Hati Berdarah

Hati Berdarah

Meninggalkan Rumah

Malam itu Cika tengah bersantai menikmati suasana malam di teras kamarnya. Dia hanya terdiam dan membisu memandang kearah langit yang ditemani sang rembulan. Berbeda dengan dirinya yang sampai saat ini masih tetap sendiri tanpa ada yang menemani.

Cika mencoba memejamkan matanya menikmati sentuhan angin malam yang tengah membelai lembut rambutnya. Bisikan angin membuatnya terbuai dalam lamunan, pikirannya bahkan berlayar tak tentu arah dan tujuan.

Cika teringat dengan ayahnya yang sudah tiada. Ayahnya telah pergi untuk selama-lamanya dan tidak akan pernah kembali. Rindu itu benar-benar terasa menyiksa dijiwanya.

"Cika sangat merindukan ayah. Cika ingin sekali memeluk ayah dan menceritakan segala gundah yang bersarang di hati Cika saat ini. Mengapa ayah meninggalkan Cika sendiri, Yah?" gumam Cika sembari menengadah menghadap langit.

"Braaak...Braaak..."

Cika tersadar dari lamunannya saat mendengar suara keributan dari arah luar. Suara pertengkaran itu lagi-lagi membuat kakinya bergetar. Jantungnya seakan berhenti berdetak dan bibirnya yang merah jambu, seketika berubah pucat seperti orang yang baru saja melihat setan.

"Ya Tuhan, cobaan apa lagi ini?" batin Cika sembari meneteskan air matanya.

Cika sepertinya sudah mengetahui apa yang sedang terjadi diluar sana. Dia memilih tetap diam di dalam kamar karena sangat takut melihat kemarahan ayah tirinya yang beberapa kali pernah melukai dirinya.

Tidak ada kedamaian sama sekali di dalam rumah itu. Tinggal di sana serasa bagaikan tinggal di dalam neraka.

Sejak kepergian ayahnya, Cika bahkan sudah lupa bagaimana caranya untuk tersenyum. Semuanya hilang lenyap dan ikut terkubur seiring berjalannya waktu.

Cika adalah sosok gadis yang sangat cantik dan manis. Memiliki kulit putih bersih, berambut panjang dan memiliki pipi yang sangat menggemaskan.

Ayah Cika adalah seorang pengusaha yang cukup sukses. Namun sangat disayangkan, hidupnya berakhir menyedihkan saat mengetahui istrinya telah berselingkuh dibelakangnya. Saat mengetahui semua itu, dia mengalami serangan jantung dan meninggal saat dilarikan ke rumah sakit.

Setelah ayahnya meninggal, ibu Cika kembali menikah dengan selingkuhannya. Harta peninggalan dari ayah Cika pun habis seketika di tangan ayah tirinya. Yang tersisa hanya rumah yang mereka tinggali saat ini. Itupun sebentar lagi juga akan dijual oleh ayah tirinya itu.

Ibu Cika sangat mencintai laki-laki kasar itu. Walaupun sifatnya sangat buruk, namun ibunya tidak pernah melawan atau membantah sedikitpun perkataan dan kemauan suaminya.

Bahkan dia lebih mencintai laki-laki itu dari pada anaknya sendiri. Kebutaannya akan cinta telah membuatnya melupakan jati dirinya sebagai seorang ibu.

Cika beranjak dari tempat duduknya. Dia berjalan menuju kamar mandi dan segera mencuci wajahnya yang mulai terlihat sembab karena tidak sanggup menahan air matanya.

"Aish, sudahlah. Tidak ada gunanya menangisi semua ini! Mereka saja tidak pernah memikirkan perasaanku. Untuk apa aku memikirkan mereka?" gumam Cika sembari membasuh wajahnya dengan air.

Setelah membasuh wajahnya, Cika segera keluar dari kamar mandi. Cika mencoba membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Wajahnya terlihat seperti orang yang sedang kebingungan.

Namun tidak lama berbaring, Cika kembali bangkit dan berjalan menuju lemari pakaiannya.

