"Bisa kita bicara sebentar," sambung Laura.
"Maaf, Bu. Enggak bisa. Saya lagi kerja," balas Naya sopan.
"Ya sudah, kalau gitu saya tunggu kamu selesai kerja. Jam berapa kamu pulang?" tanya Laura lagi. Senyuman tetap tersemat di bibirnya.
"Sebentar lagi, Bu." Naya melirik jam dinding yang tergantung di dinding. "Saya tutup toko jam sepuluh malam."
"Baiklah. Saya tunggu kamu di luar."
Naya lagi-lagi hanya bisa mengangguk. Meskipun bingung dia tidak punya alasan untuk menolak wanita itu.
Detik demi detik berlalu hingga jam kerja Naya pun selesai. Si wanita yang berpenampilan elegan itu pun masih berada di dekat tokonya bekerja. Mobil mewah Alphard terparkir di ujung halaman.
"Naya, sini!" seru Laura setelah membuka kaca mobil.
Ragu-ragu Naya mendekat. "Maaf. Sebenarnya ada perlu apa, ya?" tanyanya setelah masuk ke dalam mobil dan duduk bersebelahan dengan
Laura.
Tanpa Naya duga, Laura menggenggam tangannya lalu tersenyum tulus. Sedetik kemudian dia menangis tersedu-sedu.
"Loh, Ibu kenapa nangis?" tanya Naya, heran. Dia celingukan di sana. Sayangnya tidak ada siapa-siapa selain mereka berdua. Naya pun hanya membiarkan Laura menangis tanpa bisa berbuat apa-apa.
"Maafkan Tante, Naya. Maaf karena Tante baru bisa bertemu kamu sekarang. Sudah bertahun-tahun Tante nyari keberadaan kamu tapi gak pernah ketemu," ucap Laura di sela isak tangisnya. Terdengar begitu pilu hingga
Naya makin bingung.
"Memangnya Ibu siapa? Apa kita kenal?" tanya Naya lagi.
Laura menghapus air matanya. Nanar matanya menatap Naya. "Tante ini istri Burhan, ayah kamu."
Seketika Mata Naya membulat. Dia lepas tangan Laura secara cepat. "Maaf, saya nggak ngerti maksud Ibu. Saya rasa Ibu salah orang."
"Jangan begini Naya," balas Laura, dia raih lagi tangan Naya seraya menggenggamnya. "Kamu anak kandungnya. Tante memang bukan ibu kandung kamu. Tapi tetap saja, kamu masih punya hubungan dengan Tante karena kamu anak suami Tante. Jadi tolong jangan begini. Jangan abaikan kami."
"Mengabaikan?" Naya tergelak miris. Dia abaikan tatapan mengiba Laura lantas mengalihkan pandangan ke depan. Sungguh, darahnya berdesir seketika.
"Bukankah kata itu lebih tepat ditujukan untuk kalian?" lanjut Naya tanpa mau menatap Laura.
Laura kembali terisak. Dia sesenggukan makin lirih yang entah kenapa membuat Naya jadi tak enak hati. Dia memang bertekat tidak ingin berhubungan dengan Burhan, tapi ....
"Ikutlah Tante, Nay. Tante dengar nenek kamu sudah meninggal," pinta Laura lagi setelah berhasil menghentikan air mata.
"Lalu kenapa? Aku bisa urus hidupku sendiri kok. Jadi jangan merasa bersalah," balas Naya, terdengar dingin. Dia lantas keluar dari mobil, membungkuk sedikit lalu kembali menatap Laura. "Maaf, Bu. Aku nggak bisa, aku suka hidup di sini. Dan juga, maaf atas nama mama yang sempat mengacaukan keluarga kalian. Jadi, aku harap ini pertemuan pertama dan terakhir kita."
Naya lantas memutar tumit, tapi lagi-lagi terhenti karena Laura memanggilnya. "Pikirkanlah, Naya. Pikirkan sekali lagi."
