Dara dan Windu sebenarnya masih keluarga jauh, mama Windu masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan ibu Dara.
Dara, seorang gadis kampung yang hanya menamatkan sekolah tingkat atas, ayahnya telah meninggal saat dia masih dalam kandungan, menurut cerita karena sebuah kecelakaan. Sang ibu membesarkannya sendiri dan bekerja di rumah keluarga orangtua Windu yang kaya raya.
Tentu saja orangtua Windu sangat kaya, mereka adalah pemilik salah satu perusahaan garmen terbesar di kota Jakarta. Ketika Ibunya meninggal beberapa tahun yang lalu, ibunya menitipkan Dara pada mama Windu.
Karena Dara begitu telaten dalam mengurus mama Windu, perempuan baik hati itu sangat menyayangi Dara seperti anaknya sendiri.
Ketika Mama Windu jatuh sakit, Dara lah yang selalu ada di sampingnya, karena Windu,anak semata wayangnya itu sangat sibuk mengurus perusahaan sang ayah yang diwariskan kepadanya.
Usia Windu dan Dara terpaut lima tahun, saat ini Dara berusia 21 tahun sementara Windu hampir menginjak usia 27 tahun.
Meskipun demikian, Dara bersikap lebih matang dan dewasa dari umurnya karena kehidupannya yang keras mengharuskannya memiliki sikap demikian.
Sebelum meninggal seminggu yang lalu, mama Windu meminta anaknya menikahi Dara, mengingat Dara tidak mempunyai keluarga lagi, satu-satunya yang mungkin bisa menjaga Dara menurut sang mama, hanyalah Windu. Beserta wasiat itu, mama Windu mewariskan semua aset kekayaan berupa beberapa buah salon kecantikan dan hotel yang di kelolanya kepada Dara.
Mereka menikah, di hadapan mama Windu yang sekarat, dan dua minggu kemudian mereka melangsungkan resepsi yang telah di atur oleh mama Windu jauh-jauh hari.
Undangan telah disebar, semua persiapan telah 100 persen, mereka hanya menjalankan ritualnya sesuai permintaan mama Windu.
Dan malam ini, Dara menjalani malam pengantin yang tragis, selepas resepsi besar yang diadakan di ballroom hotel terbesar di Jakarta itu, dengan tamu semua kolega penting bahkan pejabat hadir di sana, maklumlah papa Windu adalah salah pengusaha yang cukup di segani di Jakarta.
Setelah pernikahan yang disaksikan di depan mamanya yang sedang sakit itu, Windu tak pernah sekalipun menyentuh Dara. Bahkan Windu begitu membenci gadis yang dinikahinya itu, karena menganggap Dara yang menghasut mamanya untuk mengawinkannya pada Windu.
Terlepas dari kebencian itu, Windu telah memiliki seorang kekasih yang sangat di cintainya sejak lama, bahkan mereka telah berhubungan hampir 5 tahun.
Nama perempuan itu adalah Novi, seorang gadis cantik dengan perwakan bak model, bekerja pada sebuah BANK swasta ternama di Jakarta.
Windu memang berencana menikahi Novi, tapi karena Novi sedang fokus pada karier, keinginan itu selalu tertunda. Sayangnya pula, mama Windu tidak terlalu menyukai Novi, yang menurutnya terlalu modern dan lebih mementingkan pekerjaannya dari pada kodratnya sebagai perempuan yang suatu saat harus mengurus suami dan anak, tanpa memikirkan karier.
Mama Windu memang kolot, dia menyukai perempuan yang hampir selalu berada di rumah dan selayaknya seorang ibu rumah tangga, seperti dirinya.
Novi, si cantik yang cerdas itu, kehilangan restu karena semua alasan itu.
meskipun demikian, Windu tetap bersikeras akan menikahi Novi.
Dan muara semuanya adalah wasiat sang mama, bahwa Windu harus menikahi Dara, di depan dirinya yang sekarat.
Dara, yang tak bersalah itu memang diam-diam menaruh hati pada Windu karena dialah laki-laki pertama yang dilihatnya ketika datang ke Jakarta, begitu menamatkan sekolah menengah atasnya. Tiga tahun, dia tinggal di rumah keluarga Windu, selama itupun tak pernah sebaris kata yang keluar dari mulutnya jika dia mencintai putra orang yang telah berjasa memungutnya itu.
Sungguh, dia tak pernah menghasut siapapun untuk bisa menikahi pria yang dikaguminya dalam hati itu.
...***...
Dara terbangun dalam keadaan duduk memeluk lututnya, kepalanya yang pusing dan nyeri pada bagian dalam pahanya membuatnya meringis, matanya berpendar menatap sekeliling, di dalam kamar besar itu hanya dia sendiri.