"Sekarang aku sudah dewasa. Aku berhak menentukan pilihan hidupku sendiri!" gumam Cika sembari berdiri di depan cermin yang ada di pintu lemari.

Cika ingin sekali merasakan kebahagiaan. Dia juga ingin hidup damai seperti orang-orang di luar sana. Cika bertekad untuk menata hidupnya sendiri, percuma juga bertahan dalam keluarga yang sudah hancur seperti ini.

Cika meraih koper yang ada di atas lemari. Dia mulai memasukkan beberapa pakaian kedalamnya. Dia telah memutuskan untuk meninggalkan rumah keesokan harinya dan belajar melupakan segala kenangan buruk yang telah menghancurkan hidupnya.

"Maafkan Cika Yah. Cika harus pergi dari rumah ini. Cika ingin melanjutkan hidup Cika tanpa membebani siapapun lagi. Kehadiran Cika di rumah ini juga tidak ada artinya sama sekali bagi mereka!" gumam Cika sembari menutup resleting kopernya yang sudah terisi pakaian.

Cika melangkah mengambil foto ayahnya yang ada di atas meja. Dia kembali berjalan dan naik ke atas tempat tidurnya.

Malam ini adalah malam terakhir untuk Cika bisa tidur di kamar yang sudah dia tempati sejak dia kecil. Banyak sekali kenangan yang telah dia lalui di kamar itu.

Cika berusaha untuk memejamkan matanya sembari memandangi setiap sudut yang ada di kamar itu.

Pukul 02.30 dini hari, akhirnya Cika pun tertidur sambil memeluk foto ayahnya yang sangat dia rindukan.

"Kring... Kring..."

Cika terbangun dari tidurnya sesaat setelah mendengar bunyi alarm yang ada di samping tempat tidurnya. Cika menoleh kearah jarum jam yang sudah menunjukkan pukul 07.00 pagi.

Cika dengan segera bangkit dari tempat tidur dan melangkah masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Tidak memakan waktu lama, Cika pun keluar dan segera mengenakan pakaiannya. Setelah rapi, Cika kemudian memoles wajahnya dengan make up secukupnya.

Cika melangkah keluar dari kamar menuju ke arah dapur. Seperti biasa, tidak ada seorangpun di luar sana yang sedang menunggunya untuk sarapan bersama.

Ibu dan ayah tirinya sudah pergi dari rumah untuk melakukan aktivitas mereka masing-masing. Cika merasa seperti anak yang tidak diharapkan sama sekali dalam keluarganya sendiri.

Cika mulai memakan sepotong roti dan meminum segelas susu yang dia buat sendiri.

"Maafkan Cika ya Bu. Cika harus pergi meninggalkan kalian semua. Meskipun Ibu tidak pernah menyayangi Cika, Cika akan tetap menyayangi Ibu!" batin Cika menahan sesak di dalam dadanya.

Selesai sarapan, Cika kembali ke kamarnya dan segera menarik koper yang telah disiapkannya tadi malam. Tidak lupa juga dia meninggalkan selembar kertas yang dia letakkan di atas kasur.

Tanpa menunggu lama, Cika segera melangkahkan kakinya meninggalkan rumah dan pergi menaiki taksi yang telah dia hubungi sebelum sarapan tadi.

"Silahkan masuk Non!" ucap sopir taksi sembari membukakan pintu dan memasukkan koper Cika ke dalam taksinya.

"Terima kasih Pak! " jawab Cika dengan tersenyum seadanya.

Setelah Cika duduk di bangku belakang, sopir pun masuk dan segera melajukan taksinya sesuai arahan Cika.

"Kita mau kemana Non?" tanya pak sopir dengan sopan.

"Ke terminal saja ya Pak!" jawab Cika yang sebenarnya masih bingung dengan tujuannya.

"Baik Non!" ucap pak sopir yang masih fokus mengendarai taksinya.

Butuh waktu sepuluh menit saja untuk sampai di terminal karena memang jarak antara rumah Cika dan terminal itu tidak terlalu jauh.

