Mia membuka matanya saat alarm di sampingnya berdering. Tangannya meraba-raba mencari ponsel untuk mematikan suaranya.
"Kenapa cepat sekali pagi? padahal aku baru tidur sebentar gara-gara mimpi aneh." Mia bicara sendiri dengan mata setengah terbuka.
"Emangnya kamu mimpi apa?"
Mia menolehkan kepalanya ke arah suara, dan langsung berhadapan dengan wajah Arka yang kini berbaring menyamping ke arahnya.
"Ternyata bukan mimpi hahaha," Mia tertawa garing sambil menatap langit-langit kamarnya. Dia mengira atau lebih tepatnya berharap pertemuannya dengan Arka semalam adalah mimpi tapi ternyata tidak.
"Ya benar aku nyata Mia hahaha," Arka meledek Mia dengan menirunya.
Hap.
Mia bangun duduk dengan sekali gerakan, lalu menatap garang pada Arka.
"KAU!!" jarinya membentang lurus menunjuk Arka.
"Kenapa ada di sini? aku kan udah bilang kamar itu wilayahku dan kamu ga boleh masuk." suara Mia yang cempreng memecah keheningan pagi yang baru menyambut.
"Aku bosen duduk terus dari semalem."
"Kenapa ga tidur?"
"Kau pikir hantu bisa tidur?"
"Oh,"
Mia melenggang keluar hendak keluar kamar tapi langkahnya terhenti kemudian berbalik.
"Keluar." ucapnya datar.
Arka menghilang dalam sekejap.
"Huuh dasar hantu."
Begitu keluar kamar Arka sudah ada di sofa depan tv.
"Aku mau mandi, awas kalo ngintip."
"Gak minat."
"Cih gak minat tapi masuk ke kamar walopun udah di larang,"
"Jadi kamu pengennya aku minat?"
"Awas aja kalo berani," Mia mengacungkan tinjunnya sambil melotot.
"Udah sana nanti kesiangan."
"Gak usah nyuruh-nyuruh!"
***
"Kamu mau kemana?"
"Mau ikut kamu,"
"Aku mau kerja, masa kamu mau ikut,"
"Terus aku harus gimana?"
"Ya kamu diem aja di rumah,"
"Bosen dong kalo harus diem di rumah terus."
"Ya udah kamu pergi kemana kek, asal jangan ikut aku."
"Tega banget kamu. Aku janji deh gak bakal ganggu."
"Udah kamu diem aja aja di sini."
Wajah Arka berubah sendu melihat wajah garang Mia kemudian dia menghilang entah kemana. Ada rasa tak enak di hati Mia, tapi dia segera menepisnya dan segera berangkat.
"Selamat pagi, mba Dian." Mia menyapa Dian si resepsionis lantai 15. Kemarin dia sudah berkenalan.
"Pagi, Mia."
"Selamat pagi, pak." Mia juga menyapa Bayu, pria paruh baya yang diketahui sebagai General Manager di Astra Group. Pria itu membalas dengan senyuman.
Mia langsung masuk ke ruangan CEO yang menjadi ruang kerjanya sejak kemarin. Terlihat meja Mia sudah tersedia di sebelah meja Leo, entah kapan meja itu diatur karena kemarin saat meninggalkan kantor, meja itu belum ada.
"Wah, akhirnya aku punya mejaku sendiri." Mia duduk di kursinya. Dia menyandarkan punggungnya dengan kepala menengadah. Dia masih tak percaya dengan posisinya yang sekarang. Seumur hidup dia hanya membayangkan kehidupan yang biasa-biasa. Dia tak berani berkhayal terlalu tinggi karena dia sadar dari mana asalnya. Tapi ternyata dia bisa mendapat pekerjaan yang lebih dari layak dengan gaji yang lebih dari cukup. Betapa bersyukurnya dia sekarang. Mia berjanji akan bekerja dengan baik, demi menghargai yang telah mempekerjakannya.
Saat tengah asyik melamun dia tiba-tiba ingat dengan cincin yang kemarin dia temukan.
