Setelah menunggu sekitar 15 menit, akhirnya Angkasa mengerjapkan matanya.
Dokter Sian langsung melihat pada asistennya supaya mereka siaga jika saja Angkasa bangun dan langsung menyerang mereka.
"Saya Siap Dok!" Jawab asisten itu dengan jantung berdegup kencang sambil memegang baki dengan erat.
Sementara Angkasa yang membuka matanya, langsung melihat dokter sebagai orang yang telah menyakitinya.
"Kau,," Angkasa menghentikan ucapannya ketika tiba-tiba saja dirinya kepikiran akan Leora.
"Leora?" Tanyanya memastikan apakah gadis yang ia lihat adalah Leora atau Liona.
"Aku Leora," jawab Sian membuat pria itu mematung di tempatnya.
"Sadarlah, aku membutuhkan bantuanmu." Lagi kata dokter Sian membuat Angkasa kembali memegangi kepalanya yang mulai berdenging.
Ingatan saat ia melihat Leora berlari ke tengah jalan lalu disambar oleh motor dan kecelakaan beruntun terjadi. Kebakaran yang hebat di ingatannya membuat kepalanya semakin terasa sakit.
"Akkhh!!!" Jeritnya Angkasa sambil memegang kuat kepalanya.
"Dok," ucap asisten Sian yang sudah mengeluarkan sebuah spuit berisi obat penenang.
"Tahan dulu." Ucap Sian mengamati reaksi Angkasa.
"Leora sedang ada di rumah sakit, dia mencarimu." Lagi kata Dokter Sian pada Angkasa.
"Leora?" Ucap pria yang masih bergelut dengan rasa sakit di kepalanya.
"Pikirkan saat kau pernah melihat Leora tersenyum padamu. Kapan itu?" Tanya Dokter Sian.
Mendengar pertanyaan Dokter Sian, Angkasa langsung memikirkan saat pertama kali ia pergi ke rumah Liona dan melihat Leora sedang bergurau dengan kakeknya.
Leora tersenyum padanya sambil berkata "Kau temannya Liona? Ini untukmu!" Leora melemparkan sebuah permen coklat.
"12 Mei 2020" jawab Angkasa.
"Bagus, sekarang Gadis itu adalah istrimu. Dia sedang berada di rumah sakit dan membutuhkan pertolonganmu.
Maukah kau pergi kesana dan membantunya?" Lagi tanya Sian.
Sakit kepala angkasa mulai hilang secara perlahan, lalu pria itu menjadi lebih tenang.
...
Anggara memandangi Angkasa yang sudah duduk di dalam mobil.
Sungguh di luar dugaannya bahwa Angkasa akan bangun dengan tenang dan mau membuang waktunya untuk pergi ke rumah sakit untuk menyelamatkan Leora.
"Percepat mobilnya." Perintah Anggara pada sopir.
Sementara Angkasa duduk di tempatnya sambil memandangi tangannya yang telah di balut.
'Aku melukai tanganku lagi. Apa suatu saat semua orang akan tahu kalau aku memiliki pribadi lain yang penuh dengan dendam?
Saking dalamnya dendam itu hingga mampu melukai tubuhku sendiri.
Dan gadis itu, Leora, dia berlari pada kematian karena tidak tahan menghadapiku.
Karena aku sudah menyiksanya dan tidak memberinya kesempatan untuk membuktikan ketidakbersalahannya.
Sekarang aku sama dengan Liona yang sudah membuat seseorang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.' Gumam Angkasa mengepalkan tangannya.
"Jangan kepal tanganmu, darahnya akan keluar lagi." Gerutu Anggara menarik tangan Angkasa dan mengganti perban yang sudah berlumuran darah.
Akhirnya mobil mereka tiba di rumah sakit. Mereka memasuki jalur VIP dan langsung bertemu dokter untuk menandatangani surat persetujuan untuk operasi Leora.
"Dok, ini fotonya yang sebelumnya." Ucap Anggara menyerahkan foto Leora pada dokter.
Dokter itu mengambil foto Leora dan melihat gadis cantik di selembar kertas itu "Sebenarnya, pada kasus yang ringan, wajah pasien masih bisa kembali seperti semula.
Tapi untuk kasus yang dialami oleh Nyonya, kemungkinan besar akan ada sedikit perbedaan ataupun cacat di beberapa bagian wajahnya."
"Berapa persen kemungkinannya?" Tanya Angkasa.
"65%." Jawab sang dokter.
"Kalau begitu Anda harus mempertaruhkan nyawa anda di 35%." Ucap Angkasa.
"35% bukanlah kemungkinan wajah Nyonya untuk kembali seperti semula. 5% untuk kembali seperti semula tanpa adanya cacat. 10% untuk kembali seperti semula dengan beberapa cacat, dan 20% hasilnya akan mulus tapi dengan wajah yang tidak mirip dengan aslinya." Ucap Dokter.
Angkasa terdiam sesaat sebelum menjawab "20%." Katanya.
