

"Aku juga tidak suka di atur-atur olehmu. Jadi, lebih baik uruslah urusanmu dan jangan mencoba menjadi pintar di depanku.

Kamu sama sekali bukan siapa-siapa bagiku, hanya seorang istri yang di wariskan oleh mama!" Kata-kata itu di ucapkan dengan begitu menyakitkan oleh windu, bahkan seperti seribu jarum yang menusuk hati Dara, yang tak berkedip menatap ke seberang meja.

"Apakah kamu mengerti posisimu sekarang?" Windu memicingkan matanya, sehingga alisnya yang lebat hitam itu begitu dekat dengan matanya yang indah itu.

"Kenapa kamu hanya menatapku seperti itu?" Tanya Windu dengan gusar.

Dara masih tak menjawab sepatah katapun.

"Kamu tidak bisu, kan? Bicaralah!" Hardik Windu.

"Apa yang ingin kau dengar?" Tanya Dara dengan suara yang hampir tak terdengar. Entah dari mana keberanian itu datang, keluar begitu saja dari bibirnya.

Windu terpana sesaat, dia tak menyangka Dara menantangnya dengan cara yang begitu halus.

"Kamu bahkan sudah menjadi besar kepala sekarang." Windu terlihat gemas.

"Aku hanya bertanya, aku harus menjawab apa supaya seperti yang ingin kamu dengar. Jika aku salah menjawab, bukankah akan membuatmu marah?" Ini adalah kalimat terpanjang yang pernah keluar dari bibir Dara selama berhadapan dengan windu.

"Aku tidak suka dengan caramu berbicara." Windu menggeram kesal.

"Jadi aku harus bagaimana? Tak ada hal yang kamu suka dariku!" Betapa ingin Dara mengucapkan kata-kata itu, tapi semuanya hanya tertahan sampai di ujung lidahnya.

Yang bisa Dara lakukan hanya menelan ludahnya sendiri, mengalihkan pandangan pada menu sarapan di atas meja, dia sekarang kehilangan seleranya.

"Jika kamu tidak suka dengan semua perlakuanku, silahkan telpon pengacara keluarga, mintalah surat gugatan cerai, aku akan menandatanganinya dengan suka cita." Kata Windu dengan wajah sedikit di condongkan.

Wajah Dara memerah mendengar kalimat itu, betapa tak berharganya dirinya di mata Windu.

"Mama berpesan, apapun yang terjadi aku tidak boleh menceraikanmu... kecuali kamu yang meminta perceraian." Dara menjawab dengan suara terbata-bata.

"Nonsen!!" Windu membanting garpu dan pisau roti di tangannya, menimbulkan bunyi ribut di atas meja. Bahkan gelas juice di depan Windu tumpah terbalik.

Dara hampir terlonjak di tempatnya duduk dan memejam matanya dengan gemetar.

"Ya, kamu tidak akan melakukannya, karena jika kamu melakukannya kamu tak akan mendapatkan setengah dari warisanku! Kamu hanya menunggu aku yang memulai, ya kan?" suara Windu menggeram di telinganya, begitu dekat.

Dara membuka matanya perlahan. Ternyata, Windu telah berjongkok di samping kursinya dengan wajah hanya sejengkal dari wajahnya.

"Bukan...bukan karena itu..." Dara mengepalkan kedua tangannya, meremas kain bajunya dengan gugup.

"Kita akan lihat seberapa tahan dirimu!" Windu menghentakkan kakinya dan meninggalkan Dara yang masih duduk dengan badan yang gemetar.

Dia memang tidak bisa menggugat cerai Windu, karena jika dia yang menggugatnya, dia harus angkat kaki dari rumah itu tanpa membawa apapun. Dia tak tahu kemana harus pergi jika itu di lakukannya.

Tapi jika Windu yang melakukan lebih dulu, maka Windu wajib menyerahkan setengah dari asetnya untuk Dara.

Perjanjian nikah ini, di buat secara khusus oleh mama Windu. Tertuang di dalam wasiatnya.

"Aku percaya, hanya Dara yang bisa menjaga Windu."

Tulisan mama Windu yang aneh itu menutup draft surat wasiatnya yang panjang, saat di bacakan pengacara keluarga tepat setelah mereka menikah di depan mamanya, atas permintaan sang mama sebelum menghembuskan nafas terakhir.

...Terimakasih sudah membaca novel ini❤️...

...VOTE, LIKE dan KOMEN kalian selalu author nantikan😊...

...I love you all❤️...

Terpopuler

Comments

Hasunah Setiadi

Hasunah Setiadi

/Heart/

2024-03-05

0

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

pengen nyelepet mulutnya Windu ... 😡

jangan lemah, Dara ...
cemangaaadddhhh ✊️✊️

2023-01-09

0

Endang Purwati

Endang Purwati

BERAT .... itulah satu kata yg cocok utk penggambaran beban atau lebih tepatnya kewajiban yg dipikul Dara saat iniii...

