Malam begitu hening, angin pun terus menggoyangkan semua dedaunan yang masih melekat di dahannya. Aisyah duduk terdiam seorang diri di bawah pohon besar di belakang Pendopo. Duduk di salah satu ayunan yang tergantung di dahan dari pohon itu.
Matanya terus menatap langit yang menyuguhkan keindahan di malam yang begitu mempesona, menenangkan hati Aisyah yang tengah merasa gelisah akan kelangsungan semua dari takdir hidup nya.
Aisyah begitu dilema, apa yang harus dia lakukan, apakah dia akan terima begitu saja perjodohan dari Papa nya dan mengorbankan kebahagiaan nya sendiri, atau mungkin dia akan menolak perjodohan itu dan membangkang akan perintah orang tuanya. " aku tidak mau jadi anak durhaka ". lirihnya dengan suara yang tercekat.
Bayangan indah di saat dia masih ada di Kairo kini telah lenyap sudah. Impiannya dan juga harapan nya kini terasa pupus dan tak mungkin mudah untuk kembali tumbuh. Kebahagiaan yang dia gadang-gadang akan terjadi setelah pulang kini semua itu telah sirna.
Aisyah tau, Farel adalah pria yang baik, taat agama, lemah lembut, perhatian dan juga penuh kasih sayang. Tapi semua itu seakan tak bisa di terima oleh Aisyah karena hatinya sudah menjadi milik orang lain.
" Assalamu'alaikum.. "
Aisyah menoleh melihat siapa yang datang ke sana di malam-malam begini., " kak Farel." lirih Aisyah. " Wa-wa'alaikumsalam" jawab Aisyah dengan gugup.
Terlihat Farel mengembangkan senyum nya saat Aisyah menatap nya. Senyum yang tampak malu-malu yang Farel berikan. " boleh aku duduk? " tanya Farel seraya meminta izin.
" Hm " jawab Aisyah. Aisyah kembali menatap langit menghindar dari tatapan mata nya dengan Farel, lebih tepatnya menjaga pandangan nya dari seorang yang bukan mahram nya. Ya,, meskipun pertunangan tinggal menunggu hari saja, namun bagi Aisyah selama belum terucap ikrar ijab qobul jarak itu harus tetap ada.
Farel tampak gugup saat ini, duduk berdua saja dengan Aisyah membuat nya seakan mati kutu. Tapi berbeda dengan Aisyah, dia tampak biasa dan tak ada rasa gugup sama sekali, hanya saat Farel datang tadi lah dia gugup dan sekarang tergantikan dengan rasa canggung saja yang ada.
" kenapa belum tidur? " tanya Farel memecah keheningan malam.
" belum ngantuk " jawab Aisyah datar dan juga sangat cepat.
"hm...? tiga hari lagi kita akan bertunangan, bagaimana pendapat mu? apakah kamu benar-benar menerimanya atau kamu... " ucapan Farel terhenti karena Aisyah lebih dulu menyela nya.
" Semua akan terjadi sebagaimana semestinya. Jika itu memang sudah takdir kita, maka akan terjadi dengan mudah. Namun jika takdir kita berbeda, maka sekeras apapun usaha tidak akan pernah terjadi. " jawab Aisyah.
Farel terdiam. Mencerna akan maksud dari kata yang Aisyah katakan. Semua memang benar, yang akan terjadi adalah sesuai dengan takdir. Tapi kenapa Aisyah mengatakan itu dan menyela kata-kata Farel yang belum usai mengatakan, apakah Aisyah tidak menginginkan itu terjadi?, otak Farel terus berputar-putar mencari jawaban yang dia sendiri tidak bisa temukan.
" Terus, Takdir yang seperti apa yang kamu inginkan? " tanya Farel mencoba menelisik.
" Semua orang pastilah menginginkan takdir yang terbaik, Kak. Entah aku ataupun kakak, semua menginginkan itu." ucapan Aisyah dan terus menatap arah lain meskipun dia tengah berbicara dengan Farel.
" apakah..... kamu menginginkan aku sebagai takdir mu? " tanya Farel.