"Baik, kalau begitu, silakan tandatangani berkas yang akan diberikan oleh pihak administrasi." Kata dokter itu lalu pergi meninggalkan Angkasa dan Anggara sebelum digantikan oleh pihak administrasi untuk menandatangani surat persetujuan.
Setelah penandatanganan, Anggara dan Angkasa ditinggalkan berdua di dalam ruang tunggu VIP.
"Keluarga Leora sedang menunggu di ruang VIP. Apa kau akan menemuinya?" Tanya Anggara.
"Ya," jawab Angkasa membuat Anggara langsung berdiri mengambil sebuah kantong yang berisi pakaian penyamaran Angkasa.
Angkasa langsung mengganti pakaiannya lalu ia berjalan ke ruangan di mana keluarga Leora sudah menunggu.
"Kau datang juga?! Dari mana saja kau? Istrimu baru saja kecelakaan dan kau menghilang begitu saja?" Kata Bambang saat melihat menantunya baru saja tiba.
"Maaf ayah, aku pergi untuk mengurus pinjaman uang." Jawab Angkasa.
Bambang menghela nafas sebelum berkata "Duduklah, wajahmu terlihat pucat."
'Senangnya, bahkan uang untuk membayar rumah sakit saja mereka tidak punya. Leora benar-benar hidup dalam penderitaan, semangat kakakku Leora, dan kakak iparku Angkasa!' Gumam Liona dalam hati.
"Apa kau Sudah menandatangani surat persetujuan?" Tanya Bambang dengan emosi yang sudah terkontrol.
"Sudah, Dokter bilang mereka akan melakukan yang terbaik. Tapi wajahnya tidak akan kembali seperti semula." Ucap Angkasa sambil tertunduk.
'Wasse!!! Kabar yang sangat bagus!' Lagi Seru Liona dalam hati 'Mulai sekarang, aku tidak perlu takut lagi kalau Leora akan kembali merebut identitasnya. Sekarang wajahnya sudah berubah, tapi akan lebih bagus kalau wajahnya bisa rusak permanen.
Oh,, atau mungkin dokter melakukan kesalahan dalam ruang operasi dan akhirnya,, nyawanya tidak bisa diselamatkan!' Liona tersenyum.
"Tidak masalah, kau sudah melakukan yang terbaik." Ucap Bambang menghela nafas.
"Tapi, mengapa tanganmu terluka?" Tanya Luna yang sedari tadi sudah melirik ke arah tangan Angkasa.
"Aku jatuh." Jawab Angkasa.
Keheningan terjadi di ruangan itu dengan semua orang sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Angkasa meskipun hanya duduk sambil tertunduk, tapi dalam hatinya ia merasa jijik harus satu ruangan dengan keluarga itu.
Apalagi saat itu, Angkasa duduk di sofa yang sama dengan Liona. Namun ia berusaha menahannya.
"Adik ipar, kau harus berjuang keras untuk mencari biaya pengobatan adikku. Dia adalah perempuan dari keluarga terhormat, Aku tidak mau dia dirawat di bangsal, harus VIP." Kata Liona secara tiba-tiba.
"Aku akan mengusahakannya." Jawab Angkasa tanpa memandang ke arah Liona.
'Bagus, akan sangat bagus kalau suami Leora terlilit oleh utang. Dengan begitu, Angkasa akan semakin memperlakukan Leora dengan buruk.
Jadi kakak akan terus menderita seumur hidupnya. Itu lebih baik daripada dia mati dengan mudah.' gumam Liona sembari menyengir di tempatnya.
Sementara Luna yang sedari tadi mengamati ekspresi Liona. 'Gadis ini, aku mengenalnya sebagai gadis yang sangat baik.
Apa dia sudah berubah? Saat ini adiknya sedang berada dalam kondisi kritis tapi dari wajahnya sama sekali tidak terpancar rasa prihatin. Sepertinya aku harus hati-hati padanya.' Pikir Luna.
Buat pembaca baru, apa lagi yang baru donlod aplikasi karena liat promo otor di FB, karya ini memang belum tamat, jadi jangan tanya kelanjutannya mana?
Cukup klik tombol Favorit berlogo ❤️ supaya setiap novel ini up, kalian mendapat notifikasi dan menjadi orang pertama yang membaca bab terbaru.
Sekali lagi tekan tombol Favorit berlogo❤️
Tombol di atas di ubah jadi seperti di bawah ini....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments
Nich Aj
Sabar ya angkasa tunggu leora sembuh. Pasti dia gak akan marah kok. leora mah baik
2022-04-22
0
Yoni Asih
akhirnya q tau alur jln cerita ini,petama baca sempat emosi ma thor tp setelah bc samapi bab ini akhirnya paham
2021-12-19
1
Yulvita Darnel
biasanya orang kembar akan saling melindungi, ini apa yang terjadi pada lioni, kok jahat ya 👿👿👿
2021-11-23
0