Semangat Dara...bertahan dan berjuang semampumu...klo nanti kamu ada di titik lelah paling puncak...letakkan dan lepaskan...menepilah, damaikan hati dan mulai lah sesuatu utk dirimu sendiri...bukan lagi utk Windu....

2022-05-24

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 NODA DI GAUN PENGANTIN
2 BAB 2 MENERIMA KENYATAAN
3 BAB 3 VISUALISASI NOVEL "DI ANTARA DUA HATI"
4 BAB 4 MENJADI ISTRI
5 BAB 5 ISTRI WARISAN
6 BAB 6 JANGAN PERGI
7 BAB 7 HANYA MEMINJAM RAGA
8 BAB 8 TENGGANG WAKTU PERPISAHAN
9 BAB 9 BIBIT DENDAM
10 BAB 10 JANGAN SALAHKAN AKU
11 BAB 11 SEBUAH NEGOSIASI
12 BAB 12 SEDIKIT BERSABAR
13 BAB 13 ADA APA DENGANKU?
14 BAB 14 JATUH CINTA PADA PANDANGAN PERTAMA
15 BAB 15 SEBUAH PERMOHONAN
16 BAB 16 MENGADU KEPADA TUHAN
17 BAB 17 TAK ADA JALAN KEMBALI
18 BAB 18 MENCARI KEKUATAN DARI HATI
19 BAB 19 PERNIKAHAN TANPA CINTA
20 BAB 20 SURAT DARI SURGA
21 BAB 21 BELAJARLAH MENCINTAI
22 BAB 22 PENYESALAN
23 BAB 23 BUKAN PILIHAN
24 BAB 24 MEMBELA DIRI
25 BAB 25 MELAWAN
26 BAB 26 PURA-PURA AMNESIA
27 BAB 27 TRAUMA
28 BAB 28 MENANGIS TANPA SUARA
29 BAB 29 SESAL DALAM DIAM
30 BAB 30 MEMILIH PERGI
31 BAB 31 DENDAM HATI
32 BAB 32 SEMENTARA SENDIRI
33 BAB 33 PAK DOSEN TAMPAN
34 BAB 34 PERASAAN YANG HAMPA
35 BAB 35 TIDAK SEDANG BAIK-BAIK SAJA
36 BAB 36 MEMBERI WAKTU MENENANGKAN
37 BAB 37 MELAMPAUI HARAPAN
38 BAB 38 RINDU DARA
39 BAB 39 BERONDONG NEKAD
40 BAB 40 MENDADAK CEMBURU
41 BAB 41 GARA-GARA ANAK BAWANG
42 BAB 42 CINTA YANG RUMIT
43 BAB 43 SALING MEMANDANG
44 BAB 44 PENCULIKAN
45 BAB 45 MENIKAH ADALAH IBADAH
46 BAB 46 RUMAH DI PINGGIR SAWAH
47 BAB 47 CIUMAN RINDU
48 BAB 48 TERJEBAK HUJAN
49 BAB 49 PENYESALAN WINDU
50 BAB 50 DEMI DARA
51 BAB 51 MENUMPAHKAN RASA SAKIT
52 BAB 52 ANDAI KAMU JADI AKU
53 BAB 53 BERHARAP BISA MEMUTAR WAKTU
54 BAB 54 TAK PERNAH TERPAKSA
55 BAB 55 TERBAKAR CINTA
56 BAB 56 JANGAN MELAKUKAN ITU
57 BAB 57 HARAP SABAR, INI UJIAN
58 BAB 58 TERPELESET
