Di sekolah Nisa, mayoritas siswa beragama Islam. Makanya setiap tahun diadakan maulid Nabi. Tahun ini, maulid akan dilaksanakan pekan depan.
Seperti maulid kemarin, Nisa selalu turut berpartisipasi sebagai pelaksana.
Kali ketiga, ibu Darna menunjuk Nisa untuk menjadi saritilawah di acara maulid nanti.
Lagi- lagi Nisa harus berurusan dengan pak Ayyas. Ya, bu Darna menyuruhnya untuk berlatih ke pak Ayyas.
Bu Darna tak bisa melatih Nisa lagi. Ia terlalu sibuk mengurus anaknya yang masih kecil-kecil. Kasihan kalau harus dirawat pembantu setiap saat.
Setiap hari setelah pulang sekolah, Nisa dan Juliana yang telah diamanahkan menjadi qari’ah untuk acara maulid mendatangi pak Ayyas di mushallah untuk dilatih.
Saat latihan, pak Ayyas sangat jarang mengomentari Juliana. Sementara Nisa ditegurnya habis-habisan.
Sangat jauh berbeda dengan tahun kemarin saat bu Darna yang melatih siswa. Bu Darna selalu saja melontarkan pujian untuk Nisa. Nisa merasa ada kesenjangan antara dia dan Juliana.
Hingga pada suatu hari Nisa merasa sangat muak dengan sikap pak Ayyas. Rasa muak itu membuatnya malas ikut latihan.
"Hari ini harus latihan lagi, malas banget dah ikut latihan. Si Bear kerjaannya komen muluk. Mana komennya pedes-pedes semua lagi. Huhhh, enaknya di Juliana doang. Tiap hari ketemu sama bapak idolanya itu,” keluh Nisa sembari menyusul Juliana yang sedari tadi telah berjalan duluan menuju mushallah.
Latihan kali ini benar-benar membuat Nisa sakit hati, pak Ayyas tetap saja menegurnya. Kata-kata lelaki bertubuh jangkung itu kali ini bahkan jauh lebih sadis dari yang kemarin-kemarin.
“Intonasinya jangan dibuat-buat! Menjadi saritilawah itu tidak boleh lebay! Jelek didengar,” katanya begitu santai seolah tak memikirkan perasaan Nisa
Nisa ingin sekali menangis mendengarnya, untung saja dia malu untuk meneteskan air mata di tempat umum. Kebenciannya pada pak Ayyas kian bertambah saja karenanya.
Nisa benar-benar kesal dengan kata-kata pak Ayyas itu. Sepulang latihan di sekolah, di rumah ia juga masih berlatih bersama ibunya. Kekecewaannya seakan menjadi motivasi untuk terus berlatih tanpa mengenal lelah.
“Akan ku tunjukkan kalau aku bisa. Lihat saja kamu Bear. Akan kubuat kamu menyesal telah meremehkanku,” batinnya tiap kali akan berlatih bersama ibunya.
Sepekan berlalu dan acara Maulid pun dilaksanakan. Nisa dan Juliana bersiap-siap untuk tampil. MC telah mempersilahkan mereka berdua untuk naik ke atas panggung.
Juliana membaca Al-Qur’an dengan tartil. Tak kalah bagusnya, Nisa juga membacakan artinya dengan sangat baik berkat latihannya selama sepekan ini bersama ibunya. Maulidnya berlangsung dengan khidmat.
Setelah acara maulid nya selesai, banyak orang yang memuji Nisa. Hanya pak Ayyas saja yang begitu antusias memuji Juliana.
Mereka bilang Nisa itu sangat cocok menjadi saritilawah. Sampai-sampai bu Rohani pelatih MC meminta Nisa saja yang menjadi MC untuk acara-acara berikutnya di sekolah.
Pastinya Nisa tidak akan menolak tawaran itu. Dengan menjadi MC ia bisa membuktikan bahwa ia memang tak seburuk yang pak Ayyas katakan tempo hari.
Ia bahkan jauh lebih baik dari yang pak Ayyas keluhkan. Buktinya di antara banyak siswa Nisa lah yang dipilih untuk menjadi MC berikutnya. Menggantikan Lina yang juga banyak dikagumi karena kelihaiannya saat menjadi MC.
Setelah acara Maulid itu berakhir, Nisa menjadi sangat cuek terhadap pak Ayyas. Sebisa mungkin ia menghindari pak Ayyas. Ia tak mau lagi ikut memeriksa tugas bersama Aida dan Juliana saat pulang sekolah. Ia benar-benar kecewa pada pak Ayyas. Kekecewaan itu ia tunjukkan dengan menjauhinya.
Pak Ayyas merasakan perubahan sikap Nisa terhadapnya. Ia sebenarnya merasa bersalah pada Nisa. Tapi ia enggan meminta maaf. Begitulah kebanyakan lelaki, egonya terlalu tinggi untuk mengakui kesalahan sendiri.
*Jangan lupa tinggalkan jejak kakak
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Isma Aji
semangat 🙏🏻
2021-12-24
1
delissaa
awas Nisa jangan menghindar ntar kangen 😂
2021-11-23
1
asahi
ceritanya bagus thor, semangat selalu
2021-10-12
3