Bagian 5

Nesa tertunduk lesu dengan air mata mengalir, meremas kertas struk hotel itu dengan kuat, ia bisa terima dengan semua sikap Alan, ia posesif, kasar, dan otoriter—tapi tidak kali ini. Ia telah menodai sucinya pernikahannya dengan Nesa, wanita itu tidak bisa menerima. Ia diduakan dengan wanita yang tak terbayang sebelumnya, yang tidur dengan berapa banyak laki-laki. Ia benar-benar sakit kali ini, dan tidak bisa tahan lagi dengan semua perlakuan Alan kepadanya. Cinta itu telah lama hilang, dan kini rasa hormat Nesa juga ikut sirna.

Meskipun ia sangat marah, Nesa tetap menyiapkan sarapan untuk suaminya, tentu dengan hati yang juga sudah hancur. Ia bagai manusia tanpa nyawa, dan tidak ingin percaya dengan siapapun kali ini.

Pukul tujuh lebih tiga puluh, Alan bangun—dan seperti biasa. Ribi sudah sekolah, dan istrinya juga sudah ada di dapur. Alan menatap istrinya sejenak, lalu duduk di kursi, sembari menyeruput kopi yang sudah mulai tidak hangat lagi. 

"Kopi apa ini? Sudah nggak panas. Ganti!" perintahnya dengan nada super tinggi. Dengan pandangan kosong, bak mayat hidup. Nesa menghampiri suaminya, mengambil cangkir kopi itu dan menggantinya dengan yang baru. Nesa sama sekali tidak menatap wajah Alan, karena benar-benar sudah merasa jijik.

Tak lama ia kembali meletakkan secangkir kopi hitam dengan gula dua sendok teh dengan arah putaran adukan ke kanan tujuh kali sesuai interuksi dari suaminya. Sejak tadi ia tidak berucap apapun hingga membuat Alan merasa aneh.

"Kamu kenapa?" 

Nesa hanya bergeming, menolak berkomentar, menghentikan sejenak mengiris sayurannya, lalu melanjutkannya kembali tanpa mengucapkan sepatah kata apapun. Namun bukannya bertanya perihal mengapa istrinya terdiam, Alan malah pergi masuk kamar mandi dan bersiap untuk pergi ke kantor. Hati Nesa semakin sakit saat ini, ia memotong-motong sayuran dengan berderai air mata, hingga tidak sengaja tangannya teriris. Ia tampak meringis kesakitan lalu menyambar tisu yang berada di atas meja makan. Alan yang tiba-tiba keluar kamar mendapati darah yang sudah berceceran di atas lantai berwarna putih tampak bergidik ngeri. Lalu memekik keras, " Darah apa ini, Nes?!" 

Nesa langsung menatap suaminya, dengan masih meringis kesakitan.

"Darahku!" sahutnya, dingin.

"Obati lukamu, kalau kehabisan darah, nanti kamu mati!" gerutunya, lalu menyambar kopi yang tadi terletak di atas meja dan menyeruputnya. "Aku nggak sarapan di rumah, mual aku lihat darahmu!" dengusnya kesal.

Tangan Nesa bergetar, ingin rasanya ia melempar apapun yang ada di hadapannya kepada suaminya, namun ia tidak cukup kekuatan untuk itu, nyalinya selalu ciut saat berhadapan dengan Alan, seolah ia memang dipaksa tunduk dengan suaminya dengan cara apapun. Saat Alan telah pergi, Nesa langsung mengambil kotak P3K dan mulai membalut lukanya.

Setelah selesai membalut luka di tangannya, Nesa langsung berjalan menuju kamar, mengambil koper bersar berwarna hitam yang biasa ia letakkan di atas almari, kemudia membukanya, memasukan semua pakaiannya, dan setelahnya ia berjalan menuju kamar Ribi, semua baju gadis kecil itupun juga ia masukkan ke dalam koper besar. Ia berkacak pinggang setelah selesai, dan bertekat untuk pergi dari rumah yang telah tujuh tahun ia tempati.

Hingga pukul sepuluh, saatnya ia menjemput buah hatinya untuk pulang dari sekolah, dan berniat mencabut berkas putrinya untuk segera pindah dari Sekolah Taman Kanak-kanak di mana Ribi selama ini menimba ilmu.

Setelah semua beres, dan mengumpulkan keberanian, Nesa akan pergi kembali ke kota di mana ia dilahirkan. Dan melayangkan gugatan cerai pada Alan.

"Ribi ... kangen sama kakung dan Uti, nggak?" tanya Nesa, ketika putrinya tengah asyik memakan jajanan yang belum sempat ia habiskan di sekolah.

"Iya ... kita mau ke Semarang ya, bu?"

Nesa mengangguk, pelan. Lalu mengambil tas dan koper, dan menggandeng putrinya keluar dari rumah itu, sejenak Nesa menghadap ke kediamannya lalu ia mamantapkan hati untuk pergi dari rumah yang tidak pernah hangat untuknya.

Terpopuler

Comments

Tri Widayanti

Tri Widayanti

Nahhh gitu,jangan lemah trs

2022-08-15

0

Yunia Afida

Yunia Afida

semoga ada yang nolong nesaa

2022-08-01

0

Sandi Pelangi

Sandi Pelangi

weyu kdrt judulnya dong penulis kaga bisa sembarang judul lahh

2022-03-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!