59 BAB 59 MENGHITUNG HARI KARENA RINDU
60 BAB 60 DIBAWAH TATAPANMU
61 BAB 61 AKU TIDAK APA-APA
62 BAB 62 PANGGILAN UNTUK PULANG
63 BAB 63 TERIMAKASIH TELAH KEMBALI
64 BAB 64 BARU MENYADARI
65 BAB 65 PANGGIL AKU APA SAJA
66 BAB 66 MELEPASKAN HASRAT
67 BAB 67 SEBUAH TAMPARAN
68 BAB 68 MEMBAYAR SESAL DENGAN MAAF
69 BAB 69 MEMAAFKAN TAK BERARTI LUPA
70 BAB 70 CIUMAN TERIMAKASIH
71 BAB 71 TERTINGGAL WISUDA
72 BAB 72 BERTEPUK SEBELAH TANGAN
73 BAB 73 BENDERA PERDAMAIAN
74 BAB 74 INGIN BERBICARA EMPAT MATA
75 BAB 75 MENUNGGU KATAKAN CINTA
76 BAB 76 HATI HANCUR BERKEPING
77 BAB 77 MAUKAH KAMU IKUT DENGANKU?
78 BAB 78 DEAL!
79 BAB 79 SEBUAH FIRASAT
80 BAB 80 AMANAT MENCINTAI
81 BAB 81 LARON TERJEBAK CAHAYA
82 BAB 82 PRANK TERINDAH
83 BAB 83 SURGA BERSAMAMU
84 BAB 84 LAGI NGIDAM
85 BAB 85 I LOVE YOU MY WIFE
86 BAB 86 UCAPKAN SEKALI LAGI
87 BAB 87 PERTUNJUKAN IBU HAMIL
88 BAB 88 MANTAN TERINDAH
89 BAB 89 TAKUT SALAH PAHAM
90 BAB 90 INTEROGASI
91 BAB 91. BOS SEDINGIN KUTUB UTARA
92 BAB 92. DATANG MENDADAK
93 BAB 93 PAK BOS MARAH
94 BAB 94. MODE CEMBURU
95 BAB 95. HARUS PERGI
96 BAB 96. MAKAN SIANG ALA KOREA
97 BAB 97. TAAT SUAMI
98 BAB 98. TERJEBAK DALAM TUBUH PANGERAN
99 BAB 99. BERSIKAP PROFESIONAL
100 BAB 100. ADA APA?
101 BAB 101. BERSIKAP AGRESIF
102 BAB 102. MENGUSIR MANTAN ASISTEN
103 BAB 103. MENYUSUL KARENA CINTA
104 BAB 104. BULAN MADU IMPIAN
105 BAB.105 BULAN MADU IMPIAN (PART 2)
106 BAB 106. SELAMAT PAGI CINTA
107 BAB 107.MENGAMBIL ALIH
108 BAB 108. BUMIL MENGAMUK
109 BAB 109. PANGGIL AKU PAPI
110 BAB 110. ADA APA DENGANMU?
111 BAB 111. INSTING SEORANG ISTRI
112 BAB 112. PEMERIKSAAN SERIUS
113 BAB 113 AKU AKAN MENJAGAMU
114 BAB 114. JANGAN TAKUT
115 BAB 115. SEKOTAK COKELAT CINTA
116 BAB 116 MENAHAN TANGISAN
117 BAB 117 CINTA YANG EGOIS
118 BAB.118 JANGAN PERNAH BERKATA TIDAK
119 BAB 119 AKU BERSAMAMU
120 BAB 120. DITAKDIRKAN
121 BAB 121 DI ANTARA DUA HATI
Episodes

