Tringgg ...
Suara bel mulai berbunyi, jam istirahat yang dinanti-nantikan oleh seorang gadis pun telah tiba. Gadis itu mulai tersenyum sumringah sambil menatap sebatang coklat yang dibuat khusus olehnya sendiri untuk seseorang. Seseorang yang dari dulu maupun sekarang sangat spesial bagi dirinya bahkan kehidupannya selama ini.
"Semoga Kak Alga menyukai coklatnya." Ucap seorang gadis berparas putih, yang selalu memakai bandana pink menghias di kepalanya. Sebut saja nama panggilannya Asa!
Yah ... dia adalah Asalina Hyena. Sang pemeran utama wanita di cerita antik ini.
Langkah Asa yang mulai berhenti di depan kedua lelaki remaja di hadapannya. Dirinya mulai menundukkan kepalanya sambil memberikan sebatang coklat yang sedari-tadi di dalam genggamannya. Salah satu lelaki remaja yang memiliki mata coklat tua dengan pandangannya yang datar mengenai tingkah gadis di hadapannya. Dirinya tersenyum kecil dan menerima pemberian coklat buatan Asa.
"Gua terima pemberian lu kali ini."
Asa yang mendengar suara yang sangat familiar di kedua daun telinganya. Dirinya mulai mendongakkan kepalanya dan tersenyum lebar ke arah lelaki remaja di hadapannya, yaitu, Algasa Adistia Renanda.
"Tapi lu jangan senang dulu, kalau buatan lu bukan selera gua. Maka gua minta ke lu untuk berhenti mengirim begitu banyaknya makanan di bawah meja gua maupun ke rumah gua kedepannya nanti." jelasnya.
Asa menganggukkan kepalanya. "Kakak tenang aja, Asa tidak akan pernah berhenti untuk berusaha membuat coklat yang terbaik buat Kakak."
Alga yang mendengar lontaran gadis di hadapannya. Dirinya mulai melanjutkan langkahnya kembali ke arah kantin bersama dengan kawannya, BomBom.
"Ini buat lu, Bom."
"Serius?"
"Yah, gua serius."
"Bukannya barusan lu terima coklat ini? Seharusnya lu memakannya, supaya lu tahu dan bisa menilai rasa coklat yang dibuat olehnya. Bagaimana lu bisa menilai rasa coklatnya itu selera lu atau kagak, kalau lu aja sama sekali tidak mencobanya sedikitpun?" tanya BomBom heran.
"Gua hanya menerima pemberian dia kali ini. Bukan untuk mencoba dan menyicipinya sampai habis." jelas Alga.
BomBom mangut-mangut mengerti. "Jadi maksud lu? Lu akan tetap memberi komentar tentang coklatnya walaupun tanpa lu memakannya sedikitpun?" tanya BomBom lagi.
"So true! And after that I will be free from him."
"Parah lu, Ga! Sama aja lu menghancurkan semua pengorbanan besar yang dia lakukan ke lu selama ini."
"Gua nggak pernah mengharapkan itu semua dari dia. Dia ganggu kehidupan damai gua, maka gua akan membuat kehidupan dia bagaikan sebuah neraka."
"Itu bukan mengganggu namanya, Alga! Lu tahu perjuangan, kan? Nah, itu gadis sedang berjuang untuk mendapatkan perasaan lu untuk luluh ke dia." jelas BomBom gemas.
"Struggling? It's all his bullshit."
"Terserah lu, Ga! Gua capek sama sikap dan sifat batu lu." BomBom pun mulai melangkahkan kedua kakinya dengan sangat besar dan meninggalkan Alga seorang diri bersama dengan keras kepalanya.
Alga pun melangkahkan kedua kakinya mendekati tiang pembatas sambil meletakkan tangannya di tiang tersebut. Dirinya menatap langit yang sedang menerangi seluruh dunia dengan kehangatan yang diberikan oleh sang Surya, Matahari.
"Gua pun juga bingung, gua kira selama 6 bulan gadis itu memperjuangkan gua. Mungkin perasaan gua ke dia tidak pernah berubah, yaitu, gua akan selalu tetap menunggu kehadiran seorang gadis yang akan selalu gua tunggu selama ini. Tapi ternyata, perasaan gua ke gadis itu mulai berubah dan gua pun nggak tahu seperti apa perasaan gua ini untuk dirinya." Gumam Alga dengan helaan nafasnya.
"Mungkin cara gua memang sangat keterlaluan sebagai seorang lelaki sejati ke dia. Tapi dengan cara ini juga, gua bisa menjaga perasaan gua hanya untuknya seorang saja sampai kapanpun itu." Gumam Alga sekali lagi yang mulai menyusul para sahabatnya ke kantin.
