Bagian 3
Selesai sudah Ribi berbelanja jajanan yang ia suka, dengan lucu dan polosnya ia berlari hingga tidak tahu ada batu cukup besar menghalangi langkahnya dan membuatnya terpelanting dan jatuh, lutut gadis kecil itu lecet dan mengeluarkan darah, karena perih Ribi menangis luar biasa kencang membuat Nesa kebingungan. Ia menggendong sang putri dan menyambar platik putih berisi jajanan yang tadi Ribi beli.
"Ibu obati di rumah ya, Nak. Ribi diem, cup ... cup ...." ucapnya menenangkan sang putri. Ia cepat-cepat menaruh putrinya di belakang, lalu menyalakan motor agar segera sampai ke rumah.
Sesampainya di rumah, benar saja. Ribi masih tetap menangis dengan kencang karena luka yang ia rasakan di lututnya. Nesa menggendong sang putri untuk masuk ke dalam rumah. Dan meletakkan tubuh mungil itu di kursi tamu, ia berlari ke dalam kamar guna mengambil kotak P3K. Dengan cepat Nesa mengobati luka putrinya agar ia tenang dan tidak menangis lagi. Setelah Ribi lelah dengan tangisannya gadis kecil dengan rambut di kepang dua itu tampak terlelap tidur dengan—masih memakai seragam. Kini Nesa membopong tubuh kecil itu yang hanya seberat lima belas kilogram masuk ke dalam kamarnya dan membiarkannya istirahat.
Tiba-tiba ponselnya berdering mengagetkan Nesa yang masih sedikit panik. Nama suaminya terpampang jelas di layar ponsel Nesa, cepat-cepat ia menggeser layar ponselnya dan menjawab panggilan itu.
"Halo ...."
"Lama banget sih, angkatnya? Kamu ngapain aja?!" ujar Alan dengan mendengus kesal.
"A–aku lagi ngurus Ribi, Mas. Barusan dia jatuh," jelas Nesa terbata.
"Jatuh? Kok bisa?! Mata kamu kemana? Jaga anak satu aja nggak becus kamu!" ucap Alan setengah membentak.
"Maaf, Mas."
"Jangan minta maaf ke aku! Minta maaf ke Ribi sana!" Alan menutup panggilannya.
Seketika Nesa bersandar di dinding, saat mendengar kata-kata Alan yang memang tidak pernah lembut kepadanya.Ia bisa lima sampai sepuluh kali telepon dalam sehari hanya untuk memastikan apakah Nesa berada di rumah atau tidak. Batin Nesa memang tersiksa, tapi ia mencoba kuat saat ia menatap kembali anaknya yang masih butuh sosok seorang ayah.
***
Sore harinya saat Alan pulang dari kantor, mendengar deru suara motor ayahnya. Ribi langsung berhambur keluar dan langsung meminta gendong kepada ayahnya.
"Ayah ...."
Alan menangkap tubuh putrinya dan langsung membopongnya.
"Ah ... putri Ana sudah besar, berat nih," keluhnya pada putri semata wayangnya.
"Loh ... kok Ana! Ribi tu Ratu Elsa!" hardik Ribi dengan mulut manyunnya.
"Loh ... udah ganti lagi, ya?" tanya Alan lembut, lalu mengecup pipi sang putri, dan menurunkannya. Ia menyerahkan tas yang ia bawa kepada sang istri.
"Nanti aku mau pergi main ke rumah teman!" pungkasnya, tanpa menatap istrinya yang sedang mencium tangannya.
Nesa hanya terdiam dan memeluk tas hitam milik Alan, kemudian masuk untuk membuatkan kopi. Kali ini ia harus hati-hati karena takut jika lemparan gelas yang seperti tadi pagi Alan lakukan akan dilihat oleh Ribi.
Alan langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri, dan meninggalkan begitu saja ponselnya di atas meja makan.
Saat Alan sedang mandi, ponselnya menyala. Ia sekilas melihat pesan dari teman Alan yang bernama Hendra, ia juga teman sekantor suaminya dan sesama anggota club motor gede. Jadi Nesa pikir mungkin mereka akan kumpul untuk membicarakan tentang touring. Tapi ada yang aneh dengan isi pesan.
(Lan, aku tunggu di hotel Indah Alam, ya)
Nesa sedikit mengerutkan kening, kenapa pertemuannya di hotel? Biasanya di basecame mereka. Tapi Nesa belum berpikir macam-macam. Ia tetap positiv thinking. Tiba-tiba Alan keluar, membuat Nesa hampir terjingkat kaget, lelaki itu menyambar ponselnya dan menatap melotot ke arah istrinya.
"Kenapa kamu lihat-lihat?!" tanyanya dengan nada ketus.
Nesa hanya menggelengkan kepala, lalu menyajikan kopi yang ia buat tadi untuk suaminya. Saat Alan menyeruput kopi hitam itu, tiba-tiba ia berdesis pelan, "Kopi apa ini? Lebih enak buatan warung dari pada buatan tanganmu yang nggak becus itu!" Alan meletakkan kopi itu dengan begitu kasar. Membuat kedua kaki Nesa lemas, ketika ia dibandingkan dengan mbak-mbak penjual kopi warung.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Tri Widayanti
Ya Allah laki laki mulutnya pedas bgt
2022-08-15
0
Rizky Ariyani
aaa knpa jahat skaliii
2022-07-17
0
ᖇꫀᖇꫀ𝐄 📴
punya suami model alan gini auto udh lambaikan tangan ke kamera(nyeraahh🤭)
2022-07-16
0