Updated 121 Episodes

1
BAB 1 NODA DI GAUN PENGANTIN
2
BAB 2 MENERIMA KENYATAAN
3
BAB 3 VISUALISASI NOVEL "DI ANTARA DUA HATI"
4
BAB 4 MENJADI ISTRI
5
BAB 5 ISTRI WARISAN
6
BAB 6 JANGAN PERGI
7
BAB 7 HANYA MEMINJAM RAGA
8
BAB 8 TENGGANG WAKTU PERPISAHAN
9
BAB 9 BIBIT DENDAM
10
BAB 10 JANGAN SALAHKAN AKU
11
BAB 11 SEBUAH NEGOSIASI
12
BAB 12 SEDIKIT BERSABAR
13
BAB 13 ADA APA DENGANKU?
14
BAB 14 JATUH CINTA PADA PANDANGAN PERTAMA
15
BAB 15 SEBUAH PERMOHONAN
16
BAB 16 MENGADU KEPADA TUHAN
17
BAB 17 TAK ADA JALAN KEMBALI
18
BAB 18 MENCARI KEKUATAN DARI HATI
19
BAB 19 PERNIKAHAN TANPA CINTA
20
BAB 20 SURAT DARI SURGA
21
BAB 21 BELAJARLAH MENCINTAI
22
BAB 22 PENYESALAN
23
BAB 23 BUKAN PILIHAN
24
BAB 24 MEMBELA DIRI
25
BAB 25 MELAWAN
26
BAB 26 PURA-PURA AMNESIA
27
BAB 27 TRAUMA
28
BAB 28 MENANGIS TANPA SUARA
29
BAB 29 SESAL DALAM DIAM
30
BAB 30 MEMILIH PERGI
31
BAB 31 DENDAM HATI
32
BAB 32 SEMENTARA SENDIRI
33
BAB 33 PAK DOSEN TAMPAN
34
BAB 34 PERASAAN YANG HAMPA
35
BAB 35 TIDAK SEDANG BAIK-BAIK SAJA
36
BAB 36 MEMBERI WAKTU MENENANGKAN
37
BAB 37 MELAMPAUI HARAPAN
38
BAB 38 RINDU DARA
39
BAB 39 BERONDONG NEKAD
40
BAB 40 MENDADAK CEMBURU
41
BAB 41 GARA-GARA ANAK BAWANG
42
BAB 42 CINTA YANG RUMIT
43
BAB 43 SALING MEMANDANG
44
BAB 44 PENCULIKAN
45
BAB 45 MENIKAH ADALAH IBADAH
46
BAB 46 RUMAH DI PINGGIR SAWAH
47
BAB 47 CIUMAN RINDU
48
BAB 48 TERJEBAK HUJAN
49
BAB 49 PENYESALAN WINDU
50
BAB 50 DEMI DARA
51
BAB 51 MENUMPAHKAN RASA SAKIT
52
BAB 52 ANDAI KAMU JADI AKU
53
BAB 53 BERHARAP BISA MEMUTAR WAKTU
54
BAB 54 TAK PERNAH TERPAKSA
55
BAB 55 TERBAKAR CINTA
56
BAB 56 JANGAN MELAKUKAN ITU
57
BAB 57 HARAP SABAR, INI UJIAN
58
BAB 58 TERPELESET
59
BAB 59 MENGHITUNG HARI KARENA RINDU
60
BAB 60 DIBAWAH TATAPANMU
61
BAB 61 AKU TIDAK APA-APA
62
BAB 62 PANGGILAN UNTUK PULANG
63
BAB 63 TERIMAKASIH TELAH KEMBALI
64
BAB 64 BARU MENYADARI
65
BAB 65 PANGGIL AKU APA SAJA
66
BAB 66 MELEPASKAN HASRAT
67
BAB 67 SEBUAH TAMPARAN
68
BAB 68 MEMBAYAR SESAL DENGAN MAAF
69
BAB 69 MEMAAFKAN TAK BERARTI LUPA
70
BAB 70 CIUMAN TERIMAKASIH
71
BAB 71 TERTINGGAL WISUDA
72
BAB 72 BERTEPUK SEBELAH TANGAN
73
BAB 73 BENDERA PERDAMAIAN
74
BAB 74 INGIN BERBICARA EMPAT MATA
75
BAB 75 MENUNGGU KATAKAN CINTA
76
BAB 76 HATI HANCUR BERKEPING
77
BAB 77 MAUKAH KAMU IKUT DENGANKU?
78
BAB 78 DEAL!
79
BAB 79 SEBUAH FIRASAT
80
BAB 80 AMANAT MENCINTAI
81
BAB 81 LARON TERJEBAK CAHAYA
82
BAB 82 PRANK TERINDAH
83
BAB 83 SURGA BERSAMAMU
84
BAB 84 LAGI NGIDAM
85
BAB 85 I LOVE YOU MY WIFE
86
BAB 86 UCAPKAN SEKALI LAGI
87
BAB 87 PERTUNJUKAN IBU HAMIL
88
BAB 88 MANTAN TERINDAH
89
BAB 89 TAKUT SALAH PAHAM
90
BAB 90 INTEROGASI
91
BAB 91. BOS SEDINGIN KUTUB UTARA
92
BAB 92. DATANG MENDADAK
93
BAB 93 PAK BOS MARAH
94
BAB 94. MODE CEMBURU
95
BAB 95. HARUS PERGI
96
BAB 96. MAKAN SIANG ALA KOREA
97
BAB 97. TAAT SUAMI
98
BAB 98. TERJEBAK DALAM TUBUH PANGERAN
99
BAB 99. BERSIKAP PROFESIONAL
100
BAB 100. ADA APA?
101
BAB 101. BERSIKAP AGRESIF
102
BAB 102. MENGUSIR MANTAN ASISTEN
103
BAB 103. MENYUSUL KARENA CINTA
104
BAB 104. BULAN MADU IMPIAN
105
BAB.105 BULAN MADU IMPIAN (PART 2)
106
BAB 106. SELAMAT PAGI CINTA
107
BAB 107.MENGAMBIL ALIH
108
BAB 108. BUMIL MENGAMUK
109
BAB 109. PANGGIL AKU PAPI
110
BAB 110. ADA APA DENGANMU?
111
BAB 111. INSTING SEORANG ISTRI
112
BAB 112. PEMERIKSAAN SERIUS
113
BAB 113 AKU AKAN MENJAGAMU
114
BAB 114. JANGAN TAKUT
115
BAB 115. SEKOTAK COKELAT CINTA
116
BAB 116 MENAHAN TANGISAN
117
BAB 117 CINTA YANG EGOIS
118
BAB.118 JANGAN PERNAH BERKATA TIDAK
119
BAB 119 AKU BERSAMAMU
120
BAB 120. DITAKDIRKAN
121
BAB 121 DI ANTARA DUA HATI

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!