'Mungkin aku tahu, dari dulu maupun sekarang perasaanmu masih ada dirinya. Karena aku yakin ... selama tujuh tahun aku menyukaimu, menunggumu, dan sampai sekarang aku memperjuangkan dirimu. Cepat atau lambat dirimu pasti akan menyukai dan membalas semua perasaanku juga.'
...💘ALGASA💘...
Perpustakaan yang terlihat sangat sunyi, tidak ada kehadiran mahluk hidup di dalam ruangan yang saat ini dirinya berdiri dan berada. Yah, Asa saat ini sedang mencari beberapa buku fisika yang disuruh oleh Bu Yati, guru fisika favoritnya.
Mungkin, Asa memang tidak akan heran lagi tentang ruangan Perpustakaan yang begitu banyaknya sebuah buku yang ingin kita cari pasti akan ditemukan. Karena tempat ini memang selalu sunyi, sekali ramai paling untuk para siswa-siswi berandalan untuk bolos disaat jam pelajaran dilaksanakan dan ada juga yang numpang untuk tidur siang.
Kini tinggal satu buku yang berada ditempat paling tinggi jauh dari jangkauannya. Helaan nafas mulai terdengar berat di ruangan tersebut, berulang kali dirinya mencoba menggunakan bangku untuk menambah tinggi badannya, itu semua sama sekali tidak ada hasilnya. Apalah dayanya yang mempunyai bentuk tubuh mungil dan pendek, itulah ciri khas seorang Asalina Hyena yang dimiliki olehnya dari lahir.
"Lagian orang kalau letakin buku itu jangan terlalu tinggi banget napa! Apa alasannya coba meletakkan buku paling atas banget kek gitu? Biar nggak ada yang nyolongin bukunya? Dan lagipula—" gumam Asa yang mulai terpotong oleh suara berat di belakangnya.
"Ini itu tempat perpustakaan! Apa lu nggak tahu setiap peraturan ruangan apa? Otomatis peraturan yang sering dipakai, yaitu, dilarang berisik! Dan suara lu sudah mengganggu waktu tidur siang gua." ketusnya.
Asa yang mendengar suara yang sangat familiar di kedua daun telinganya. Dirinya mulai mendengus sebal, jujur, ketika dirinya bertemu dengan lelaki remaja di belakangnya saat ini. Pasti itu akan menjadi sebuah drama antara Tom And Jerry. Begitulah menurutnya, karena lelaki di hadapannya sekali berkata pasti akan seperti sebuah pidato yang sangat panjang. Sebut saja namanya Putra Perquelino Rachelan, dirinya adalah salah satu sahabat lelaki yang saat ini Asa perjuangkan. Alga.
Asa pun hanya memberikan cengiran kuda dengan bodohnya. "Kebetulan Kak Putra ada disini, Asa boleh minta tolong ambil buku fisika di atas sana? Soalnya Asa nggak ada waktu lagi untuk bersantai-santai." jelasnya.
Putra yang melihat arah pandangan Asa. Dirinya mulai menatap ke arah Asa kembali dari atas sampai ke bawah dengan sangat terintimidasi. Sedangkan Asa yang diperlakukan seperti itu, itu mampu membuatnya sangat risih dan canggung atas pandangan yang Putra berikan kepadanya sangat aneh.
"Kak Putra kenapa ngeliatin Asa kek gitu? Ada yang salahkah sama Asa?"
"Iya, ada yang aneh sama lu, Sa."
Asa pun mulai mengernyitkan keningnya. "Oh, yah? Apa ada yang kotor di wajah Asa? Di bagian mana Kak yang kotor?" tanyanya.
"Bukan itu masalahnya, Sa."
"Terus? Kenapa Kak Putra ngeliatin Asa kek gitu?"
"Gua hanya heran aja, pantesan Alga nggak pernah menyukai maupun membalas semua perjuangan lu selama 6 bulan terakhir ini?"
Asa pun semakin mengernyitkan keningnya lagi dengan heran. "Maksudnya Kak Putra apa sih? Kalau mau ngomong itu jangan basa-basi kalau sama Asa, karena Asa nggak akan mengerti." jelasnya.
"Lu bukan nggak ngerti, Sa. Tapi lu bukan orang yang peka, kalau lu peka terhadap perasaan seseorang. Gua yakin, lu pasti akan tahu siapa yang menyukai lu selama ini. Tapi nggak apa-apa juga sih kalau lu nggak peka, bukan urusan gua ini."