"Aku harus melepasnya dan bertanya pada Leo." Mia berusaha melepaskan cincin yang dia sematkan di ibu jarinya.
"Eh, kenapa gak bisa dilepas." Mia masih berusaha.
Mia lalu pergi ke toilet di ruangan itu untuk mencoba menggunakan sabun.
"Aduhh gimana mau nanya sama Leo kalo cincinnya ga mau lepas. Nanti malah dikira nyuri lagi." Mia menyerah, tangannya bisa-bisa berdarah kalau terus dipaksakan lepas.
"Lagi apa?" Arka tiba-tiba muncul di belakang Mia.
"Aaaaa,-" mulut Mia dibekap oleh Arka.
"Diem, nanti dikira ada apa lagi."
"Ishh, kamu ngagetin aku tau." Mia mengerucutkan bibirnya. "Kamu ngapain di sini? bukannya aku bilang jangan ngikutin aku."
"Aku gak tau, tiba-tiba aja aku ketarik ke sini."
"Cih, modus banget kamu. Bilang aja ngikutin aku."
"Serius, aku tadi lagi di rumah tapi gak tau kenapa tiba-tiba bisa di sini."
Mia mengerutkan keningnya merasa alasan Arka tidak masuk akal tapi kemudian dia terkekeh, memangnya dia sekarang ngobrol sama hantu termasuk masuk akal?
"Mi, kamu nakutin aku. Jangan ketawa gitu." Arka menunjukan raut ketakutan yang dibuat-buat membuat Mia mendelik.
"Udahlah aku mau keluar, kamu pulang aja jangan ganggu aku."
"Aku gak tau jalan pulang."
"Ikutin aja jalan yang tadi kamu ke sini,"
"Kan udah aku bilang aku ke sini gak sengaja."
"Bla bla bla," Mia meledek Arka sambil berjalan keluar.
Ceklek.
"Kamu ngobrol sama siapa Mia?" Leo sudah ada di depan pintu toilet begitu Mia membuka pintu.
"Hah?" Mia bingung harus jawab apa.
"Kamu ngobrol sama siapa? ada orang di dalem?"
"Hah engga, tadi aku abis nelpon, iya telpon."
Leo mengendikan bahunya.
"Yasudah cepet keluar, banyak kerjaan hari ini."
"Iya."
Mia melotot mendengar Arka menertawakan kegugupannya.
Arka duduk di meja Mia saat Mia sedang mengerjakan tugasnya.
"Awas ih," ucap Mia dengan suara pelan yang dibalas dengan juluran lidah oleh Arka.
Mia menggeser laptopnya agar tak terganggu oleh ulah Arka, tapi dengan jail Arka terus mengikuti gerakan Mia.
Suara bisikan dan gerakan Mia mengundang perhatian Leo.
"Ada apa Mia?"
"Enggak kok, pak. Gapapa."
"Kamu manggil aku bapak lagi!"
"Eh, maaf aku belum terbiasa. Lagian kenapa sih gak mau dipanggil bapak, kan aku gak enak kalo harus manggil Leo."
"Kemarin kan udah dibahas, jadi gak usah tanya lagi kalo kamu mau lama kerja di sini."
"Iya deh."
Arka cekikikan melihat Mia yang terlihat pasrah.
"Apa kamu?" seru Mia dengan kesal.
"Kamu bentak saya?" ternyata suara Mia terlalu lantang saat menegur Arka.
"Eh engga kok, Le."
"Kalo mau ngomel nanti aja pas udah gak ada saya." Mia hanya menunjukan senyum terpaksa menanggapi ocehan Leo. Sedangkan tawa Arka membahana di seluruh ruangan ini, dan tentu saja hanya Mia yang dapat mendengarnya.
***
bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Upik Yupi
Bagus ceritanya...
2022-02-20
0
🌺sahaja🌺
lanjuuuuut
2021-12-24
0
PinkyOwl
next, semangat kak.
2021-09-25
2