Selepas kepergian Windu tadi malam dia segera mengganti pakaiannya dengan sebuah gaun tidur sederhana dan duduk di sudut ranjang pengantinnya, berjaga jika Windu kembali dan menyiksanya.
Ternyata, sampai pagi menjelang, Windu tak kembali ke kamar mereka, yang telah dipersiapkan oleh mama Windu jauh-jauh hari sebagai kamar Windu dan Dara jika telah menikah.
Dengan sekuat tenaga, Dara turun dari tempat tidur itu, menjejakkan kaki di marmer kamar yang dingin.
Di lantai teronggok sebuah jas abu-abu dan sebuah belt kulit warna hitam. Dengan tangan yang gemetar Dara memungutnya, dan bayangan kejadian tadi malam segera saja bermain di pelupuk matanya.
Tanpa sadar di pejamkannya matanya kuat-kuat, perih menjalar ke seluruh tubuhnya.
Sekarang, tak ada apapun yang bisa dilakukannya kecuali menerima kenyataan, menjadi istri Windu meski laki-laki itu membencinya, selain karena dia sebatang kara, dia sendiri telah berjanji pada Ibu Annisa, mama Windu untuk tetap di sisi laki-laki itu apapun yang terjadi.
"Nyonya muda..." Mbak Parmi salah satu pembantu dalam rumah keluarga Tuan Danuar, ayah Windu menyambut di depan pintu kamar dengan wajah sedikit cemas.
"Mbak, jangan memanggilku seperti itu, aku tetap Dara yang kemarin." Dara mendesah sambil meringis.
"Tapi Nyonya besar almarhum memerintah kami memanggil dengan nyonya muda, jika telah menikah dengan Tuan muda." Mbak Parmi tersenyum kecil, dia senang akhirnya anak gadis baik ini menerima keberuntungan yang luar biasa, menikah dengan pewaris keluarga kaya tempatnya mengabdikan dirinya hampir 10 tahun terakhir.
Dara serupa kisah puteri cinderella dalam dongeng di mata para pelayan yang hampir berjumlah selusin di rumah sebesar istana ini.
Dia, puteri dari seorang pelayan seperti mereka tetapi bisa menikah dengan pemuda kaya semata wayang, putera majikan mereka.
Bukankah itu, seperti berada di dunia khayalan, hanya ada di novel-novel fantasi romantis?
Dara si cinderella itu, sekarang berada di depannya, begitu mengagumkan.
Dalam kesederhanaannya Dara tetap tak bisa menyembunyikan kecantikannya.
Dia begitu lembut, polos dan baik hati. Gadis itu sebelumnya begitu periang tapi entah mengapa sejak pernikahannya di hari nyonya besar mereka meninggal, wajahnya seperti selalu di rundung kabut.
"Mbak, aku merasa sungkan dipanggil nyonya muda, aku hanya menikahi Tuan Muda untuk menjaganya, seperti permintaan nyonya besar."Sahut Dara.
"Tapi kami tetap akan memanggilmu sebagai nyonya muda." Mbak Parmi tersenyum lebar dengan riang
Dara menghela nafasnya yang berat, dia tak punya tenaga untuk berdebat lagi soal bagaimana memanggil dirinya.
"Oh, ya...mbak Parmi tahu, Tuan Muda di mana?"
"Lho, bukankah Tuan muda sedang tidur dengan istrinya." Mbak Parmi menggoda, dia memang cukup dekat dengan Dara, sejak gadis ini masuk ke dalam rumah ini di bawa oleh bu Darsih, ibu dari Dara, tiga tahun yang lalu.
Raut wajah Dara tak bisa menyembunyikan kemuraman hatinya.
"Dia tidak tidur di kamar ini." ucapnya kemudian dengan getir sambil meringis, selangk*ngannya masih terasa nyeri.
...Terimakasih sudah membaca novel ini❤️...
...VOTE, LIKE dan KOMEN kalian selalu author nantikan😊...
...I love you all❤️...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
nadia
baru baca aja udah bikin sakit ya kamu windu 😏😏😏
2022-12-10
1
Royanah
ngilu Bae kita mah..seru di awal..
2022-06-19
0
Endang Purwati
wwuuhhuu...dan seperti biasaaa...saiyaaa sellu jatuh hati dengan gaya penulisan othor...susunan bahasa yg sederhana juga pemakaian kosa kata yg tidak berbelit...hingga sangat mudah utk dipahami setiap kalimatnya....dan juga alur yg keren tentunyaaa...dan satu lagi yg perlu di catat...minim thypo...👌👌
2022-05-23
0