Putra pun mulai mengambil alih buku yang berada tepat di belakang Asa saat ini. Dengan jarak yang tidak dapat untuk terhitung lagi, karena jarak di antara mereka berdua sangat terlalu dekat. Sampai-sampai Asa dapat mendengar detak jantung Putra dan Putra dapat mendengar hembusan nafas tidak karuan dari Asa. Bahkan tanpa Asa sadari, sebuah tatapan mata mulai menatap setiap inci wajahnya dengan sangat dekat dari samping, dan dia pun tersenyum kecil tanpa dirinya sadari.
"Nih, buku yang lu butuhkan? Makanya jadi orang itu jangan kek kurcaci. Pendek." ejek Putra.
Asa hanya mendengus sebal dan menatap instens Putra dengan tajam. "Asa nggak akan marah sama Kak Putra—" sekali lagi perkataan Asa terpotong lagi oleh lelaki di hadapannya.
"Tentu saja, malah lu harus berterimakasih sama gua. Bahkan, semua perkataan gua juga nggak ada yang salah sama sekali. Bukannya lu itu memang gadis pendek yang selalu memakai bandana pink di kepala lu." Ujar Putra dengan muka yang paling bikin orang kesel.
"Kak Putra! Bisa nggak sih, jangan bikin orang kesel mulu! Jadi cowok itu harusnya lembut sedikit kek sama perempuan, tapi ini malah bikin harga diri seorang gadis jatuh seketika!" jelasnya.
Putra tersenyum kecil. "Bukannya harga diri lu sudah jatuh dari dulu, yah? Sejak tekad lu itu untuk memperjuangkan Alga selama 6 bulan lu dipermalukan olehnya di depan umum. Dan sekarang lu ingin membahas harga diri lu di hadapan gua, hah? Lu lagi ngelawak sama gua, Sa?" sindir Putra.
Asa tersenyum kecil. "Asa tahu itu kok, lagipula itu semua juga nggak ada urusannya sama Kak Putra, kan? Kecuali kalau Kak Putra memang memiliki sebuah perasaan ke Asa saat ini." tanya Asa.
"Dan sekarang gua tanya sama lu, kalau gua memang suka sama lu, apa lu juga akan menyukai gua?"
Asa pun menggelengkan kepalanya.
Putra tersenyum sinis. "Gua tahu itu! Dan lu tenang aja, gua sangat membenci seseorang yang tidak pernah menghargai dirinya sendiri seperti lu. Jadi lu jangan mengungkit harga diri di depan gua, daripada lu dipermalukan atas kesalahan diri sendiri." Putra pun mulai menatap ke arah lain dan menghela nafasnya dengan berat.
"Gua itu sudah bantuin lu, dan lu sama sekali tidak ada kata untuk berterimakasih kepada seseorang yang sudah menolong lu." sindirnya kembali.
"Jika Kak Putra memang ingin Asa terimakasih ke Kakak. Asa memang ingin bilang itu kok, tapi Kak Putra malah menjelekkan Asa dan menguji kesabaran Asa." lirihnya.
"Bukannya sabar lu itu unlimited, yah? Karena yang gua lihat selama ini, setiap Alga memperlakukan lu seperti itu, lu selalu saja memperjuangkan dirinya dan tidak menggubris semua perkataannya."
"Dan sekarang gua yang cuman menyindir lu secara fakta dan kenyataan! Lu malah baper?"
Asa pun menghela nafasnya dengan berat. "Makasih Kak. Kalau begitu Asa permisi dulu, yah?" Asa pun mulai meninggalkan Putra seorang diri dan Putra hanya bisa menatap kepergian Asa dari pandangannya.
'Gua tahu, semua perkataan gua barusan memang menyakitkan untuk lu. Tapi gua lakuin semua ini juga buat kebaikan dan kebahagiaan lu sendiri, Sa.'
...💘VISUAL TOKOH DI PART INI💘...
...💘NEXT PART ALGASA💘...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Siti Mujimah
asa jangan putus asa y..tp lebih baik di perjuangkan drpd memperjuangkan itu slogan untuk para cewek... karena akan banyak kesakitan kalau hanya kita yg berjuang untuk cinta.. bulsyit kata orang tua yg ud pernah muda😍😘😎
2023-02-18
0
bunda Mutiyaa Ajaha
hmpir mirip mariposa..cuma ngsih asumsi aja ya kk
2021-09-24
2
Prasety Aurora_
hhhh...
iya ka author benar sekali , saya memang tidak akan paham degan namanya cinta, karena saya blm pernah ada pada posisi ini 😊☺️😂
.terimakasih atas gambaran akan arti cinta ini😊
2021-09-23
2