Aisyah tersentak, dia bisa menjawab apapun tapi bagaimana dengan pertanyaan yang satu ini. Apakah Aisyah akan mengatakan iya dan membohongi Farel, ataukah dia akan mengatakan tidak dan akan melukai hatinya. Aisyah begitu bingung. Dengan keberanian dia menatap sekilas wajah Farel yang tengah menatap nya dan menunggu jawaban dari nya.
" Kita hanya bisa berencana, Kak. dan yang lainnya, Allah yang menentukan. " jawab Aisyah setelah beberapa saat dia terdiam.
" kamu benar " Farel memalingkan wajahnya dari Aisyah dan menatap serta keindahan malam yang menjadi saksi percakapan mereka berdua.
" Saya permisi, Kak. Sudah malam, tidak enak juga kalau ada yang melihat " Aisyah beranjak menatap sekilas wajah Farel yang begitu tenang. " Assalamu'alaikum. "
" Wa'alaikumsalam. Istirahat lah, ini sudah sangat larut. " ucap Farel memberikan perhatian kecil untuk Aisyah.
" Hm. " Aisyah pun menganggukkan Kepala nya dengan pelan sebelum dia benar-benar pergi dari sana.
Farel terus menatap punggung Aisyah yang semakin jauh, " apakah dia benar-benar belahan jiwa yang Kau ciptakan untuk ku? apakah aku tidak salah. Dan apakah ini tidak terlalu terburu-buru? " tanya Farel pada dirinya sendiri.
______________
Rico tidur dengan begitu lelap di dalam bengkelnya yang sudah sepi. Meskipun bengkel sudah di tutup namun Rico belum juga pulang dan malah tertidur di sana setelah tadi lari menghindar dari Felisha.
Gubrakk.......
Rico terhenyak dari tidur lelapnya, suara benda jatuh membuat nya terbangun. " apa sih? " dengan mata yang masih sayu-sayu Rico beranjak dan berjalan untuk memeriksa benda apa yang telah mengejutkan nya.
Bengkel yang tidak besar itu begitu sepi namun kenapa bisa ada benda yang di letakkan dengan kokoh bisa terjatuh begitu saja. Rico mengernyit, tak ada angin tak ada hujan bagaimana bisa?.
Rico tak mau berpikir panjang, ini sudah sering terjadi apalagi jika Rico pas berada di sana, seakan ada seseorang yang telah memainkan barang-barang yang ada di sana. " paling hanya makhluk pengganggu! " gumam Rico sembari tangan nya kembali membenarkan semua peralatan yang berserakan.
Selesai dengan semua itu Rico menatap jam dingin yang menggantung di depan pintu, seketika Rico menepuk jidatnya sendiri," plak..... Astaghfirullahalazim! sudah jam satu! Bunda dan Ayah pasti bingung mencari ku. " Rico berlari kembali masuk mencuci wajahnya dan segera pulang.
Seperti biasa Rico akan selalu di temani oleh motornya kemana pun dia pergi, jarang-jarang dia akan menggunakan mobil, toh! hanya mobil butut saja yang Rico miliki jadi Rico takut jika sewaktu-waktu akan mogok begitu saja di tengah-tengah jalan.
Lima belas menit Rico di perjalanan, dan kini motor nya sudah berhenti di rumah nya yang begitu kecil dan sederhana. Rumah yang yang di beli dari uang yang dia hasilkan bahkan sampai sekarang rumah itu belum lunas sepenuhnya.
" apakah aku harus membangunkan Bunda atau ayah? " Rico nampak bingung, malam yang sudah sangat larut tidak mungkin dia akan mengetuk pintu dan akan menggangu istirahat dari kedua orang tuanya.
" satu setengah jam lagi subuh, lebih baik aku menunggu Bunda bangun saja " Kursi dari bambu yang ada di depan rumah menjadi pilihan Rico untuk menunggu, kursi yang panjang dan bisa ia gunakan untuk merebahkan tubuh nya.
Mata Rico kembali terlelap.
Adzan subuh berkumandang dengan sangat keras, namun Rico sama sekali belum membuka matanya.
Pintu perlahan terbuka menampakkan wajah Susan yang sudah begitu cerah karena ingin berangkat ke masjid, dan di susul oleh Marno di belakang nya.
