Chapter 4 : Pahlawan Yang Tak Kenal Takut
Huuh ... akhirnya aku bisa berbaring di tempat tidur. Sangat melelahkan berperan menjadi Keres, apalagi harus menjaga harga diri di depan mereka. Rasanya lebih nyaman menjadi petualang seperti ini.
Ngomong-ngomong, penginapan ini terlihat mewah, dari mana Erish mendapatkan uang begitu banyak? Sebenarnya, aku punya koin emas dari Magic Infinity, aku tidak tahu apakah koin itu laku di sini atau tidak. Sepertinya memang lebih baik tidak menggunakan koin itu di tempat ini.
Saat ini, aku satu kamar dengan Erish, dan Hawk di kamar sebelah. Ini sedikit membuatku tidak nyaman.
Aku masih memiliki jiwa seorang pria, selama hidupku, aku belum pernah tidur dengan wanita. Bagaimana aku bisa tenang dalam situasi seperti ini?!
Hmm ... ada hal yang menggangguku, ini tentang orang-orang di Desa Liche. Aku terkejut saat Erish langsung mengambil sikap sopan padaku saat pertama kali bertemu. Dan aku sampai sekarang masih penasaran dengan pilar yang datang bersamaan denganku, aku menganggap demikian karena Erish juga bilang pilar itu tak pernah muncul sebelumnya.
"Erish." Aku melihat Erish yang duduk di sebelah tempat tidurku.
Terlihat tak nyaman dilihat seperti itu, tapi aku memilih tak memperdulikannya. Lagian, hanya ada Erish di sini.
"Iya, Yang Mulia Ratu."
"Panggil aku Alissa."
Dia masih belum terbiasa, lain kali aku harus menekannya.
"Eh? B-baik, A-alissa."
"Tentang pilar yang muncul bersamaan denganku, apa yang kau ketahui tentang pilar itu?"
Erish tampak bingung dengan pertanyaanku, ekspresinya seperti mengatakan, "Kau benar-benar lupa, ya?"
Aku pikir sandiwara lupa ingatan ini sepenuhnya berhasil mengelabui mereka, tapi sepertinya aku harus sedikit berusaha.
"M-maaf, Yan- Alissa, pilar itu adalah tempat Anda biasanya melakukan meditasi. Tetua kami bilang bahwa pilar-pilar yang melingkar itu digunakan untuk Anda untuk berkomunikasi dengan dunia atas, ada beberapa lagi yang tak dijelaskan, mungkin semacam media untuk memperkuat Anda. Tetua kami juga bilang bahwa hanya Anda yang bisa memunculkan pilar-pilar itu."
Jadi pilar-pilar itu adalah artefak sihir yang bisa mengumpulkan Mana? Sial! Aku bahkan tidak tahu soal ini. Apa Keres mempunyai barang-barang lain yang tidak aku ketahui? Aku hanya memiliki barang yang berasal dari Magic Infinity, dan aku menyimpannya di ruang dimensi. Ini sebuah kesalahan besar! Erish mungkin akan curiga.
"Yang Mulia?" Erish sedikit mendekat padaku.
"Hmmm ... iya, aku lupa soal itu, mungkin ini efek dari segel yang menyegelku, sepertinya ingatanku masih belum sepenuhnya kembali."
Tolong, percayalah!
"B-begitu, ya, Saya mengerti."
Syukurlah!
"Tidurlah, Erish, jangan memaksakan diri. Aku sudah memasang penghalang di kamar kita."
"B-baiklah, selamat tidur, Alissa."
Sepertinya Erish sudah sedikit terbiasa denganku, itu bagus.
------------------------
Pagi datang, aku terbangun dan melihat Erish yang masih tertidur.
Sepertinya dia sangat kelelahan, terutama saat pertemuan pertama kami, dia mungkin masih mengkhawatirkan sesuatu. Yah, ini semua karena Dewi pembawa masalah itu. Aku ingin makan sesuatu di sini, Erish bilang penginapan ini menyediakan sarapan.
"Magic Create Item." Aku mengganti bajuku dengan sihir.
Ini sebuah skill yang membuatmu merubah bisa merubah tampilan dasar. Jika Keres berada di slot pertama, maka Alissa berada di slot ke dua. Aku merubah pakaian Alissa ke model para petualang pada umumnya, dan juga beberapa pakaian lain, contohnya baju tidur ini.
Ini sangat praktis! Aku juga ingin tidur nyaman! Tak masalah memakai baju tidur, jadi kalian jangan bertanya aku tidur menggunakan pakaian apa.
Saat aku membuka pintu, Hawk mengejutkanku dengan berdiri di depan pintu.
Apa dia sudah gila?! Dia bisa saja dituduh sebagai penculik jika berdiri seperti itu.