"Kita sudah sampai Non!" ucap pak sopir.

"Iya Pak!" sahut Cika sembari mengambil uang di dalam tasnya. Cika pun langsung turun dari taksi dan segera membayarnya.

"Terima kasih ya Pak!" ucap Cika dengan lemah lembut.

"Sama-sama Non!" jawab pak sopir sembari berlalu pergi meninggalkan Cika di terminal.

Cika masuk ke dalam terminal dan segera membeli tiket untuk berangkat ke Ibukota.

Setelah mendapatkan tiket, Cika langsung masuk ke dalam sebuah Bus besar yang sebentar lagi akan berangkat meninggalkan kota kelahirannya.

Sesampainya di dalam Bus besar itu, Cika mencari tempat duduk sesuai nomor yang tertera di dalam tiket yang sudah dia beli.

Ternyata di sana sudah ada seorang wanita cantik yg duduk di samping jendela.

"Maaf, apa aku boleh duduk disini?" tanya Cika dengan suara yang sangat ramah.

"Iya boleh. Silahkan!" sahut gadis yang terlihat lebih tua beberapa tahun dari Cika.

Terpopuler

Comments

Oh Dewi

Oh Dewi

Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya Caraku Menemukanmu

2023-07-12

0

@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈

@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈

mampir Thor 😁

2021-10-28

3

Aza Azalea

Aza Azalea

Hadir

2021-10-23

5

lihat semua
Episodes
1 Meninggalkan Rumah
2 Bertemu Sahabat Baru
3 Bertemu Pria Tampan
4 Perasaan Aneh
5 Kejadian Buruk
6 Nyaris Kehilangan Masa Depan
7 Los Kontrol
8 Mengungkapkan Perasaan
9 Keputusan Bodoh
10 Bab 10. Kekecewaan Sela
11 Bab 11. Makan Malam Keluarga Aldo
12 Bab 12. Cemburu Buta
13 Bab 13. Tidur Di Kamar Yang Sama
14 Bab 14. Perasaan Yang Sama
15 Bab 15. Memasak Di Dapur
16 Bab 16. Masakan Yang Nikmat
17 Bab 17. Ikut Ke Butik
18 Bab 18. Bakat Yang Terpendam
19 Bab 19. Ganggu Cika Tidur
20 Bab 20. Ketangkap Basah
21 Bab 21. Sedih Ditinggal Cika
22 Bab 22. Nyaris Kebablasan
23 Bab 23. Restu Orang Tua
24 Bab 24. Hari Pertama Kerja Di Butik
25 Bab 25. Tercium Bau Pelakor
26 Bab 26. Berkunjung Ke Rumah Kakak
27 Bab 27. Minta Restu Kakak Tertua
28 Bab 28. Terpancing
29 Bab 29. Penolakan
30 Bab 30. Kesalahpahaman
31 Bab 31. Terluka
32 Bab 32. Berbaikan
33 Bab 33. Pemotretan
34 Bab 34. Membeli Perhiasan
35 Bab 35. Hadiah Untuk Cika dan Sela
36 Bab 36. Cemburu
37 Bab 37. Bumbu Bumbu Cinta
38 Bab 38. Tuduhan Yang Menyakitkan
39 Bab 39. H-1 Pernikahan
40 Bab 40. Hari Bahagia
41 Bab 41. Malam Pertama
42 Bab 42. Hasrat Yang Tertunda
43 Bab 43. Penantian Aldo
44 Bab 44. Candaan Sela
45 Bab 45. Minta lagi
46 Bab 46. Kembalinya Melia
47 Bab 47. Kepergian Cika
48 Bab 48. Mengandung
49 Bab 49. Secercah Harapan
50 Bab 50. Kelahiran cucu pertama
51 Pencarian
52 Penjelasan
53 Buka Puasa
54 Ikatan Persaudaraan Yang Terkuak
55 Kena PHP