" Astaghfirullah.. nih anak! berarti dia tidak pulang semalam? astaghfirullah.. Ayah. Lihatlah anak mu ini? " keluh Susan setelah melihat Rico yang terbaring di kursi di depan rumah nya.
Marno hanya menggeleng tak habis pikir, anak satu-satunya ini selalu saja bertingkah tidak wajar sedari kecil. Bahkan dulu Rico sering keluar malam dengan alasan yang tidak jelas.
" apa dia mulai kumat lagi, Bun? " tanya Marno dengan dahi nya yang mengkerut. Kedua orang tua Rico sama sekali tidak tau akan kelebihan yang di miliki oleh Rico, apalagi Rico tak pernah menceritakan semua kejadian yang dia alami. " bangunkan dia, Bun! suruh dia sholat subuh " perintah Marno.
Susan mengangguk, berjalan mendekati Rico yang masih terlelap. Baru saja tangan nya akan menyentuh bahu Rico, Susan terkejut karena Rico teriak histeris dalam matanya yang masih tertutup.
" Aisyah!!... Aisyah!... jangan! jangan! Jangan bawa Aisyah pergi! jangan! " teriak Rico.
" astaghfirullah, Rico! " tersentak Susan.
Marno yang tadinya berdiri dengan tenang menjadi ikutan panik dan segera membangunkan Rico.
" Rico, Rico bangun. Rico!" Marno tampak sangat khawatir entah mimpi apa yang tengah di alami Rico. "Rico! "
" Rico.... bangun Rico." imbuh Susan dengan tangan nya menggoyangkan tubuh Rico.
" AISYAH!!..... " Rico terbangun dan langsung duduk dengan satu tangan nya sudah terangkat dan seperti ingin menggapai sesuatu.
"Rico, kamu mimpi apa sih? " tanya Susan penasaran.
Mata Rico masih menatap kosong ke arah depan dengan tangan yang masih terangkat. Jantung Rit berdetak begitu cepat seakan dia habis berlari karena ketakutan.
" Astaghfirullah " ucap Rico tersadar. Rico mengusap wajahnya dengan kasar menetralkan semua nya " ternyata hanya mimpi, syukurlah. "
" Rico. " Susan menyentuh pundak Rico pelan, berharap bisa mendapatkan penjelasan tentang mimpinya barusan.
Rico menatap Susan yang menatap nya dengan lekat, dan berpindah ke arah Marno yang juga sama, " ini sudah subuh, Bun? " tanya Rico.
" iya. ini sudah subuh. Kenapa kamu tidur di sini? dan mimpi apa kamu barusan sampai kayak di kejar hantu begitu? " tanya Susan.
" bukan apa-apa, Bun. Rico bersih-bersih dulu, Bun. Takut ketinggalan sholat subuh. " Rico beranjak dengan cepat dan berlari masuk meninggalkan kedua orang tuanya yang masih sangat penasaran.
" Aisyah? siapa ya, Yah? " bingung Susan.
" Ayah juga tidak tau, Bun. Nanti Bunda tanya sendiri dengan Rico "
" Ayah bener. " Susan begitu antusias dalam menjawab, dia harus tau siapa Aisyah yang ada di mimpi Rico barusan.
Sementara Rico yang sudah ada di dalam kamar terus mengucapkan istighfar dengan raut wajah yang sangat gelisah.
" Astaghfirullah,, semoga semua itu hanya berhenti di dalam mimpi saja. Semoga semua itu tidak benar-benar terjadi padanya." gumam Rico.
" lebih baik aku sholat supaya hatiku lebih tenang "
BERSAMBUNG.......
__________________
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments
✪⃟𝔄ʀ sⷡεͬɴͦɢͫᴏͦᴛ ʰᶦᵃᵗ🦈
wa alaikum salam
2022-01-30
1
~🌹eveliniq🌹~
yaaahalu ternyata 🤭
2021-12-24
2
𝘼𝙧𝙞𝙣𝙞....
penasaran sama mimpinya Bang Rico..
🤔🤔🤔🤔🤔
2021-09-18
3