Kalian bertanya kenapa aku tak menyadari kehadiran Hawk? Itu karena aku mematikan beberapa skill milikku. Jika itu diaktifkan, itu akan menjadi terlalu mudah untukku.
"Hawk, apa yang kau lakukan di sini?" tanyaku.
"Saya menjaga Anda."
Dia di sini semalaman?
"B-begitu, ya, ayo kita sarapan, jangan bangunkan Erish, dia masih terlihat lelah."
"Hmmm ... baiklah."
Kami bergegas turun ke bawah untuk sarapan.
Kamar kami di lantai tiga, hebat, bukan?
Kami memesan menu sarapan dan duduk di sudut ruangan. Suasana masih terlihat sepi, hanya beberapa orang dan pegawai yang lewat. Mungkin karena masih pagi.
Tak lama kemudian, seorang pria ikut duduk di meja kami, meja yang menyisakan dua kursi kosong. Dia memandangi Hawk seperti ingin melakukan sesuatu yang merepotkan.
"Hey, sobat, aku ingin berbicara denganmu," kata pria itu dengan wajah meremehkan.
Bajingan ini tidak memiliki sopan santun. Aku ingin sekali mematahkan lehernya sekarang.
Seorang pelayan datang membawa makanan kami.
Hawk tidak menanggapi pria bajingan itu. Mungkin ini waktu yang tepat untuk bilang, selamat makan!
*Brak!
Pria itu memukul meja dengan cukup keras.
"Hey! Apa kau tuli? Dasar sialan kau!" Dia melancarkan aura permusuhan pada Hawk.
"Lucas! Apa yang kau lakukan!" Tiba-tiba seorang pria lain yang sepertinya rekan orang ini datang.
Si bajingan ini tak menghiraukan rekannya dan mengeluarkan pedang dari pinggangnya.
Ini sangat menjengkelkan! Aku hanya ingin sarapan dengan tenang.
Aku meraih pedang bajingan itu dan meremasnya hingga hancur.
"Heh, pedangku, dasar wanita j*l*ng! Apa yang kau lakukan pada pedang berhargaku!" Pria bajingan mencoba menyerangku.
Pukulan berlapis aura mengarah padaku.
"Lucas, hentikan!"
"Shield Wall!" Tanpa disadari, Erish datang dengan sihir miliknya.
Sihir pelindung yang berbentuk dinding sihir, merupakan sihir tingkat tiga.
Shield Wall, 'kah? Lumayan juga. Sihirnya tampak kokoh walau hanya sihir kelas tiga. Seperti yang diharapkan penyihir terkuat Desa Liche.
*Brak!
Bajingan ini berhasil memecahkan sihir Erish. Pukulannya masih mengarah padaku.
Hawk langsung menahan pukulannya dengan tangan dan menimbulkan ledakan udara.
Aku menghela napas dengan lega. "Apa kau sudah puas sekarang?"
"Apa maksudmu, wanita sialan?!" Pria itu masih tampak kesal, entah apa penyebabnya.
Dia menghinaku dua kali, dan aku merasakan aura membunuh dari Erish. Mungkin aku harus memberinya sedikit pelajaran.
"Mana Absorption." Aku merapalkan sihir yang menyedot Mana milik bajingan ini.
Sebuah sihir tingkat tujuh yang biasa digunakan untuk memberi debuff pada lawan. Mereka akan kehilangan Mana sebesar delapan puluh persen. Namun, aku hanya dapat sekitar empat puluh persennya saja.
Aku tak tahu berapa lama, tapi di Magic Infinity sihir ini memiliki efek selama sepuluh menit, target tak akan bisa mengisi Mana dalam kurun waktu itu.
"Apa yang kau lakukan?! Eh, tubuhku ...."
*Brak!
Bajingan itu jatuh tersungkur karena kehilangan tenaga.
Mana adalah elemen terpenting dalam kehidupan. Seluruh makhluk hidup memilikinya, sisanya tergantung dengan cara apa mereka menggunakan Mana tersebut. Jika Mana habis, maka kematianlah yang menunggumu.
Temannya yang sebelumnya melerai, memandangku dengan tatapan tajam.
Apa dia sedang menganalisa kemampuanku? Eh, tunggu dulu!
Appraisal Eyes!
Nama : Zain Aither
Umur : 22
Ras : Manusia
Job : Swordmaster
Title : Pahlawan
Level : 355
HP : 52000
MP : 10231
Strength : 1907
Agility : 2760
Ability : 2979
Defence : 1900
Magic Power : 1389
Intelligence : 124
Lucky : 800
Pahlawan?! Dia masih muda! Lalu, siapa Pahlawan yang bekerja sama dengan Raja Iblis selama ini? Apa dia Pahlawan baru? Stat yang dia miliki tidak terlalu buruk. Tapi, lucky ini ....
