terlihat tegar

Niken" sekali lagi teriakan bu Ajat memanggilnya.

Iyah tunggu sebentar" jawab Niken sambil membuka handle pintu.

nak apa kamu sudah bangun ini makanlah sesuatu" ucap bu Niken sambil memberikan sebuah piring yang berisi nasi beserta lauk-pauk di dalamnya.

selama ini Niken berusaha tegar di hadapan bu Ajat salah satu tetangga di situ yang begitu perhatian kepada dirinya apa lagi setelah ibunya pergi bu Ajat lah yang selalu memperhatikan dirinya.

ibu" Niken tiba-tiba memeluk wanita setengah baya itu.

tentu saja membuat wanita itu tercengang atas prilaku Niken yang mendadak manja seperti itu padanya.

eeh" sudah sudah" makan dulu sarapanmu nanti keburu dingin" ucap bu ajat lembut.

tetapi tangan Niken makin kencang memeluk pinggang wanita itu seolah wanita di hadapannya itu adalah ibunya.

bu" terimakasih karena ibu sudah baik terhadap Niken" ucap Niken dengan lirih.

membuat bu ajat sendiri serba salah.

Niken ingin sekali memberi tahu masalahnya yang harus mengosongkan rumah itu hari ini, tapi dia lebih memilih tidak membicarakan masalahnya. wanita itu sudah terlalu baik kepadanya setiap hari wanita itu memberinya makan dia sudah seperti ibunya Niken tidak ingin membebani wanita di hadapan-Nya.

dengan perlahan Niken melepaskan pelukannya, wanita itu memegang wajah Niken dengan lembut seraya berkata " jika kamu ada masalah bicaralah sama ibu nak" ucapnya lirih.

"terimakasih bu" sekali lagi Niken mengucapkan kata terimakasih.

"bu bolehkah aku menitipkan sesuatu padamu" tanya Niken sambil berusaha tersenyum.

bu ajat mengerutkan kedua alisnya penasaran" apa maksudmu" memangnya kamu mau pergi kemana" tanya bu ajat yang bisa menebak pikiran gadis itu.

"aanu bu" Niken akan pergi bekerja" ucapnya mencoba menutupi masalah sesungguhnya.

"memang kamu akan bekerja kemana? " tanyanya penasaran.

" Niken akan mencoba mencari pekerjaan di kota bu" ucapnya sambil menyuapkan makanan yang di berikan bu ajat tadi. Niken terlihat tegar tapi hatinya hancur.

wanita itu hanya terdiam menatap Niken dia ingin melarangnya tetapi dia sendiri tidak mungkin melakukan hal seperti itu terlebih lagi jika dia harus memenuhi kebutuhan Niken semuanya tidak mungkin baginya, dia sendiri dan suami juga kedua anak-anaknya yang masih kecil-kecil membutuhkan banyak biaya keuangan mereka yang sebagai buruh terlalu pas-pasan.

" maafkan ibu Niken" andai saja ibu jadi orang kaya ibu tidak ijinkan Niken untuk bekerja keluar kota nak"! ucapnya sambil membelai rambut Niken.

" ibu sudah banyak membantu Niken bu" ucap Niken.

"ibu"! ibu" teriakan seorang bocah laki-laki menghentikan obrolan mereka, yang tidak lain adalah teriakan anak dari bu ajat.

bocah laki-laki itu meminta ibunya untuk mengantarkan kesekolah, bu ajat pun pamit kepada Niken untuk mengantarkan anak laki-laki nya.

" ibu pamit yah nak" habiskan makananmu" ucap bu ajat sambil pergi melangkah keluar dari rumah tersebut.

Niken hanya menganggukan kepalanya sambil tersenyum.

terdengar obrolan kecil wanita itu dengan putranya Niken tersenyum mengingat masa kecil bersama ibunya yang selalu setia mengantarkan dirinya kesekolahan.

Air mata Niken menetes kembali sambil mengunyah makanannya. berat rasanya meninggalkan banyak kenangan di sana. tapi dia tidak mempunyai pilihan lain, selain pergi.

Niken pun teringat kejadian di taman tempo hari di hari yang sama ibunya mengakhiri hidupnya, beberapa teman sekelasnya yang mempermalukan dirinya terlebih pria yang dia anggap malaikat itu. Niken menarik napas panjang menatap keluar jendela diapun bertekad untuk memulai kehidupan baru di kota lain, yang tidak ada satupun orang yang mengenalnya.

setelah menyelesaikan sarapannya dia bergegas ke kamar mandi untuk bersiap-siap, karena barang-barang yang dia perlukan sudah dia masukan semua ke dalam kopernya.

tidak menunggu berapa lama Niken pun sudah siap untuk pergi.

sekali lagi dia menatap sekeliling rumahnya tersebut sambil memegang sebuah kotak besar yang berisi barang-barang ibunya yang akan dia titipkan di rumah bu ajat.