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Calon Untuk Sela
59 Sosok Hans Yang Menjadi Tanda Tanya
60 Laki-laki Misterius
61 Sosok Hans
62 Tersudutkan
63 Hans Dan Sela
64 Perasaan Hans
65 Kesempatan
66 Bertamu
67 Cemburu
68 Panas
69 Ketakutan Aldo
70 Rasa Cemburu Hans
71 Kepergian Hans
72 Penyesalan
73 Rencana Lukman
74 Perubahan Hans
75 Anak Asuh
76 Hilang Kesadaran
77 Kejujuran Sela
78 Salah Paham
79 Menerima
80 Jalan-Jalan
81 Bagian Cika
82 Keberanian Sela
83 Kepanikan Sela
84 Kekonyolan Lukman
85 Pulang
86 Sambutan Hangat
87 Rencana Pernikahan
88 Hasrat Aldo
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Meninggalkan Rumah
2
Bertemu Sahabat Baru
3
Bertemu Pria Tampan
4
Perasaan Aneh
5
Kejadian Buruk
6
Nyaris Kehilangan Masa Depan
7
Los Kontrol
8
Mengungkapkan Perasaan
9
Keputusan Bodoh
10
Bab 10. Kekecewaan Sela
11
Bab 11. Makan Malam Keluarga Aldo
12
Bab 12. Cemburu Buta
13
Bab 13. Tidur Di Kamar Yang Sama
14
Bab 14. Perasaan Yang Sama
15
Bab 15. Memasak Di Dapur
16
Bab 16. Masakan Yang Nikmat
17
Bab 17. Ikut Ke Butik
18
Bab 18. Bakat Yang Terpendam
19
Bab 19. Ganggu Cika Tidur
20
Bab 20. Ketangkap Basah
21
Bab 21. Sedih Ditinggal Cika
22
Bab 22. Nyaris Kebablasan
23
Bab 23. Restu Orang Tua
24
Bab 24. Hari Pertama Kerja Di Butik
25
Bab 25. Tercium Bau Pelakor
26
Bab 26. Berkunjung Ke Rumah Kakak
27
Bab 27. Minta Restu Kakak Tertua
28
Bab 28. Terpancing
29
Bab 29. Penolakan
30
Bab 30. Kesalahpahaman
31
Bab 31. Terluka
32
Bab 32. Berbaikan
33
Bab 33. Pemotretan
34
Bab 34. Membeli Perhiasan
35
Bab 35. Hadiah Untuk Cika dan Sela
36
Bab 36. Cemburu
37
Bab 37. Bumbu Bumbu Cinta
38
Bab 38. Tuduhan Yang Menyakitkan
39
Bab 39. H-1 Pernikahan
40
Bab 40. Hari Bahagia
41
Bab 41. Malam Pertama
42
Bab 42. Hasrat Yang Tertunda
43
Bab 43. Penantian Aldo
44
Bab 44. Candaan Sela
45
Bab 45. Minta lagi
46
Bab 46. Kembalinya Melia
47
Bab 47. Kepergian Cika
48
Bab 48. Mengandung
49
Bab 49. Secercah Harapan
50
Bab 50. Kelahiran cucu pertama
51
Pencarian
52
Penjelasan
53
Buka Puasa
54
Ikatan Persaudaraan Yang Terkuak
55
Kena PHP
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Calon Untuk Sela
59
Sosok Hans Yang Menjadi Tanda Tanya
60
Laki-laki Misterius
61
Sosok Hans
62
Tersudutkan
63
Hans Dan Sela
64
Perasaan Hans
65
Kesempatan
66
Bertamu
67
Cemburu
68
Panas
69
Ketakutan Aldo
70
Rasa Cemburu Hans
71
Kepergian Hans
72
Penyesalan
73
Rencana Lukman
74
Perubahan Hans
75
Anak Asuh
76
Hilang Kesadaran
77
Kejujuran Sela
78
Salah Paham
79
Menerima
80
Jalan-Jalan
81
Bagian Cika
82
Keberanian Sela
83
Kepanikan Sela
84
Kekonyolan Lukman
85
Pulang
86
Sambutan Hangat
87
Rencana Pernikahan
88
Hasrat Aldo

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!