Naya tak merespon, dia melangkah maju meninggalkan mobil mewah itu begitu saja. Rasanya ada belati tak kasatmata yang menusuk dada. Baru saja seminggu yang lalu dia kehilangan orang terkasih dan sekarang dia juga harus menerima kenyataan aneh. Sang istri sah memintanya untuk tinggal. Benar-benar di luar dugaan.
Tak berapa lama ponsel Naya bergetar. Meski bukan android seperti gadis lain, tapi ponsel layar hitam putih itulah satu-satunya penghubung Naya dengan beberapa teman.
Naya menempelkan benda itu ke telinga dan dalam sedetik bola matanya membulat lebar. Gegas dia berlari dan menuju sepedanya yang terparkir di sana.
Tibalah di rumah. Naya langsung merosot ke tanah. Rumah, ah tidak, lebih tepatnya gubuk sederhana tempat dia tinggal selama ini ternyata sudah rata dengan tanah. Hangus, semuanya tak tersisa sedikit pun. Bahkan ijazahnya yang cuma tamatan SMA pun ludes terbakar bersama dengan rumah-rumah orang lain.
Entah bagaimana mulanya, tapi yang jelas lima rumah semi permanen yang ada di kiri dan kanan rumah Naya juga telah ludes dimakan si jago merah.
Naya sesenggukan, dia duduk di tanah dengan orang yang sibuk berlalu lalang memadamkan sisa-sisa api. Tak hanya Naya, beberapa orang yang sudah kehilangan rumah pun tampak shock. Bedanya Naya sendirian, tak ada yang menghibur maupun menenangkan.
"Nek, aku harus gimana? Aku harus ke mana?" lirih Naya sambil menghapus air matanya. Rasanya begitu takut. Ini Jakarta, apa pun bisa terjadi pada dia yang masih muda. Tak punya keluarga dan kini sudah tak punya tempat tinggal.
Tak berapa lama ponsel Naya bergetar. Naya yang masih shock mengabaikan panggilan itu. Dia termenung duduk tertunduk di kursi tepi jalan. Orang-orang memandang, hanya saja dia tak punya tenaga untuk mengangkat kepala karena tahu betul kalau tatapan itu bukan tatapan iba melainkan tatapan mencemooh.
Anak haram anak pembawa sial, itulah yang sering dia dengar kala telinga baru bisa berfungsi dengan semestinya.
Sekarang kata-kata itu terlintas lagi. Penduduk sekitar kembali mencibir tanpa peduli bahwa dirinya juga sedang susah.
"Nek, apa benar kalau aku anak pembawa sial? Nenek pernah bilang kalau aku anak berharga, tapi kenapa yang terjadi malah sebaliknya?" Naya bergumam sambil menghapus air matanya sebelum suara getaran dari dalam saku celana kembali membuatnya sadar. Dengan malas Naya menjawab telepon itu.
"Naya, kamu nggak apa-apa?" tanya suara perempuan dari seberang telepon.
"Siapa ini?" balas Naya dengan suara yang serak karena habis menangis. Sungguh dia bingung.
"Ini Tante, Sayang. Tante Laura. Kamu baik-baik saja, 'kan?"
Terdengar lebih perhatian dari sebelumnya. Naya yang pikirannya sedang semrawut pun menangis makin jadi. Dia tersedu-sedu hingga Laura kembali berkata, "Tenanglah, Sayang. Tante sebentar lagi ke sana."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Nety
dari mna laura tau kalo rumah naya kebakaran?? kok aku jadi curiga ya
2023-01-02
0
Fina Ina
jagsn-2tante Laura yang bkar itu rumh, curiga aj sih
2022-12-03
0
Gina Savitri
Jangan2 ulah emak tiri nih biar naya ikut dia kerumah bokap kandungnya dan di manfaatin 😠
2022-03-27
0