Keberuntungan macam apa yang dia miliki?! Itu hampir sama dengan lucky stat milikku. Gelar Pahlawan pasti memberinya buff itu.
"Sudah kuduga, kau juga punya mata penilaian. Siapa kau?! Kau pasti menyamarkan stat milikmu!" Pahlawan semakin menekanku dengan pertanyaannya.
"Hooh ... sudah kuduga dari seorang Pahlawan, kau memang sangat menarik," jawabku.
"Heh?" Aku bisa mendengar Erish yang terkejut dengan perkataanku.
Pahlawan bersiap-siap untuk bertarung dan menunjukkan aura miliknya.
"Zain, hentikan!" Seorang wanita datang dan memeluknya dari belakang.
"Fufufu, tenanglah, Pahlawan, aku tidak ingin membuat keributan, aku hanyalah seorang petualang biasa. Apa kau suka mengancam petualang lemah seperti kami?" tanyaku dengan sedikit menekan kaya "lemah." padanya.
"Apa yang kau lakukan pada Lucas?!"
"Ah, itu ... aku hanya sedikit memberi kejutan."
"Tolong kembalikan kondisinya seperti semula." Pahlawan menarik kembali aura di tubuhnya.
Huh? Dia jadi lunak.
"Aku tidak mau. Temanmu yang kurang ajar itu sudah mengganggu waktu sarapanku."
"Kau!"
Wah, dia kasar lagi!
"Hentikan, Zain!" Wanita di belakangnya terus menahannya.
"Erish, Hawk, ayo kita mulai pekerjaan pertama kita."
"Baik, Alissa."
Mampu menghancurkan pelindung sihir Erish, party pahlawan memang sungguh sesuatu.
Kami meninggalkan Party Pahlawan itu dan menuju ke Guild Petualang untuk menjalankan quest.
-----------------------
Guild Petualang.
"Kurasa ini cocok untuk kita." Aku segera mengambil selembar kertas secara acak dan membawanya ke meja resepsionis.
"Baiklah, ini quest pertama kalian, quest rank B, mengalahkan kawanan ogre yang menyerang Desa Sige di wilayah hutan bagian timur. Hadiah sepuluh koin emas akan diberikan jika telah menyelesaikan quest, jika kalian membawa potongan tubuh dari monster, itu bisa dijual di sini." Resepsionis menjelaskan quest pada kami.
"Apa mereka tidak menjatuhkan kristal dari tubuh mereka?" tanyaku.
"Kristal? Aku tak pernah mendengar monster menjatuhkan sebuah kristal," jawab resepsionis.
Heh? Ternyata beda.
"B-begitu, ya, baiklah, kami akan menjalankan quest ini."
"Hati-hati di jalan."
Ogre, ya? Di Magic Infinity, ogre hanyalah monster kelas menengah, mungkin ogre di sini akan sedikit berbeda dengan yang ada di game.
"A-alissa, apa yang dimaksud dengan monster yang menjatuhkan kristal?" tanya Erish yang tampak penasaran.
"Oh ... tidak ada. Lupakanlah."
A. Kegelisahan Pahlawan
"Makia, fokuslah!"
Party Pahlawan sedang berusaha untuk menyembuhkan Lucas yang kehilangan banyak Mana. Makia yang merupakan healer menggunakan sihir suci untuk mengirim Mana ke Lucas.
"Makia, itu berhasil!" teriak Yulia.
"Kondisinya sudah mulai membaik. Tapi, dia tetap tidak bisa bergerak untuk sementara," ucap Makia yang terlihat lelah.
"Ah, sial! Aku sudah bilang untuk tidak mendekati mereka." Andrew mengusap keringat di wajahnya.
"Andrew, tenanglah." Pahlawan memegang pundak rekannya itu agar dia tenang.
"Yulia, apa kau tahu sihir apa yang digunakan oleh wanita itu?" tanya Alex.
"A-a-aku tidak tahu, tapi, saat dia memakai sihir itu, rasanya aku akan mati jika bergerak."
"Apa dia iblis yang menyamar?" tanya Alex.
"Tidak, dia sepertinya tidak memiliki hubungan dengan Iblis." jawab Pahlawan.
"Apa maksudmu, Zain?"
"Tidak ada orang dari Ras Iblis yang sekuat itu dan dia juga sama sekali tak terpengaruh dengan aura penuh Pahlawan yang kuarahkan padanya. Umumnya, para iblis akan bereaksi jika aku menggunakannya, tapi dia tak menunjukkan ketertarikannya apa pun."
"Sebaiknya kita tidak berhubungan dengan mereka." Andrew kembali menunjukan kekhawatirannya.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 284 Episodes
Comments
Rozemayne
bagus
2023-03-17
0
CHEESE CAKE.
Naka Naka
2022-04-11
1
Kanna-Havart
semakin menarik bang sejauh ini
2021-12-30
2